Solikun salah seorang penghobi layang-layang asal Dusun Surobayan, Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Hobinya bermain layang-layang sejak masih duduk di kelas VI SD saat ini justru diikuti oleh para tetangganya.

PETERONGAN – Sebuah hobi kalau mengasyikan serta tidak membutuhkan banyak biaya akan menulari lainnya. Selain mampu memcah kepenatan, melangsungkan hobi bersama-sama tentunya akan melahirkan sebuah tali silahturrahmi semakin erat. Laiknya bermain layang-layang. Permainan tradisonal yang mulai jarang tampak dimainkan ini, ternyata banyak dimainkan oleh orang dewasa.

Salah satunya adalah Solikun, salah seorang penghobi layang-layang asal Dusun Surobayan, Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Hobinya bermain layang-layang sejak masih duduk di kelas VI SD saat ini justru diikuti oleh para tetangganya. Hampir setiap hari, di musim kemarau utamanya pasca panen padi, jika angin berhembus memadai, beberapa warga Dusun Surobayan akan secara bahagia menuju sawah untuk menaikkan layang-layang miliknya.

“Angin yang bertiup dari Selatan menuju ke Utara adalah jenis angin yang sangat disukai orang-orang untuk menaikkan layang-layang. Bisa ada sekitar delapan hingga sembilan layang-layang yang naik jika angin berhembus ke arah Utara. Sehingga akan sangat bagus saat dilihat dari jauh. Di luar itu, mungkin hanya ada empat sampai lima layang-layang yang naik,” urai Solikun ketika ditemui di kediamannya.

Baca Juga : Miniatur Kereta Api Usaha Unik dan Kreatif


Secara spesifik layang-layang yang dinaikkan oleh Solikun dan tetangga-tetangganya adalah layang-layang jenis Sawangan (Layangan Sowangan). Layangan Sowangan adalah layang-layang yang ketika diterbangkan akan menghasilkan bunyi mirip kumbang mendengung.

Selain bisa menghasilkan bunyi dengungan, Layangan Sowangan yang diterbangkan oleh Solikun dan rekan-rekannya juga dilengkapi dengan lampu-lampu kecil yang berkedip-kedip. Hal tersebut memungkinkan layang-layang diterbangkan ketika malam hari.

Untuk membuat satu buah Layangan Sowangan, bahan utama yang harus disiapkan adalah bambu tua yang lurus sebagai bahan utama pembuat kerangka layang-layang. Tujuan dipilihnya bambu tua sebagai bahan kerangka adalah agar kerangka lebih kuat dan kokoh. Menghindarkan kerangka mudah putus atau patah ketika layang-layang terjatuh.

Ukuran bambu yang dibutuhkan untuk membuat layang-layang menyesuaikan bentuk dan ukuran layang-layang yang akan dibuat. Menurut Solikun untuk layang-layang sebesar 1,7 meter, panjang bambu (untuk sayap) yang dibutuhkan adalah sepanjang dua meter. Panjang yang sama juga dibutuhkan untuk tinggi keseluruhan layang-layang.


Selain bambu, bahan lain yang dibutuhkan adalah tali yang bisa menghasilkan bunyi. Bahan tali yang digunakan adalah strapping band yang tipis namun kuat.

“Talinya biasanya ambil dari bekas packing kulkas. Warnanya putih, tips dan kuat. Tapi jika menemukan bahan yang sama namun lebih tebal, bisa diakali dengan ditipiskan menggunakan kertas gosok. Semakin tipis tali, dengungan suara yang ditimbulkan akan semakin keras. Namun resikonya juga mudah putus. Sehingga si pembuat harus pandai-pandai memperkirakan ketebalan tali yang ingin digunakan,” jelas Solikun.

Sementara untuk samak (pembentuk model layang-layang) bahan yang digunakan bisa menggunakan kantong plastik yang memiliki ketebalan cukup. Selain kantong plastik, bisa juga menggunakan parasit (untuk layang-layang berukuran besar).

Saat ditanya berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membuat satu buah layangan sowangan, Solikun tidak bisa memastikan. Selain bambu tua yang harganya fluktuatif tergantung ketersediaan, bahan-bahan lain yang digunakan untuk membuat layang-layang juga kebanyakan berasal dari bahan-bahan bekas. Sehingga ketika kesulitan untuk mendapatkan, akan meminta tolong pada tetangga untuk dicarikan, begitu pula sebaliknya. Dia tidak pernah membuat satu layang-layang khusus untuk diperjualbelikan.

“Ketika ada yang minta tolong untuk dicarikan bahan untuk buat layangannya, saya akan bantu carikan,” tutup Solikun. Fitrotul Aini
Lebih baru Lebih lama