Abdullah Mirza, kolektor uang kuno ini sering melakukan perburuan ke ragam tempat dan menjalankan bermacam metode agar berhasil mendapatkan yang dikehendaki. Menurut lelaki yang bekerja di sebuah toko mebel ini, sejak lima tahun lalu mulai tertarik mengkoleksi alat tukar tersebut. 

PETERONGAN – Bila sudah menyangkut kegemaran, kadang menjadi bagian dari hidup. Biarpun dianggap tidak wajar dan sulit dilakukan, semua itu tiada berarti apa-apa. Bahkan demi memenuhi hasratnya, segala cara serta upaya rela dikerjakan. Baik berburu ke tempat yang jauh hingga melahirkan pelbagai hal konyol.

Sewarna dengan Abdullah Mirza, kolektor uang kuno ini sering melakukan perburuan ke ragam tempat dan menjalankan bermacam metode agar berhasil mendapatkan yang dikehendaki. Menurut lelaki yang bekerja di sebuah toko mebel ini, sejak lima tahun lalu mulai tertarik mengkoleksi alat tukar tersebut.

“Diawali mengumpulkan uang logam kuno dulu. Selain terjangkau, identifikasi keasliannya lebih mudah dari pada kertas,” ungkap Abdullah Mirza.

Selain itu perkembangan uang, dimulai dari uang logam. Di berbagai negari uang logam dianggap lebih praktis, saat itu sebelum ditemukan mesin cetak. Baru tahun 1905 hadir uang kertas dengan desain yang menarik dan nominalnya cukup tinggi.

Ketika memulai perburuannya, Mirza rela mencari hingga ke luar daerah seperti Surabaya, Jakarta, bahkan ke luar Jawa sekalipun. Caranya memang cukup mudah, bisa secara daring ataupun melalui kolektor serupa tetapi harus menemukan orang yang benar-benar terpercaya.

Penyuka barang antik itu memperoleh koleksinya dengan berbagai variasi harga, ada yang kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Tergantung nominal, tahun beredar dan kondisi uang. Ketika mendapati uang kuno kondisi Uncirculated (Unc), maka harganya bisa mencapai puluhan juta hingga miliaran rupiah.

Unc merupakan kondisi uang dalam keadaan sangat baik karena belum pernah digunakan atau hanya beberapa kali saja. Kondisi ini dapat dilihat dari permukaan uang yang tampak sangat sempurna, baik ketajaman setiap sudut, kebersihan, kecerahan, hingga tingkat kekakuan masih terjaga.

Laki-laki berbadan kurus tersebut menambahkan, “Kondisi Unc sangat jarang dimiliki kolektor, adapun pasti jumlahnya sangat sedikit sehingga nilainya sangat melambung.”

Terlebih, di setiap tahunnya uang zaman dahulu beredar dengan seri berbeda-beda sesuai desain gambar utamanya seperti hewan, bunga, pekerja dan sebagainya. Melalui tampilan seri tersebut memberikan kemudahan bagi penghobi dalam mengidentifikasi secara langsung, sehingga dapat diketahui data pendukung mengenai tahun, ukuran, hingga bahan utama pembuatan uang berdasarkan sebuah katalog khusus.

Apabila dihitung, sekarang koleksinya sudah mencapai ribuan. Jumlah terbanyak adalah uang koin, karena lebih dulu diminati. Sampai saat ini koleksinya pun terus bertambah, jika ada sedikit rezeki berlebih.

Demi menjaga keawetan koleksinya, Mirza memiliki alternatif cara tersendiri. Uang koin bisa diletakkan di sebuah tatakan atau ditata di dalam album khusus. Hanya saja untuk yang di dalam album harus rutin dibersihkan, karena masih memungkinkan masuknya debu. Perawatannya juga sangat mudah, cukup menggunakan kuas ataupun alat pembersih lain, tetapi jangan menambahkan satu cairan tertentu sebab dapat mengurangi nilai keantikannya. Sedangkan uang kertas cukup di simpan di dalam album dengan tambahan lapisan plastik lagi guna menjaga kekeringan uang agar tidak lembab.

Akibat jumlah koleksi yang sudah melebihi tempat penyimpanan, akhirnya beberapa uang kunonya harus rela untuk dilego. Penjualannya pun tidak sembarangan, menyesuaikan seberapa banyak jumlah satu nominal yang sama dan hanya nominal kecil saja. Pembelinya sebagian besar berasal dari sepasang muda mudi yang hendak menikah ataupun sesama kolektor. Mengenai harga tidak ada perbedaan bagi keduanya, sesuai pembelian awal. Tetapi apabila sudah berbeda tahun kembali kepada prinsip barang kuno, yakni semakin tua usianya maka nilainya turut meningkat.

Ayah satu puteri ini menambahkan, “Koleksi tidak hanya sebatas mengumpulkan uang asli, ada beberapa dalam kondisi repro atau replika. Terdapat sejumlah seri uang yang tidak diedarkan, sehingga hanya berupa replikanya saja. Itupun tetap memiliki banyak pemburu, sebab fisiknya sangat menyerupai bentuk sebenarnya. Perlu diketahui juga, uang tergolong kuno apabila sudah tidak laku sebagai alat tukar. Walaupun hanya terpaut satu tahun.” fakhruddin
Lebih baru Lebih lama