Menurut Kepala Dusun Kalak, Muhammad Purnowo bahwa terdapat beberapa peninggalan yang hingga kini masih dapat disaksikan. Diantaranya yakni berupa makam Mbah Ronggo beserta keluarga dan Keris Sri Lestari (Sungkem).

TEMBELANG – Suasana yang tenang jauh dari riuh kesibukkan orang di jalanan menggunakan kendaraan, sangat terasa di Dusun Kalak, Desa Kalikejambon, Kecamatan Tembelang. Majalah Suara Pendidikan mencoba menyingkap cerita dibalik keberadaan desa yang kental nuansa keakraban antar warganya tersebut.

Konon keberadaan desa tidak bisa dilepaskan dari kisah pelarian Pangeran Antasari. Warga setempat lebih kenal dengan sebutan Mbah Ronggo. Saat itu Mbah Ronggo sedang bersembunyi dari kejaran musuhnya. Lambat laun kisah cinta pun tumbuh dengan salah seorang gadis disana dan memutuskan berkeluarga.

Menurut Kepala Dusun Kalak, Muhammad Purnowo bahwa terdapat beberapa peninggalan yang hingga kini masih dapat disaksikan. Diantaranya yakni berupa makam Mbah Ronggo beserta keluarga dan Keris Sri Lestari (Sungkem).

Desa yang telah dihuni oleh lebih kurang 1.200 penduduk dengan terbagi atas berkisar 280 kepala keluarga, menyakini jika keris Sungkem mampu membuat orang yang ingin berbuat jahat akan takut atau sering dikatakan Sirep atau tidak berkutik.

Pewaris peninggalam Mbah Ronggo generasi keempatbelas, Kuswari menuturkan di atas makan terdapat batu berbentuk oval persis telur ayam tetapi berwarna hitam pekat. Menariknya salah satu diantaranya selalu dalam keadaan bersih, walau diterpa deburan debu atau kehujanan.

“Menurut cerita ibu saya, batu merupakan makan isteri Mbah Ronggo. Sehingga selalu bersih, dimungkinkan guna menandakannya,” ujar Kuswari.

Kuswari menambahkan jika sudah banyak dari peninggalan sang ibu yang hilang pasca renovasi rumahnya pada tahun 1971. Mulai dari buku silsilah keluarga Pangeran Antasari berisi lebih kurang 48 sampai 58 lembar, dua pusaka yang menyerupai mahkota bunga dan lukisan yang tampak sangat jelas seraya tegas disetiap goresannya (terbuat dari getah pohon aren). Gurat lukisannya berupa perempuan cantik jelita dan badan yang berbentuk kuda digambarkan di atas kertas coklat kasar penuh serat laiknya dasar bahan bago dan terdapat tulisan aksara Jawa kuno.

Saat ini renovasi makam petilasan juga terawat dengan baik yang dibangun dalam bentuk rumah berukuran 2,5 m dan panjang 5 m. Tempat ini dibangun bertujuan akan diadakannya secara rutin acara pengajian Jumat Legi bersama masyarakat sekitar sebagai bentuk ucapan syukur.

Selain itu berkembang keyakinan bilamana ada warga yang bekerja mengunggulkan kecerdasannya, maka menjadi tidak nyaman tinggal di sana. Sebaliknya, andai mengandalkan tenaganya dapat lebih makmur. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama