Kastiman saat merias rupa sebelum pentas. (Rabitha)

BARENG – Kesenian kuda lumping atau yang kerap disebut Jaranan sudah sejak lama menjadi tontonan yang digandrungi masyarakat. Tak terkecuali di Telatah Kebo Kicak yang memiliki kesenian serupa bertajuk Jaranan Dor. Dari serangkaian banyak pementasan Jaranan Dor, terdapat satu aksi diluar nalar yakni saat pemain mengalami kesurupan atau dalam Bahasa Jawa disebut Ndadi.

Semua aksi tersebut dilakukan secara tidak sadar, rasa sakit, perasaan malu dan tidak nyaman sama sekali tidak mampu dirasakan. Saat kesurupan yang terdengar hanya suara gamelan, instruksi pawang dan siulan yang menandakan panggilan, sehingga apabila tak memiliki nyali para penonton tak disarankan melontarkan siulan, karena ibarat magnet para pemain akan mendatangi sumber suara tersebut, atau bahkan dapat menularkan kesurupan.  

Berbicara perihal aksi kesurupan pada pentas Jaranan Dor, bagi penikmat Jaranan Dor khususnya yang berada di wilayah Kecamatan Bareng, Ngoro hingga Wonosalam tentu tak asing mendengar nama Kastiman. Salah satu legenda Jaranan Dor yang masih gencar menarikan tarian jaran kepang hingga beragam aksinya saat kesurupan.

Beraksi pentas Jaran Dor. (Rabitha)
  
Ditemui disela waktu luangnya, Kastiman mengisahkan bahwa telah jatuh hati dengan Jaranan Dor sejak duduk di bangku SD sekitar tahun 1970. Bak buah tak jatuh jauh dari pohonnya, hal tersebut terjadi lantaran acap kali melihat sang ayah yang juga berprofesi sebagai pemain Jaranan Dor. Lambat laun kecintaannya terhadap kesenian asli tanah Jawa ini kian mendarah daging, dari yang awalnya hanya menari hingga pada tahun 1997 mulai merambah aksi kesurupan.

Kakek empat cucu ini menceritakan, “Aksi kesurupan dalam Jaranan Dor sudah menjadi hal yang lazim. Sebab apabila mengacu pada pakemnya, antara Jaranan Dor dengan aksi kesurupan yang lekat dengan unsur magis menjadi hal yang tak dapat dipisahkan. Kendati demikian tak sembarang pemain dan acara dapat disuguhkan aksi kesurupan, tentu melalui mediasi antara pihak penyelenggara acara atau penanggap, pimpinan Jaranan Dor, pawang, dan para pemain.”
 
Kastiman mulai merasakan kesurupan. (Rabitha)

Hal ini juga dimaksudkan agar pelbagai syarat dan ritual sebelum aksi pementasan juga terlaksana secara tuntas. Diantaranya adalah pawang menyiapkan sesaji atau tjok bakal hingga ritual pemanggilan roh. Apabila hal tersebut sudah berhasil dilakukan maka aksi kesurupan dapat dikendalikan. Aksi kesurupan Kastiman pun cukup beragam dalam kurun waktu dua hingga tiga jam dari menari, pencak silat, mandi lumpur, memegang atau menginjak ranting berduri hingga memakan pecahan kaca dan hal diluar nalar lainnya.

“Semua aksi tersebut dilakukan secara tidak sadar, rasa sakit, perasaan malu dan tidak nyaman sama sekali tidak mampu dirasakan. Saat kesurupan yang terdengar hanya suara gamelan, instruksi pawang dan siulan yang menandakan panggilan, sehingga apabila tak memiliki nyali para penonton tak disarankan melontarkan siulan, karena ibarat magnet para pemain akan mendatangi sumber suara tersebut, atau bahkan dapat menularkan kesurupan. Menariknya, saat mengalami kesurupan tak jarang dapat merasakan dan mengetahui hal yang tidak beres saat di pentas, semisal dapat menemukan barang yang hilang dan menggagalkan aksi pencurian,” beber pria kelahiran tahun 1960 itu.

Seorang Pawang Jaran Dor mencoba mengembalikan kesadaran Kastiman. (Rabitha)

 Namun sejatinya pria yang juga berprofesi sebagai petani itu hanyalah manusia biasa, ketika kembali sadar tak menampik bahwa sekujur tubuhnya mengalami nyeri yang dapat sembuh dengan ritual minum jamu telur ayam kampung, minuman berenergi, dan pijat. Hasil makan serpihan kaca dapat keluar melalui feses, luka goresan kecil cukup dibiarkan sembuh di kemudian hari. Kejadian paling mengharukan saat ia dilempar atau dipukul penonton yang takut saat ia tak sengaja berlari menghampiri, hingga sampai membuatnya harus dirawat di rumah sakit. Getir manis pengalaman tersebut tak sedikitpun membuatnya ingin rehat saat ini. Selama raga masih dapat diajak berkerjasama, maka Kastiman akan terus menghibur para penikmat Jaranan Dor Jombangan.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Induk Grup Jaranan: Turonggo Joyo Pimpinan Sulawi Desa Mojotengah Kecamatan Bareng. | Kontak: 085733609271



أحدث أقدم