Khas bangunan masa kolonial di amati dari tebal dinding bangunan. Pada Musala Baitul Mustaqin lebih kurang memiliki diameter 15 cm. Kemudian dikelilingi dengan jendela jenis lipat. Sementara itu bagian shaf salat sudah dilapisi dengan karpet dan sajadah. Menuju di bagian tempat imam, terdapat ornamen relief asma Allah dan Muhammad SAW di sebelah kanan-kiri.

DIWEK – Perkembangan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa terbilang cukup pesat. Baik sejak hadrinya legenda Wali Songo hingga banyaknya pondok pesantren. Keberadaannya pun terbilang sukses, mengakibatkan banyak rumah ibdah (baca: mushala/masjid) tersebar cukup banyak di tengah masyarakat dengan desain yang ikonik karena mencerminkan zamannya. Salah satunya Musala Baitul Mustaqin yang berada di Dusun Sugihwaras, Kecamatan Diwek.

Diungkapkan oleh Takmir Musala Baitul Mustaqin, H. Masbukin keberadaan pastinya tidak deketahui sejak kapan. Dia hanya menandai bahwa ketika lahir musala tersebut sudah berdiri. Namun pada tahun 1987 mengalami perombakan bagian dalam dan dilanjutkan dua tahun kemudian bagian serambinya.


Baca Juga : Perhatikan Kesehatan Gigi Sedari Dini

Sebelum memasuki mushala ini, terlihat dari kejauhan jarak antar tiang penyangga dihiasi bentuk lekuk bak kubah rumah ibadah umat islam. Kini di era modern dengan gaya aristekturnya sudah ditinggalkan, lantaran lebih dinamis atau minimalis. Selanjutnya, anak tangga menuju kedalam mushala menggunakan tekel traso. Warnanya antara putih tulang dan coklat muda. Selain itu terdapat bintik-bintik berwarna coklat tua serta kuning telur yang memenuhi bagian bidang tekel tersebut.




Khas bangunan masa kolonial di amati dari tebal dinding bangunan. Pada Musala Baitul Mustaqin lebih kurang memiliki diameter 15 cm. Kemudian dikelilingi dengan jendela jenis lipat. Sementara itu bagian shaf salat sudah dilapisi dengan karpet dan sajadah. Menuju di bagian tempat imam, terdapat ornamen relief asma Allah dan Muhammad SAW di sebelah kanan-kiri.

Rasa nyaman karena kesejukan musala karena jendela dibiarkan terbuka dan banyaknya lobang ventilasi berukuran besar. Ditambah dinding musala bagian dalam yang dikramik, membuat suasana menjadi lebih teduh.

“Sejak didirikan oleh H. Dul Majid segala renovasi tetap mempertahankan bentuk aslinya. Dahulu hampir keseluruhan menggunakan krepyak anyaman bambu dan di topang tiang dari kayu bendo,” terang H. Masbukin

Berbeda dengan kebanyakan musala, bagian kubah Musala Baitul Mustaqin berbentuh limas. Hal itu merupakan salah sat sisa bangunan lama yang masih dipertahankan hingga kini. Tambah H. Masbukin, selian itu langit-langit pun tetap menggunakan bambu dan besi supaya keaslian mushala tidak hilang sepenuhnya. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama