Semuanya digarapnya secara manual. Ini bertujuan agar tidak ada orang yang bisa meniru persis kerajinannya, setiap inchi dia teliti dengan detail.

GUDO, MSP –
Semakin populernya penggunaan kacamata kayu di kalangan anak muda dan tokoh masyarakat, membuat bisnis ini semakin bergeliat. Terutama saat melihat omzet per bulannya yang bisa mencapai juta rupiah, mendorong banyak orang untuk mencicipi bisnis yang serupa.

Ditemui di rumah sederhana yang beralamat di Dusun Karanglo, Desa Gondang Kecamatan Gudo, puluhan kacamata kayu dengan berbagai model terpajang manis di tempat tinggalnya yang sekaligus menjadi workshop Wooden Sunglasses buatannya. Sepulangnya dari mencari kayu bahan dasar membuat kacamata, Rana Ragista sang kreator kacamata kayu ini membeberkan beberapa cerita terkait usaha handmade yang sudah ia rintis beberapa tahun lalu ini

Di tangan Rana Ragista bongkahan kayu yang ia dapatkan dari pabrik pengolah kayu disulapnya menjadi sebuah kacamata dengan berbagai bentuk yang fashionable. Usaha yang sudah ia rintis sejak tahun 2015 ini kini sudah mulai menunjukkan eksistensinya di jagad perkacamataan Jombang.

Rana Ragista mengatakan, “Awalnya, saya hanya coba-coba membuat mainan kacamata dari kayu. Itu pun untuk saya sendiri. Namun setelah diproses hasilnya ternyata cukup menawan, sehingga banyak teman-teman bahkan orang lain yang kemudian datang dan memesan kacamata dengan bingkai kayu tersebut.”

Setiap bulannya pemuda berusia 29 tahun tersebut biasa kantongi 7 juta rupiah hingga 9 juta rupiah dari kerajinan kacamata kayu yang ia produksi. Dalam sehari dia mampu ciptakan satu sampai tiga buah kacamata. Total dalam sebulan 60 kacamata berhasil diprodukai oleh pria lulusan teknik sipil dari salah satu perguruan tinggi di Jombang itu.

“Saya dibantu oleh satu karyawan. Jika sendirian saya tidak akan mampu menyelesaikan banyaknya pesanan yang masuk. Tidak hanya rumit tetapi harus membutuhkan ketelitian yang tinggi,” ucapnya seraya mengampelas satu buah kacamata.

Uniknya, untuk memproduksi kacamata buatannya, Rana Ragista tidak menggunakan kayu berharga mahal. Dia hanya menggunakan kayu-kayu limbah yang dibelinya dengan harga murah dari beberapa pabrik pengolahan kayu yang ada di Jombang.

Meski berbahan kayu limbah, namun untuk menjaga kualitas ternyata tidak semua jenis kayu yang dipakai. Hal ini membuat kacamata Rana Ragista semakin istimewa ialah bahan bakunya memakai jenis kayu sono keling. Metode ini yang membuat kacamata buatannya mengandung nilai seni di dalamnya.

“Alasannya adalah jika di proses dengan benar, kayu sono keling ini akan muncul guratan kayunya sehingga tampak sangat artistik tanpa perlu pewarna atau diplitur. Nilai seninya benar-benar muncul dari dasar kayunya itu sendiri,” jelasnya.

Rana Ragista dalam menciptakan kacamata kayu pun terbilang nyleneh dari perajin serupa lainnya. Semuanya digarapnya secara manual. Ini bertujuan agar tidak ada orang yang bisa meniru persis kerajinannya, setiap inchi dia teliti dengan detail.

Karena prosesnya alami dan butuh waktu lama dalam membuatnya, tak heran harga kacamata berbingkai kayu kualitas ekspor ini jauh lebih mahal dari harga kacamata biasa di pasaran. Paling murah seharga 600 ribu rupiah sedangkan yang paling mahal bisa mencapai 1,5 juta rupiah hingga 2 juta rupiah tergantung tingkat kerumitan dari bentuk kacamata yang diinginkan pesanan.

Kini dalam memasarkan produknya dia lebih menyukai sosial media untuk memasarkan karyanya. Tidak hanya itu, untuk lebih menyebarluaskan pasar Rana Ragista juga menggandeng beberapa reseller.

“Kenapa saya lebih memilih reseller karena saya ingin berbagi rejeki dengan mereka,” tandasnya.

Dalam menjalankan bisnisnya dia menyasar kota-kota besar di Indonesia, ini dikarenakan perilaku mereka yang konsumtif dinilai menjadi ladang bisnis yang menguntungkan. Bahkan setelah satu tahun berjalan dan diunggah ke sosial media, pesanan ternyata datang tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga makin meluas hingga dari luar negeri, seperti Hongkong, Ghana, hingga Amerika. aditya eko
Lebih baru Lebih lama