Foto : Peserta didik SDN Kedungotok saat bermain sepak takraw. (ist)

Sepak takraw sendiri masuk menjadi salah satu ekstrakurikuler di SDN Kedungotok mulai tahun 2000. Hadirnya ekstrakurikuler sepak takraw juga hasil dari permohonan peserta didik dan walinya untuk menfasilitasi bakat yang di miliki untuk olah raga dari Negeri Tiongkok ini.

TEMBELANG – Kesuksesan sebuah lembaga pendidikan, tidak hanya bisa dinilai melalui nilai-nilai akademik yang didapat oleh para peserta didiknya. Melainkan juga bisa didasarkan pada pencapaian pada prestasi non akademik.

Salah satu lembaga yang konsisten menciptakan lulusan dengan kualifikasi memiliki prestasi di bidang non akademik, lebih khusus lagi bidang olah raga adalah SDN Kedungotok, Tembelang. Bidang olah raga yang banyak dikuasai adalah sepak takraw.

“Sepak takraw menjadi ekstrakurikuler yang paling diminati di sini. Sepak takraw juga yang seringkali mengangkat nama sekolah di tingkat kecamatan bahkan kabupaten. Peserta didik selalu berhasil mendominasi menjadi juara, jika lomba yang diadakan terdapat lomba sepak takraw,” ungkap Kepala SDN Kedungotok, Sri Ngasti, S.Pd.

Baca Juga:
Berpikir Ala HOTS Memerlukan Pembiasaan

Sepak takraw sendiri masuk menjadi salah satu ekstrakurikuler di SDN Kedungotok mulai tahun 2000. Hadirnya ekstrakurikuler sepak takraw juga hasil dari permohonan peserta didik dan walinya untuk menfasilitasi bakat yang di miliki untuk olah raga dari Negeri Tiongkok ini.

Guru Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) SDN Kedungotok, Mahfud S.Pd menambahkan, “Sejak mulai ada tahun 2000, setiap ada perlombaan sepak takraw kita selalu menyabet juara. Pun ketika peserta didik ini melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Jika di sekolahnya memiliki ektrakurikuler sepak takraw, mereka juga akan menjadi pengisi skuad utama.”

Untuk mengasah kemampuan, setiap Senin dan Kamis para peserta didik anggota ekstrakurikuler sepak takraw mengikuti latihan. Peserta didik yang diizinkan ikut adalah mulai kelas tiga hingga enam. Mereka akan dibagi ke dalam tiga kelompok berdasarkan kemampuan yang di miliki. Untuk peserta didik dengan kemampuan dasar, akan dikelompokkan pada kelompok C, menengah pada kelompok B, dan mahir dalam kelompok A.

Meski diakui bahwa ekstrakurikuler sepak takraw yang paling menonjol, Sri Ngasti juga menyebut bahwa ekstrakurikuler lain seperti Pramuka (wajib), voli, atletik dan catur hingga tari juga memiliki peminatnya masing-masing. Ekstrakurikuler Baca Tulis Quran (BTQ) yang sudah lebih dulu ada kini dilebur dengan pelaksanaan Muatan Lokal (Mulok) Keagamaan.

“Meski unggul di bidang olah raga, kami tidak lantas lupa untuk menyiapkan peserta didik dalam bidang akademiknya. Peserta didik kelas VI yang sebentar lagi harus menghadapi ujian akhir, mulai kami himbau untuk tidak terlibat lagi dalam segala jenis ekstrakurikuler. Mereka harus mulai fokus belajar,” jelas Sri Ngasti.

Sekolah yang merupakan gabungan dua lembaga ini, kendati terlihat sudah memiliki cukup sarana dan prasarana namun ternyata belum memiliki kantin sehat. Dua kelas yang ada juga dalam kondisi rusak dan tengah dalam proses pengajuan rehabilitasi.

“Semoga ke depannya, jika mendapatkan bantuan kami bisa membuat kantin sehat, merehab kelas, dan mengalihfungsikan musala kecil milik SDN II Kedungotok dulu menjadi ruang baca terbuka dan sentra permainan tradisional,” harap Sri Ngesti. fitrotul aini.
أحدث أقدم