SDN Sebani Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, sekolah ini tidak pernah kekurangan peserta didik bahkan hingga melebihi target. Walaupun sekolah ini berada di sebuah desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

SUMOBITO, MSP –
Beberapa tahun terakhir persaingan antar lembaga pendidikan untuk mendapatkan peserta didik sangat tinggi. Berbagai cara dan strategi ditempuh guna mencapai target jumlah kuota, sebab jumlah peserta didik pada suatu lembaga dapat menunjukkan bahwa sekolah tersebut merupakan sekolah favorit. Adanya faktor tersebut membuat beberapa sekolah tidak dapat memenuhi jumlah peserta didik secara ideal.

Lain hal SDN Sebani Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, sekolah ini tidak pernah kekurangan peserta didik bahkan hingga melebihi target. Walaupun sekolah ini berada di sebuah desa yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Anak-anak lebih suka membantu orang tua di ladang dari pada harus mengenyam pendidikan, menurut mereka aktivitas di ladang bisa meringankan beban orang tua dan mendapatkan upah. Tetapi berkat sosialisasi warga sekolah kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan memberikan dampak positif.

Kepala sekolah SDN Sebani, Nenin Maining Tiyas S.Pd. menjelaskan, “Selama menjabat di sini kami tidak pernah kekurangan peserta didik, bahkan tahun ajaran baru ini kami mampu menambah satu Rombongan Belajar (Rombel). Sekolah kami mempunyai sejumlah prestasi akademik dan mampu menembus nomor dua se Kabupaten Jombang, bidang nonakademiknya tahun ini menjuarai lomba lari jarak 60 meter dalam ajang Pekan Olahraga (POR) tingkat Kabupaten.”

Target satu Rombel dari sekolah ini adalah maksimal empat puluh peserta didik disetiap penerimaan peserta didik baru. Hanya saja karena tingginya antusias pendaftar dari luar daerah membuat kuota berlebih dan menerima empat puluh dua peserta didik. Pihak sekolah harus membagi kelas yang mulanya hanya satu kelas dibagi menjadi dua kelas dengan jumlah sama. Hal tersebut disebabkan banyaknya prestasi yang telah diraih dan diketahui masyarakat hingga luar daerah, bahkan sampai menjadi perwakilan Kabupaten Jombang di tingkat Provinsi.

“Akan tetapi bertambahnya Rombel dengan keterbatasan ruang kelas, membuat Kepala Sekolah harus merelakan ruangannya untuk digunakan sebagai ruang kelas tambahan,” tambah Nenin Maining Tiyas.

Kerja Bersama


Prestasi bidang akademik dapat diraih dengan usaha berkelanjutan dari seluruh warga sekolah. Seusai kegiatan pembelajaran di sekolah berakhir, peserta didik kelas dua sampai kelas enam diwajibkan sholat berjamaah di masjid terdekat. Saat ini dilakukan bersama-sama sedangkan selanjutnya akan dilaksanakan setiap kelas agar lebih efektif. Untuk kelas dua diberikan pelajaran tambahan sepulang sekolah sebagai persiapan naik ke kelas tiga.

Terdapat sejumlah ekstra kulikuler yang mampu melahirkan peserta didik berbakat dibidang nonakademik, seperti drum band, olahraga, dan lain sebagainya. Karena setiap ekstra kurikuler, Kepala Sekolah mendatangkan para pelatih berkompeten dibidangnya masing-masing. Kedepannya akan ada tambahan ekstrakulikuler baru yaitu, patroli keamanan sekolah akan dibimbing langsung dari Polres setempat.

Tidak hanya mengejar prestasi, sekolah ini mempunyai kegiatan rutin pada setiap hari Jumat, bertujuan menjalin interaksi antar peserta didik dengan masyarakat. Melibatkan tokoh masyarakat dari beberapa desa sekitar untuk memimpin kegiatan Tahlil dan Istighotsah di sekolah. Selain itu adanya kegiatan ini bisa membentuk karakter agamis dari seluruh warga sekolah. Lulusan dari SD ini pun rata-rata masuk di SMP Negeri, tetapi tidak menutup kemungkinan masuk di sekolah swasta, karena sebagian peserta didik memilih memperdalam agama di pesantren.

Hambatan terbesar berasal dari wali peserta didik dan keterbatasan guru negeri. Nenin Maining Tiyas mengatakan, lantaran kesibukan orang tua bermata pencaharian sebagai petani menghabiskan waktunya di ladang, membuat guru kesulitan memantau perkembangan peserta didik saat pulang sekolah. Sehingga Kepala Sekolah bekerja sama dengan guru kelas supaya selalu memantau kondisi serta perkembangan peserta didik. Sedangkan guru di sini berjumlah 12 dengan rincian pegawai negeri hanya 6 orang, sisanya merupakan Guru Tidak Tetap (GTT) atau Pegawai Tidak Tetap (PTT). Tiga diantara guru negeri sebentar lagi akan pensiun.

“Tetapi dengan minimnya guru negeri tidak mengurangi semangat mengajar setiap guru untuk mewujudkan sekolah berprestasi dengan landasan Iman dan Taqwa,” pungkas perempuan berhijab tersebut sambil tersenyum. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama