Semangat dan kegigihan beliau sudah sepantasnya menjadi teladan bagi kita semua dalam menuntut ilmu apalagi kita saat ini hidup dalam era globalisasi.

Oleh: Faizzah Rosyidatilah*)

Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang harus ditata, disiapkan, dan diberikan sarana dan prasarananya dengan harapan kita dapat mendapatkan generasi muda yang kompetensi, yakni perpaduan antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan merupakan perwujudan dari tujuan negara ini didirikan.Dengan demikian pendidikan merupakan kewajiban bagi semua warga Negara yang harus dilaksanakan oleh negara untuk meningkatkan kemajuan Negara tersebut. Tidak satupun bangsa di dunia ini yang bisa maju dan tetap eksis tanpa melalui pendidikan.Sehingga bisa dikatakan bahwa pendidikan adalah esensi kehidupan manusia dalam bernegara.Pendidikan bagi suatu bangsa yang sedang berkembang atau yang sedang maju, merupakan suatu hal yang sangat mendasar, karena hal itu menyangkut masalah kualitas suatu bangsa. Maju dan mundurnya suatu Negara ditentukan dari pendidikan yang diterapkan Negara tersebut. Sebab, dengan pendidikan berarti suatu bangsa itu telah mempersiapkan generasi-generasi bangsa siap hidup, yang sanggup meneruskan cita-cita bangsa Indonesia yang telah dirintis oleh bapak-bapak pendahulu kita, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan di Indonesia kita tidak pernah lepas dari seorang figur yang familiar dalam dunia pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Pelopor pendidikan dan sebagai bapak pendidikan dan juga merupakan salah satu tokoh perjuangan dalam merebut kemerdekaan. Semangat dan kegigihan beliau sudah sepantasnya menjadi teladan bagi kita semua dalam menuntut ilmu apalagi kita saat ini hidup dalam era globalisasi. 


Dunia tanpa batas. Kita adalah sebagai generasi penerus bangsa yang hidup ditengah-tengah persaingan global baik itu dibidang ekonomi, teknologi dan informasi, dan juga dalam persenjataan dan pertahanan. Dan juga kita hidup dalam kemajemukan baik suku, budaya, ras dan agama yang mana semua itu menjadikan kita sebagai bangsa yang besar namun disisi lain kesemuanya itu dapat menjadi bumerang bagi kita sendiri jika kita masih hidup dalam dunia kebodohan.

Sudah saatnya kita sadar bahwa pendidikan adalah faktor terpenting agar kita mampu bersaing dengan negara-negara lain. Sudah saatnya bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri dalam segala aspek baik itu ekonomi, politik, budaya, teknologi dan aspek-aspek lainnya dan kesemuanya itu tidak mungkin dapat terwujud tanpa didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas, cerdas, disiplin dan memiliki kepribadian yang berkarakter.

Dalam pandangan Penulis, lemahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan,dalam bahasa agama Islam, lemahnya kesadaran disebut lemahnya iman dan terbatasnya ekonomi menjadi dua penyebab terbesar para orang tua enggan untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Selain itu masyarakat kita belumlah menjadi masyarakat belajar.Padahal untukmencetak generasi muda yang cerdas dan berkarakter sangat diperlukan peran aktif negara agar dapat tercipta dukungan dari semua elemen. Pemerintah hendaknya memberikan kemudahan dan meringankan bagi mereka yang berprestasi namun tidak mampu secara ekonomi baik itu dengan program-program sekolah gratis maupun tunjangan beasiswa lainnya.Memang sekarang ada Kartu Indonesia Pintar,namun pemberian kartu tersebut hanya mengacu pada kategori miskin saja dengan mengabaikan kategori prestasi.Sehingga yang terjadi di lapangan banyak yang mendapat kartu Indonesia Pintar tidak menjadi pintar karena motivasi belajarnya sangat rendah dan tidak berprestasi sama sekali.Sehingga secara nyata negara rugi karena menghamburkan uang negara hanya untuk memelihara siswa goblok dan tidak punya potensi kebaikan sedikitpun.

Pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius. Pendidikan yang materialistik memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material serta memungkiri hal-hal yang bersifat non materi. 


Bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam oleh orang tua siswa. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual. Nilai transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan oleh etik yang pada faktanya bernilai materi juga.

Lembaga-lembaga pendidikan hendaknya terus menggali dan menerapkan sistem pendidikan yang bermutu dan untuk para orang tua hendaknya menjadi motivator bagi anak-anak mereka untuk semangat menimba ilmu dan terakhir kita sebagai pelajar hendaknya konsisten dan bersungguh-sungguh dalam belajar dan menempuh pendidikan sampai ke jenjang tertinggi.

Dengan adanya dukungan dari semua komponen dan menyatukan semua elemen dalam satu pemikiran dan cita-cita untuk memajukan bangsa kita, bukan sesuatu yang mustahil suatu ketika nanti negara ini akan mampu menjadi negara yang besar,dengan warganya yang memiliki rasa kebangsaan yang kuat ,cerdas, maju, dan disegani oleh negara lain.


Terlebih lagi Indonesia pada hakikatnya adalah negara yang kaya akan sumberdaya alamnya dan jika dikelola dengan sumberdaya manusia yang cerdas dan berkualitas tentu sangat mudah untuk menjadikan negara ini sebagai negara yang kuat mandiri dalam bidang ekonomi.

*) Penulis adalah MA Darul Amal Pondok Suguh, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu.
Lebih baru Lebih lama