Awalnya seli diperuntukkan bagi mobilitas jarak dekat sampai sedang. Namun ada yang memakainya untuk turing atau jarak jauh. Semua kembali ke pribadi masing-masing.

JOMBANG – Waktu merupakan aspek yang berharga dalam kehidupan setiap orang. Kita selalu berusaha menghemat waktu dengan membuat segala sesuatu di sekeliling kita menjadi lebih praktis. Bersepeda juga dapat dibuat lebih praktis apabila ingin menghemat waktu dan juga tempat. Salah satu cara yang mudah dilakukan untuk menghemat waktu dalam hal bersepeda adalah dengan menggunakan sepeda lipat. Sepeda yang satu ini sangat praktis dibawa dengan cara dilipat kemudian didorong ataupun dijinjing.

Hal tersebutlah yang menjadikan Irawan, laki-laki asal Desa Pesantren, Kecamatan Tembelang ini menggandrungi sepeda lipat atau seli. Karena keunikan dan kepraktisannya dibawa atau dapat diletakkan diruangan sempit, sepeda ini menjadi teman sehari-harinya untuk kegiatan hobi dan berolahraga.

“Saya jatuh hati dengan seli ini sejak tahun 2012 lalu. Sepedanya enak untuk ditunggangi dan tidak pilih-pilih medan seperti kebanyakan sepeda pada umumnya. Uniknya lagi sepeda ini menggunakan lingkar ban sebesar enam belas inchi. Jadi jika ingin cepat mencari keringat sepeda ini sangat cocok,” kekeh Irawan saat mengungkapkan kesenangannya terhadap seli.

Baca Juga : Kekuatan Kata-kata

Awalnya seli diperuntukkan bagi mobilitas jarak dekat sampai sedang. Namun ada yang memakainya untuk turing atau jarak jauh. Semua kembali ke pribadi masing-masing. Ketika sepeda sudah menjadi bagian dari personalitas seseorang, maka penggunaannya kadang sudah tidak relevan dibicarakan. Ada yang menggunakan sepeda lipat untuk Cross Country dan digunakan untuk melahap tanjakan.

Ayah satu anak tersebut menambahkan bahwa bagaimana seli itu digunakan oleh pemiliknya. Jika kurang sesuai dengan pemakaiannya, sepeda itu dapat di upgrade menyesuaikan kehendak pemilik. Seperti merubah gear speed, lingkar ban menjadi dua puluh inchi ketika ingin dibuat turing, menambahkan boncengan, dan lain sebagainya.



“Jika kebanyakan orang memilih sepeda itu menyesuaikan tubuhnya dengan ukuran rangka agar nyaman dikendarai, maka berbeda dengan seli. Seli dapat menyesuaikan tubuh si pengendaranya. Ukurannya dapat diubah-ubah disesuaikan dengan ukuran tubuh. Sepedanya itu fleksibel,” ujar laki-laki yang juga tergabung dalam komunitas Sepeda Lipat Ringin Contong (Selir) Jombang.

Tergabung dalam komunitas, bagi Ndunk sapaan akrabnya membuat banyak manfaat. Terlepas dari manfaat bersepeda secara umum, dapat pula menambah jejaring persaudaraan antar komunitas dan lain komunitas juga terbetuk. Kegiatan sosial pun sering dilakukan oleh komunitasnya. Selama ini seli kerap dianggap sepeda anak-anak, namun dengan adanya kelompok ini, mereka juga mengampanyekan sepeda seli juga dapat dipergunakan untuk semua usia. Bahkan sepeda ini dapat membopong berat sebesar 120 kilogram.

Jika melihat sejarahnya, tambah Irawan, seli ini dahulunya diperuntukkan untuk petinggi kerajaan di Inggris, karenanya sepeda ini dianggap sepeda mewah. Namun dalam komunitas Selir, tidak ada kata mewah-mewahan atau gengsi untuk tipe dan harga sepedanya. Semua sama, yang terpenting adalah sehat, guyup rukun, dan saling bertukar pikiran. Dirinya juga mengajak masyarakat Jombang untuk bersepeda agar memperoleh manfaat yang besar.

“Kegemaran ini juga saya tularkan ke anak saya yang masih duduk di kelas IV SD. Alhamdulillah dampaknya sangat luar biasa. Dulunya dia kecanduan gedget dan emosinya tinggi, sekarang sudah tidak lagi. Bahkan untuk sosialnya juga bagus,” imbuh Irawan. 
 aditya eko
Lebih baru Lebih lama