Sri Hartatik adalah sosok ibu rumah tangga yang sederhana, tangguh, dan disiplin. Menurutnya, sikap disiplin harus dimiliki semua orang. Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa dilakukan.

TEMBELANG – Kepala sekolah adalah sebagai lokomotif perubahan di sekolah yang dipimpinnya. Dia harus memiliki visi dan karakter kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah ialah orang terpilih yang telah melalui beberapa tahap seleksi mulai dari seleksi administratif, seleksi akademik, sampai lulus diklat sebagai calon kepala sekolah selama 300JP.

Seperti halnya Sri Hartatik, S.Pd.MM. Pengalaman karir sebagai kepala sekolah selama sebelas tahun membuat sekolah-sekolah yang dipimpinnya banyak mengalami perubahan yang positif. Bagaimana tidak, kepala sekolah ibarat nahkoda. Dia bertanggung jawab untuk membawa kapal mengarungi samudara yang penuh gelombang dan dia harus pandai mengendalikan agar tidak karam dan bertanggung jawab terhadap keselamatan penumpang pada kapalnya.

Dibalik kepemimpinannya itu, Sri Hartatik adalah sosok ibu rumah tangga yang sederhana, tangguh, dan disiplin. Menurutnya, sikap disiplin harus dimiliki semua orang. Disiplin diri merupakan suatu siklus kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa dilakukan.

“Disiplin diri dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan akan manjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan. Melalui keunggulan tersebut bakal digunakan meraih tjuan hidup di masa depan,” tegas Kepala SMP Negeri 1 Tembelang itu.

Sikap Disiplin ini sudah ada dalam diri Sri Hartatik sejak dirinya masih kecil. Pasalnya sejak dirinya masih duduk dibangku SMP, dia selalu tepat waktu dalam berangkat kesekolah, padahal jarak rumah ke sekolah lebih kurang sepuluh kilometer dan ditempuh menggunakan sepeda angin.




“Dahulu orang tua saya adalah petani. Saya memiliki keinginan bahwa pendidikan saya harus lebih baik dari mereka. Karenya saya berusaha keras untuk itu. Setiap pukul 03.00 saya selalu bangun untuk belajar, karena dahulu belum ada listrik, belajarnya memakai lampu minyak itu. Sampai-sampai hidung saya jadi hitam karena asapnya. Setelah itu Salat Subuh dan mempersiapkan pergi ke sekolah,” terang perempuan asal Desa Kayangan, Kecamatan Diwek itu sambil tertawa. 

Sebagai seorang ibu, dia juga selalu menanamkan sikap disiplin terhadap ketiga anaknya. Terbukti dengan penanaman sikap tersebut mengantarkan sang buah hati menuju kesuksesan di bidangnya masing-masing. Tak lupa pula dengan penguatan-penguatan pendidikan keagamaan.

“Alhamdulillah sekarang ketiga anak saya sudah menikah dan tinggal di luar kota. Ada yang di Denpasar, Bandung, dan Jakarta. Tetapi mereka juga sering mengunjungi saya di Jombang,” kata nenek tiga cucu tersebut sambil tersenyum bahagia.

Perempuan berusia 58 tahun itu juga tergabung dalam kepengurusan Pramuka Kwarcab Kabupaten Jombang. Sudah puluhan tahun Sri Hartatik terlibat dalam gerakan kepanduan itu. Ketertarikannya pada gerakan yang diciptakan Robert Baden Powell bukan tanpa sebab. Menurutnya, Pramuka mengajarinya lebih mandiri. Selain itu juga kebersamaan dan rasa tangungjawab tinggi.

“Pramuka itu mengajari kita tentang moral melalui Dasa Dharma maupun Tri Satya. Dalam Pramuka juga mengajarkan disiplin, punya prinsip hingga mencintai alam. Karenanya Pramuka sendiri harus diterapkan kepada semua orang, terkhusus peserta didik” ungkap mantan Kepala SMP Negeri 2 Jombang itu.

Menurutya, melalui Pramuka, peserta didik dibekali dengan sikap mental yang tangguh seperti disiplin, berani, loyal, bertanggung jawab dan sifat-sifat lainnya, yang terdapat dalam Dasa Dharma (sepuluh bakti) Pramuka. Sikap mental ini barangkali tidak ditemui dalam proses pembelajaran formal. aditya eko
Lebih baru Lebih lama