Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman terutama jenis sayuran dan buah tanpa menggunakan media tanam berupa tanah. Media tanam yang digunakan berupa rockwool, sekam bakar, hidroton, atau pasir dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

MOJOWARNO – Bercocok tanam sudah menjadi kebiasaan manusia sejak dulu. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia banyak mengembangkan berbagai cara bercocok tanam. Salah satu teknik bercocok tanam tersebut ialah tanaman hidroponik. Sekiranya pada tahun 1672, seorang penulis bernama Francis Bacon, mengupas tuntas mengenai teknik bercocok tanam hidroponik dalam bukunya berjudul Sylva Sylvarum or 'A Natural History'.

Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman terutama jenis sayuran dan buah tanpa menggunakan media tanam berupa tanah. Media tanam yang digunakan berupa rockwool, sekam bakar, hidroton, atau pasir dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Semakin menyempitnya lahan produktif membuat budidaya tanaman melalui teknik hidroponik menjadi menarik dan semakin digandrungi. Apalagi kebutuhan manusia akan sayuran dan buah yang sehat semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dunia.

Pemilik tanaman Hidroponik asal Kecamatan Mojowarno, Titin Widiastuti mengatakan, “Budidaya tanaman dengan teknik hidroponik ini sangat mudah. Kita dapat melakukannya di sekitar rumah tanpa membutuhkan lahan yang luas. Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya dengan metode hidroponik ini adalah cahaya, oksigen, ketersediaan air, dan nutrisi.”

Inti dari teknologi hidroponik, tambahnya adalah pemberian larutan hara sebagai sumber makanan bagi tanaman di bagian akar. Tanaman tersebut ditanam pada media tertentu dengan menggunakan air sebagai pengganti tanah. Larutan hara yang diberikan berupa nutrisi A (kalsium, kalium, nitrogen, zat besi) dan nutrisi B (kalium, nitrogen, pospor, magnesium, sulfur, mangan, zink atau timah sari, copernicium, molibdenum, boron) yang dibutuhkan tanaman.




Diantara beberapa sistem hidroponik yang banyak dipraktekkan pada saat ini, sistem yang paling sederhana, murah, dan mudah dilakukan adalah sistem rakit apung dan sumbu. Hidroponik dengan sistem rakit apung merupakan sistem yang menggunakan bak berisi air dengan meletakkan bibit sayuran di atas sterofoam yang dilubangi sesuai dengan jarak tanamnya. Pada sistem ini dibutuhkan aerator (alat penghasil gelembung) untuk mengatur sirkulasi udara, dikarenakan tidak adanya jarak antara akar tanaman dengan air. 

“Sedangkan sistem sumbu merupakan sistem yang mengadopsi sistem pada kompor minyak, teknisnya bak berisi air diberi tutup (sterofoam) yang dilubangi sesuai dengan diameter pot yang digunakan. Pot diberi sumbu sebagai alat penghubung untuk menyalurkan nutrisi ke tanaman. Jarak antara air dengan pot kira-kira 5-8 cm, ini akan menjadi wadah tanaman untuk tumbuh dan berkembang,” jelas Titin Widiastuti.

Sugianto, salah satu warga Desa Menganto Kecamatan Mojowarno menjelaskan bahwa bila dibandingkan dengan menanam suatu tanaman secara langsung di tanah, hasil hasil panen menggunakan sistem hidroponik lebih bersih dan aman jika langsung dikonsumsi. Teknologi ini juga ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida dan menjadikan lingkungan lebih lestari.

Namun dalam perawatannya juga harus diperhatikan agar tanaman hidroponik dapat tumbuh subur terlebih jika sedang musim hujan. Air nutrisi tidak boleh tercampur air hujan, terlebih airnya sampai tumpah, hal itu menyebabkan Part Per Million (PPM) nutrisi menjadi berkurang, bahkan menurun drastis jika hujannya berlangsung cukup lama.

“Nutrisi akan terbuang bersama air hujan. Solusi terbaik adalah menutup instalasi hidroponik dengan atap dari plastik UV, sehingga tanaman dan nutrisi terlindungi. Jika tidak memberi atap tanaman, maka yang bisa dilakukan adalah menutup bak nutrisi sedemikian sehingga jika terjadi hujan, air hujan tidak sampai masuk bak nutrisi,” jelas Sugianto, laki-laki yang gemar menamam tanaman hidroponik tersebut.

Tanaman hidroponik memiliki beberapa kelebihan, tambahnya, antara lain, penggunaan lahan lebih efisien, tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah, kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih, penggunaan pupuk dan air lebih efisien serta pengendalian hama dan penyakit lebih mudah.  aditya eko
Lebih baru Lebih lama