Dosen Pembimbing Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Dian Anik Cahyani, M.Pd. menjelaskan, “Berangkat dari mahasiswa yang kreatif, sehingga gagasan yang kemudian dikembangkan menjadi sangat luar biasa. Arahan serta bimbingan terkait dengan pengajuan hingga proses penciptaan karya dikawal hingga teralisasi.”

JOMBANG - Minum kopi sekarang ini sudah bukan lagi sekedar menghapus dahaga. Sehingga minum kopi pun berubah menjadi gaya hidup. Seringkali mengajak bertemu baik sekedar berbincang, mendiskusikan pekerjaan, hingga mengerjakan tugas mengunakan diksi ngopi sebagai penghantar ajakan.

Semakin lengkap rasanya, kalau ditambah dengan kudapan. Membuat minum kopi semakin nikmat. Hal itulah yang menjadi dasar ide kreatif Mahasiswa STKIP PGRI Jombang, Muhammad Chaviv saat membuat mesin pemanas makanan. Mengingat minum kopi tidak bisa dilakukan dalam sekejab, sehingga kerap membuat makanan yang dihidangkan pun larut menjadi kurang sedap lantan sudah mulai dingin.

Ditambah pengalamannya dalam mengikuti workshop Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, menjadi bekal menjajikan karena mendapat jaringan seorang pelaku usaha yang cukup sukses dibidangnya. Tak ayal semakin memupuk keyakinan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini.

Baca Juga : Workshop Seni Pertunjukan 2019 Budaya Agraris Menggali Potensi Lokal


Dosen Pembimbing Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM), Dian Anik Cahyani, M.Pd. menjelaskan, “Berangkat dari mahasiswa yang kreatif, sehingga gagasan yang kemudian dikembangkan menjadi sangat luar biasa. Arahan serta bimbingan terkait dengan pengajuan hingga proses penciptaan karya dikawal hingga teralisasi.”

Mahasiswa semesester tujuh, Muhammad Chaviv ini melaksanakan riset, dan pada bulan Juli lalu mengajukan proposal untuk mendapatkan bantuan anggaran dari dana hibah KBMI sebesar duapuluhdua juta rupiah. Dana tersebut diberikan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Dirjen Belmawa Kemenristek Dikti) kepada mahasiswa yang memenuhi kriteria kompetisi.

“Selama tiga bulan melalui proses hingga berakhir di bulan September mampu merealisasikan penemuan pada tampilan alat yang dibutuhkan konsumen dan pasar. Seperti halnya pemberian penutup di atas pemanas hingga kombinasi tampilannya berdasarkan yang disarankan dari pertemuan pengajuan proposal pada ajang Monitoring dan Evaluasi (Monev) Internal di STKIP PGRI Jombang,” terang Muhammad Chaviv.

Pemanas makanan yanag diberi nama BC-eL ini berukuran 24cm x 16cm serta tinggi lebih kurang 8cm. Gagasan ini berasal dari riset di 30 cafe yang ada di Jombang dan mayoritas mengeluhkan makanannya lebih cepat dingin, berminyak, dan mahal. Berdasarkan ketiga hal tersebut Muhammad Chaviv tertarik untuk menjawab permasalahan pada makanan yang cenderung cepat dingin.

“Alat pemanas praktis, hemat listrik ini diciptakan dan dikembangkan menggunakan elemen listrik dan digabungkan dengan tremoster pengukur suhu sehingga dalam tekanan suhu tertentu elemen itu akan mati dengan sendirinya. Diberikan tiga pilihan untuk menghangatkan diantaranya hangat biasa, hangat standar, dan hangat maksimal. Makanan yang biasa yang dipanaskan memang dipersiapkan untuk makanan siap saji yang ada di cafe seperti sosis, kentang goreng, nuget, risoles dan makanan ringan lainnya.” ungkap pria yang sering dipanggil Chaviv itu.

Kini sudah terproduksi sebanyak sembilanbelas unit pemanas. Konsumen yang sudah menikmati penemuan ini yakni 7 cafe di Jombang dan 5 cafe di Sidoarjo.

“Pengembangan selalu dilakukan hingga kemudian dari hasil uji di lapangan, mendapati kebutuhan ini juga diinginkan oleh ibu rumah tangga dalam aktivitasnya menyiapkan sajian makanan. Kalau untuk makanan rumah tangga seperti pepes, dan lauk lainnya bisa dipanaskan menggunakan alat tersebut. Namun dilihat dari sisi ukuran, nampaknya kurang lebar jika kebutuhan ini ditempatkan di lingkungan keluarga. Sehingga nantinya akan ada produksi unit yang dikhususkan untuk kebutuhan rumah tangga,” ulasnya saat ditemui di ruang kemahasiswaan STKIP PGRI Jombang.

Pria yang juga memiliki usaha dibidang teknologi ini berharap, nantinya akan bekerjasama dengan pabrik atau perusahaan elektronik dalam produksinya. Sebab saat ini penjualannya juga merambah ke pasar online dan media sosial. Sehingga dalam sajiannya juga akan tak lagi menggunakan listrik setiap saat. Artinya hanya menekan tombol on/off sebab terobosannya dengan mengisi daya saja dan tersimpan layaknya power bank. chicilia risca
أحدث أقدم