Perlu diketahui masyarakat juga apabila penggunaan minyak dengan aroma tertentu saat perawatan keris bukan berarti menghidupi unsur magis yang ada di dalamnya, tetapi kandungan minyak mampu menjaga keawetan bilah keris agar tidak mudah berkarat dan korosi.

JOMBANG – Kecintaan seseorang dalam menjaga aset budaya warisan leluhur dapat direpresentasikan melalui berbagai hal. Seperti yang dilakukan salah satu kolektor keris asal Kota Santri, Teddy Aprilianto.

Melalui keprihatinannya melihat benda-benda bersejarah kurang terawat di beberapa tempat yang pernah dikunjungi, laki-laki berkediaman di Jalan Jombang-Sentul tersebut sejak di bangku SD sudah dikenalkan orangtuanya dengan benda tajam berhias lengkungan di bagian bilahnya ini dan secara langsung tergerak hatinya untuk terus merawat warisan senjata perjuangan pendahulu bangsa itu. Tidak kurang dari seratus keris tertata rapi di lemari kaca penyimpanannya.

“Semua koleksi murni hanya sebatas mewarisi benda peninggalan leluhur, tidak ada sedikitpun unsur magis melatari kegemaran ini. Walaupun setiap satu bulan sekali perawatan memerlukan perlakuan khusus seperti pelumuran minyak pada setiap sisi bagian bilah keris ataupun pembersihan debu di permukaan warangka (sarung keris), tetapi tetap tidak menggunakan satu ritual khusus,” papar laki-laki yang kerap disapa Teddy tersebut.

Perlu diketahui masyarakat juga apabila penggunaan minyak dengan aroma tertentu saat perawatan keris bukan berarti menghidupi unsur magis yang ada di dalamnya, tetapi kandungan minyak mampu menjaga keawetan bilah keris agar tidak mudah berkarat dan korosi. Tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa oknum praktisi melakukan hal sebaliknya sesuai kepercayaan dan tujuan masing-masing.

Salah satu rekan Teddy, Mas’ud Sujadi menambahkan, “Bentuk keris setiap daerah memiliki karakter masing-masing. Di Bali, peletakan keris tidak disimpan di pinggul tetapi di punggung layaknya pedang, sehingga lebih panjang dan besar. Sedangkan keris peninggalan Kerajaan Majapahit memiliki ciri khas bentuk sangat indah, karena kerajaan sangat jarang mengalami peperangan. Akhirnya Mpu (pembuat keris) memiliki waktu cukup panjang dalam berkreasi sebuah keris. Oleh sebab itu keindahan kerisnya pun sudah diakui menjadi salah satu yang terindah. Terlebih keunggulan tempa setiap lipatan yang dilakukan secara berulang membuat bilah keris sangat kuat dan tahan terhadap karat, bila dilumuri minyak pun tidak mudah kering. Bentuk bilah cenderung kecil dengan ujung nyujen (baca: lancip) layaknya tusuk sate.”

Saat ini para kolektor memiliki berbagai cara dalam menekuni kegemaran yang melibatkan benda bersejarah tersebut. Sebagian terus menambah koleksi guna menjualnya kembali atau seperti halnya Teddy hanya sebatas merawat serta melestarikan saja, tanpa adanya unsur jual beli di dalamnya.

Ketika memilih koleksi keris sebagai hobi, kolektor tentu sudah siap menghadapi segala kemungkinan. Mulai dari nominal mahar terbilang relatif cukup tinggi dan tidak terpatok secara tentu, terpenting selanjutnya adalah berapa usia keris. Semakin tua usia keris, maka harganya juga bisa lebih tinggi. Bagitu juga perihal lokasi dalam memperoleh keris buruannya, karena setiap orang memiliki jenis-jenis karakter tertentu.

Lelaki berpeci ini menuturkan, “Semua koleksi di sini murni berasal dari nenek moyang yang dulunya memang mengumpulkan keris sebagai simbol kewibawaan atau keturunan. Sekarang ini kepemilikan keris sebagian besar disalahgunakan untuk keperluan menyimpang dan mengakibatkan image negatif keluar jika berbicara tentang keris. Alih-alih sebagai media pengobatan alternatif ataupun berbagai kegiatan berhubungan dengan hal magis. Tetapi melalui penuturan beberapa kolektor, siapapun yang memiliki keris memang dapat menambah pamor seseorang.” fakhruddin
Lebih baru Lebih lama