Dalam pesannya, Kek Dipo harus melakukan tirakat atau puasa selama tujuh hari dan beliau sambil duduk bersandar pada pohon beringin tersebut hingga pohon itu mati.

MOJOAGUNG –
Nusantara selalu memiliki kekayaan cerita dari mulut ke mulut (folklor) atas berbagai kejadian dan peristiwa. Adapun sejarah lisan mengenai keberadaan Desa Wringinpitu, Kecamatan Mojoagung serta terbukanya areal hutan angker yang kini beralih menjadi daerah yang terkenal dengan sentra mebelnya tersebut.

Menurut cerita dari beberapa sudut pandang yang ditelusuri dan telah digali dari cerita atau dongeng dari beberapa warga Desa Wringinpitu, asal mula nama Wringinpitu tidak jauh dari sosok Kek Dipo dengan ilmu kanuragannya. Kek Dipo diyakini oleh warga sekitar sebagai orang yang membabat alas di wilayah ini.

Sekretaris Desa Wringipitu, Sri Hadiwahyuni, menuturkan bahwa menurut cerita dari Mbah Sariman yang berusia 100 tahun lebih dan telah meninggal dunia pada tahun 1962. Kira-kira diawal abad ke 15 ada beberapa orang pendatang yang berasal dari Gunung Kendeng yang dipimpin oleh seseorang bernama Kek Dipo, yang ingin membabat hutan untuk dijadikan tempat pemukiman dan lahan pertanian.

“Setelah sampai di kawasan ini, Kek Dipo bersama pasukannya menebang pohon di hutan ini. Karena menurut mereka pada saat itu kawasan ini termasuk kawasan yang memiliki tanah yang subur dan cocok untuk dijadikan lahan pertanian,” kata Sri Sri Hadiwahyuni

Setelah berhasil menebang beberapa pohon, lanjutnya, Kek Dipo menemukan pohon beringin yang sangat besar. Karena sering terjadi keadaan aneh, maka pohon beringin tersebut dianggap angker sehingga Kek Dipo dan para pengikutnya tidak berani memotong pohon beringin itu dengan kapak atau alat lainnya.

Namun karena Kek Dipo bersikukuh untuk menebang pohon besar itu, maka dirinya meminta petunjuk pada Yang Agung agar dapat merobohkan pohon beringin. Dalam pesannya, Kek Dipo harus melakukan tirakat atau puasa selama tujuh hari dan beliau sambil duduk bersandar pada pohon beringin tersebut hingga pohon itu mati.

“Dengan adanya peristiwa itu, Kek Dipo memberi nama desa ini Wringinpitu. Konon menurut cerita yang lain, Kek Dipo memberi nama Desa Wringinpitu ini karena matinya pohon beringin terkena sabdo (kekuatan) dari Kek Dipo. Karenanya beliau mendapat julukan Kek Dipo Sembodo,” paparnya ketika ditemui di kantor desanya.

Melihat letak geografis Desa Wringinpitu, menurut Sri tidak jauh dari pusat pemerintahan Kerajaan Majapahit yaitu lebih kurang tujuh kilometer. Di beberapa dusun seperti Dusun Suwaru dan Dusun Kepuh dipercaya masyarakat pernah berdiri bangunan rumah dari para punggawa atau kerabat kerajaan Majapahit. Saat ini beralih fungsi sebagai makan desa.

“Dahulu pernah ditemukan bata-bata kuno berukuran besar khas dengan bangunan Majapahit dan beberapa uang lama yang berada dalam kendil. Bata dan uang lama itu ditemukan pada saat menggali makam,” beber Sri Hadiwahyuni. aditya eko
Lebih baru Lebih lama