Akan tetapi untuk mendapatkan airsoft gun, penghobi harus import dari negeri tetangga. Sampai sekarang di Indonesia masih belum ada produsen yang membuat. Hal itu menjadi satu hambatan di kalangan para penghobi, terlebih regulasi pembatasan barang import semakin ketat dan dibatasi.

JOMBANG – Permainan peperangan memang mengasyikkan. Apalagi bisa mengalahkan lawan, seakan memacu andrenalin. Baik bermain langsung maupun melalui sebuah gawai. Bahkan saat bermain seringkali menyerupai seorang tentara. Mulai cara berdandan, cara mengambil langkah, hingga senjata yang digunakan.

Hal itulah yang dirasakan juga oleh Andre Bagus Setyawan. Berangkat dari kenangan masa kecilnya, kini menggunakan unit replika senjata mirip senjata sungguhan untuk bermain sebuah peperangan. Ia beralasan memilih memainkan permainan yang populer disebut airsoft gun ini lantaran bentuk dam ukurannya sama persis dengan senjata aslinya. Akibatnya kalau memainkannya seakan menjadi angkatan bersenjata sungguhan.

“Walaupun hanya mainan, airsoft gun memiliki daya lontar terbilang kuat. Selain itu bahan peluru juga terbuat dari benda yang cukup keras, yakni campuran plastik serta sejenis keramik. Sangat berbahaya jika mengenai mata ataupun organ vital lain. Oleh karenanya pemilik harus benar-benar memperhatikan siapa pemakainya dan kalau bisa dijauhkan dari jangkauan anak kecil,” jelas Andre Bagus Setyawan.

Begitu pun saat memainkannya, pemain dianjurkan mengenakan Savety Gear (perlengkapan pengaman). Seperti helm, topeng karet, balaclava (topeng), vest (rompi tempur), elbow pad (pelindung siku), knee pad (pelindung dengkul), sarung tangan dan sepatu bot. Di antara semua perlengkapan, yang paling diwajibkan tentunya adalah pemakaian kaca mata pelindung dan sudah harus dalam kondisi lolos tes uji coba.


Laki-laki yang pernah bekerja di Australia ini menambahkan, “Sebenarnya airsoft gun dapat dimainkan melalui dua cara, yaitu secara peperangan ataupun menembak target. Bagi sebagian orang peperangan dirasa lebih menyenangkan dan mampu memacu adrenalin semakin cepat. Tidak kalah penting juga menuntut sportifitas para pemainnya, sebab ketika sudah terkena tembakan diwajibkan untuk mengakui dan meninggalkan area pertempuran. Apabila tidak mengaku maka akan menjadi sasaran tembak ataupun bahan candaan setelah pertandingan.”

Di sisi lainnya jenis airsoft gun terbagi menjadi tiga tipe, laras pendek, sedang dan panjang. Pemilihan masing-masing tipe mempengaruhi nominal harga jual maupun belinya, selain berdasar bahan pembuatan juga berpengaruh terhadap kecepatan daya lontar peluru. Kisaran harganya pun bervariatif, mulai dari satu juta hingga empat juta rupiah.

Akan tetapi untuk mendapatkan airsoft gun, penghobi harus import dari negeri tetangga. Sampai sekarang di Indonesia masih belum ada produsen yang membuat. Hal itu menjadi satu hambatan di kalangan para penghobi, terlebih regulasi pembatasan barang import semakin ketat dan dibatasi. Sehingga kolektor harus ekstra sabar serta rela merogoh kantong sedikit dalam.

“Di samping itu, dari segi fasilitas pendukung seperti area bermain masih sangat minim. Adapun harus berangkat ke luar kota terlebih dahulu. Akibatnya apabila hendak menyelenggarakan acara harus mencari lokasi yang strategis, contohnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banjardowo ataupun di salah satu perkebunan di Bareng,” imbuh salah satu rekan Andre, Gembit. fakhruddin
Lebih baru Lebih lama