Sekolah yang berjarak kurang lebih tiga belas kilometer dari Kota Jombang ini memiliki 135 peserta didik pada tahun ajaran 2016/2017, dengan rata-rata setiap kelas dihuni 20 peserta didik dengan jumlah enam rombongan belajar (Rombel).

MOJOWARNO, MSP – SDN Selorejo merupakan sekolah yang terletak di Jalan Mojodadi Nomor 58 Selorejo, Mojowarno. Sekolah dengan luas tanah 2.200 m2 ini terdiri dari 3 gedung, gedung A sebagai gedung utama 775 m2, sedangkan gedung B 230 m2 dan gedung C 235 m2 merupakan ruang kelas. Mulanya terdapat dua sekolah dalam satu lokasi tersebut, ada SDN Selorejo I dan SDN Selorejo II Impres. Sejak tahun 1991 dua sekolah tersebut dimerger menjadi SDN Selorejo. Awal berdiri kontruksi bangunan gedung sekolah terdiri dari kayu jati sebagai penyangga penjuru ruangan dengan tembok menjadi penghubung antar penjuru, serta kawat ram sebagai ventilasi.

Kepala SDN Selorejo, Djoko Prihatin, S.Pd. menjelaskan, “Pada awal berdiri SDN Selorejo I hanya memiliki tiga ruang kelas, setelah dimerger ruang kelas bertambah sesuai dengan jumlah yang dimiliki SDN Selorejo II.”

Sekolah yang berjarak kurang lebih tiga belas kilometer dari Kota Jombang ini memiliki 135 peserta didik pada tahun ajaran 2016/2017, dengan rata-rata setiap kelas dihuni 20 peserta didik dengan jumlah enam rombongan belajar (Rombel). Setiap tingkat kelas hanya memiliki satu rombel.

Julukan ‘Sekolah Keluarga’ sangat melekat di sekolah ini, sebab kebanyakan diantara peserta didik dulunya orang tua mereka mengenyam pendidikan disana. Sumber Daya Manusia (SDM) di lingkungan tersebut sangat minim, sehingga menjadi alasan utama kenapa sekolah tersebut mempunyai peserta didik yang sangat terbatas.

Sekolah langganan banjir ini memiliki segudang prestasi non akademik, yang mana berasal dari kegiatan ekstra kurikuler sekolah. Lembaga pendidikan ini memiliki sejumlah kegiatan tambahan seperti Drumband, Banjari, Tartil dan Qiroah yang aktif dilakukan setiap sore hari. Selain kegiatan keagamaan ada kegiatan lain yang tekun dilaksanakan dalam bidang atletik dan bela diri. Untuk cabang ekstra kulikuler ini, pihak sekolah menitipkan peserta didiknya kepada klub yang berkompeten dengan berafiliasi. Sebab peminat pada cabang kegiatan tambahan tersebut dirasa terlalu sedikit.

Pria asli Mojowarno ini menjelaskan, “Penitipan dilakukan karena jika pihak sekolah mendatangkan pelatih pasti akan terhalang biaya, dirasa lebih ringan jika sekolah hanya bertindak sebagai fasilitator saja.”

Selain faktor biaya, sekolah ini memilih menitipkan kepada klub karena peserta didik merasa lebih bebas dan bersemangat saat latihan. Hal tersebut terjadi karena peserta didik bisa berbaur dan saling berinteraksi dengan peserta didik asal sekolah lain. Akan tetapi prestasi hasil pencapaian peserta didik tidak bisa dipandang sebelah mata, sudah ada pencapaian juara pada cabang beladiri karate, wushu dan atletik tingkat kecamatan bahkan kabupaten.

Minimnya fasilitas sekolah tidak menjadi penghalang bagi sekolah maupun peserta didik, dengan semangat tinggi guna mengangkat nama sekolah dengan keadaan apapun akan ditempuh. Dukungan orang tua dalam segala kegiatan sangat tinggi, sehingga memudah pihak sekolah dalam hal operasional.

“Harapan utama sekolah ini tidak banyak, hanya menginginkan perpustakaan yang layak untuk peserta didik. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah,” harap bapak dua anak tersebut. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama