Peserta didik yang memanfaatkan waktu untuk beristirahat. (Rabitha)


JOMBANG – Upaya pemerintah dalam membekali pendidikan karakter bagi peserta didik diejawantahkan melalui pelbagai program kebijakan. Salah satunya yang teranyar yakni sistem 5 hari sekolah pada pelaksanaan pembelajaran tahun pelajaran 2023/2024. Tak ayal pelbagai penyesuaian mesti diupayakan civitas akademika pada satuan pendidikan dibawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang yang sebelumnya berlaku enam hari kini harus dipangkas menjadi 5 hari saja.

Bagi satuan pendidikan harus sudah memiliki strategi untuk menyeimbangkan antara program intrakurikuler, kokurikuler dan terutama ekstrakurikuler.

Untuk itu setiap satuan pendidikan harus sudah memiliki strategi guna menjalankan proses pembelajaran yang terbilang serba dimampatkan ini. Sebagai acuan, satuan pendidikan dapat berkoordinasi dengan pelbagai pihak yang diantaranya seluruh guru, pembina, paguyuban peserta didik dan komite. Tak kalah pentingnya yakni pada forum kelompok kerja guru maupun kepala satuan pendidikan.

Ustadz Natsir, M.Pd. (Ist)

Sebagaimana disampaikan oleh Ketua Forum Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kabupaten Jombang, Ustadz Natsir, M.Pd. yang tak menampik bahwa terdapat langkah penyesuaian dari kebijakan baru ini. Evaluasi dan identifikasi permasalahan terus di telaah baik di tingkat internal satuan pendidikan atau pada forum KKKS yang ada di setiap kecamatan.

Ustadz Natsir mengatakan bahwa untuk sementara ini identifikasi penyesuaian dari kebijakan ini ditelaah dari pelbagai sudut pandang. Pertama yakni dari kesiapan satuan pendidikan yang mencakup sarana prasarana serta merumuskan penyesuaian program. Bagi satuan pendidikan jenjang SD, dari kebijakan ini perlu dipikirkan perihal sarana tempat ibadah. Sebab diketahui bahwa tak semua SD di Kota Santri memiliki fasilitas ibadah yang mencukupi. Sehingga terpaksa menggunakan ruang kelas, perpustakaan atau ruang tak terpakai lainnya.

Baca Juga: Langkah untuk Miliki Kualitas Tidur yang Lebih Baik

“Lantaran tempat ibadah yang terbatas diperlukan mekanisme pembagian teknis dalam pelaksanaan waktu ibadah. Contohnya pelaksanaan Salat Duha dan pembiasaan tahfidz Alquran yang dilaksanakan secara bergiliran. Bagi kelas rendah yang terdiri dari kelas I,II dan III melaksanakan pembiasaan dulu lalu dilanjutkan dengan Salat Duha, dan bergiliran bagi kelas tinggi yakni IV, V dan VI Salat Duha dulu lalu pembiasaan,” terang pria yang juga sebagai Kepala SDN Losari Ploso itu.



Selanjutnya yakni fasilitas kantin satuan pendidikan yang meskipun terkesan sepele namun memiliki andil penting dalam mendukung kelancaran pembelajaran, imbuh Ustadz Natsir. Fasilitas kantin harus diperbaiki sesuai standar dan menjual makanan dan minuman dengan kualitas bersih, sehat dan lezat serta kuantitas yang juga mencukupi bagi peserta didik atau bahkan bagi guru. Kendati demikian, diketahui banyak pendidik dan peserta didik yang membawa bekal dari rumah sehingga kebutuhan nutrisi anak dapat tercukupi dengan baik.

Pria yang identik dengan songkok hitam itu memungkasi bahwa pada aspek pendidikan karakter yang digadang sebagai muara dari kebijakan baru ini bahwa peserta didik dapat belajar disiplin. Karakter disiplin dalam belajar, mengerjakan pekerjaan rumah, mengikuti ekstrakurikuler dan kursus serta membagi waktu antara beristirahat, bermain, dan berkumpul dengan keluarga.


Rudy Priyo Utomo, M.Pd. (Donny)

Dilain sisi dari sudut jenjang SMP, dijelaskan oleh Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Kabupaten Jombang, Rudy Priyo Utomo, M.Pd. bahwa pada jenjang SMP penyesuaian banyak dilakukan dasi segi penataan jadwal. Setiap satuan pendidikan harus memiliki strategi pembagian jadwal pembelajaran baik untuk intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.

Rudy Priyo Utomo mengatakan bahwa 5 hari sekolah bukan berarti peserta didik harus belajar di dalam kelas secara penuh. Beragam kegiatan yang dapat dilakukan misalnya, terkait keagamaan, kebudayaan dan olahraga. Diharapkan aktivitas belajar peserta didik tidak membosankan karena dilakukan secara tatap muka di kelas saja, namun dapat lebih menyenangkan karena melalui beragam metode belajar yang dikelola guru yang kini banyak diperoleh selain melalui pelatihan secara langsung pada In House Training Kurikulum Merdeka juga melalui Platform Merdeka Mengajar.

Membawa bekal menjadi alternatif untuk menunjang stamina peserta didik. (Rabitha)

“Untuk pembagian jadwal, satuan pendidikan harus tegas dan adil sesuai dengan kepenuhan syarat yang berlaku bagi ASN dan PPPK. Kendati demikian bagi pendidik honorer juga perlu penyesuaian dari setiap pribadinya masing-masing. Semisal apabila ingin memadatkan jadwal mengajar untuk beberapa hari saja juga dipersilahkan, asalkan bisa mempertanggungjawabkan dengan baik. Perihal pembagian jam mengajar ini kepala satuan pendidikan dibantu dengan wakil setiap bidang harus memonitoring dan ada evaluasi, minimal setiap dua minggu sekali pada masa transisi 5 hari sekolah,” ujar pria yang akrab disapa Pak Yoyok itu.

Tak kalah pentingnya yakni rumitnya pembagian jadwal ekstrakurikuler yang dapat dipastikan dialami oleh seluruh satuan pendidikan jenjang SMP, imbuh Rudy Priyo Utomo. Pasalnya, beberapa satuan pendidikan memiliki ekstrakurikuler yang terbilang banyak bahkan mencapai lebih dari 20 jenis. Tentu pembagian jadwal dan lokasi harus dimusyawarahkan secara bersama antara kepala satuan pendidikan, wakil bidang kesiswaan, pembina ekstrakurikuler dan perwakilan peserta didik anggota ekstrakurikuler.

Rudy Priyo Utomo yang juga sebagai Kepala SMP Negeri 1 Jombang itu mengingatkan bahwa pendidikan karakter yang menjadi salah satu sasaran program ini mulai dirasakan dampak positifnya. Karakter religius dapat terbentuk dari keikutsertaan peserta didik dalam salat wajib dan Salat Jumat berjamaah, mampu menghafalkan doa-doanya hingga menelaah tentang pakaian yang suci dan tidak. Karakter menjaga pola hidup sehat dengan tak segan dalam membawa bekal dari rumah hingga karakter berwirausaha dengan berjualan makanan dan minuman pada setiap kesempatan tertentu.

Lebih lanjut, Rudy Priyo Utomo juga menambahkan bahwa karakter peserta didik juga terbentuk dalam hal kedisiplinan. Peserta didik dapat lebih fokus mengelola waktu dan kegiatan dalam memprogres minatnya guna mewujudkan cita-cita. Sebut saja peserta didik yang memiliki bakat berolahraga bisa lebih fokus berlatih lantaran tak bisa mengikuti ekstrakurikuler lainnya lantaran waktu yang padat. Kemudian dapat memanfaatkan hari Sabtu dan Minggu untuk berlatih di luar satuan pendidikan seperti di klub, komunitas dan lembaga kursus. Hal ini juga diharapkan dapat berbuah prestasi nantinya.


Drs. Ghufron, M.Si. (Rabitha)

Sementara itu menurut Pengurus Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang, Drs. Ghufron, M.Si. bahwa pelaksanaan kebijakan sekolah 5 hari sejatinya tak hanya berimbas pada lingkungan satuan pendidikan saja. Namun juga masyarakat umum, baik itu wali peserta didik yang harus menyesuaikan waktu mengantar dan menjemput, transportasi umum, hingga lembaga pendidikan kursus dan Taman Pendidikan Alquran. Tak kalah pentingnya bagi pihak penjual makanan dan minuman untuk mendukung stamina guru dan peserta didik laiknya koperasi dan kantin, harus mulai beralih pada makanan berkarbohidrat dan bergizi, hal tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung program kewirausahaan.

Terakhir, pria yang juga menjabat Pengawas SMP Disdikbud Kabupaten Jombang itu memungkasi bahwa bagi satuan pendidikan harus sudah memiliki strategi untuk menyeimbangkan antara program intrakurikuler, kokurikuler dan terutama ekstrakurikuler. Sebab, diketahui beberapa satuan pendidikan jenjang SMP masih menyelenggarakan ekstrakurikuler pada hari Sabtu. Jika sudah ditetapkan sekolah 5 hari, satuan pendidikan harusnya mengindahkannya dengan cermat sehingga pada hari Sabtu benar-benar tidak ada kegiatan di satuan pendidikan. Harapannya dalam kurun waktu sekitar tiga bulan, semua civitas akademika di Kota Santri sudah terbiasa dengan pola baru sekolah 5 hari ini,” ujar.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

أحدث أقدم