Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Jombang, Lia Aprilianna Isna Sari, SSTP., M.Si disambut dengan sangat positif. Menurutnya hal ini menunjukkan bahwa generasi muda mulai tergerak dan tidak lagi apatis terhadap apa yang akan terjadi di sekitar lingkungannya.

JOMBANG – Memiliki pemimpin yang amanah dan bisa menjalankan tanggung jawab sesuai tugasnya tentu sangat diharapkan oleh masyarakat. Terlebih di era keterbukaan informasi saat ini, memiliki pemimpin yang visioner dan dekat dengan masyarakat menjadi sebuah hal yang diinginkan.

Usai kontestasi akbar pemilihan presiden, wakil presiden, dan anggota legislatif, Kabupaten Jombang kembali menggelar pesta demokrasi. Bukan untuk memilih bupati dan wakil bupati, melainkan memilih kepala desa bagi 286 desa yang kepala desanya sudah habis masa baktinya.

Jumlah tersebut memprosentasekan hampir sebanyak 95 persen desa dari jumlah keseluruhan 302 desa yang ada di 21 kecamatan di Kabupaten Jombang mengadakan Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) di waktu yang telah ditentukan yakni pada Senin (4/11). Desa-desa yang tahun ini tidak masuk dalam daftar, diagendakan akan mengadakan Pilkades serentak susulan pada tahun 2020 atau 2021.

Baca Juga :
Kenduri Seni Rupa Menghidupkan Wayang Beber dan Gambus Misri

Uniknya, dari sekian banyak calon kepala desa yang telah mendaftar, ditemukan calon-calon yang berasal dari generasi milenial. Calon-calon muda dengan rentang usia di bawah 40 tahun banyak menghiasi kontestasi pemilihan jabatan tertinggi di desa tersebut.

Fenomena ini oleh Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan Desa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Jombang, Lia Aprilianna Isna Sari, SSTP., M.Si disambut dengan sangat positif. Menurutnya hal ini menunjukkan bahwa generasi muda mulai tergerak dan tidak lagi apatis terhadap apa yang akan terjadi di sekitar lingkungannya.

“Harapannya semoga jika pemimpin muda ini terpilih untuk memimpin desa dalam lima tahun mendatang, dia bisa membawa perubahan ke arah yang positif pada desa yang dipimpinnya. Inovasi-inovasi kreatif dalam pembangunan desa diharapkan mampu muncul dari para pemimpin muda,” harap Lia Aprilianna Isna Sari.

Memiliki pemimpin muda, ditambahkan oleh Lia Aprilianna Isna Sari pembangunan di desa diharapkan tidak lagi berfokus pada pembangunan infrastruktur semata. Melainkan juga pembangunan terhadap Sumber Daya Manusia (SDM) agar lebih kreatif dan berdaya saing.

Namun di sisi lain, perempuan berhijab ini juga mengingatkan pada para calon pemimpin muda ini untuk bisa mengontrol fluktuasi sifat serta emosi yang masih labil. Gairah muda yang masih meledak-ledak dan cenderung reaktif dalam menghadapi sebuah isu ataupun permasalahan diharapkan mampu untuk ditahan atau dikelola lebih baik.

“Jangan sampai semangat dan gairah muda yang harusnya bisa diarahkan menuju hal positif justru berubah mengarah pada hal yang negatif,” ujar Lia Aprilianna Isna Sari.


Gejala Positif dan Patut Diapresiasi

Dosen Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Jombang, Dr. Firman Syah, M.Pd pun mengatakan bahwa fenomena munculnya calon-calon kepala desa muda ini menunjukkan gejala yang sehat bagi dinamika politik dan demokrasi khususnya di tingkat desa. Senada dengan yang disampaikan oleh Lia Aprilianna Isna Sari, Firman Syah juga menyebut bahwa fenomena ini mucul akibat mulai munculnya kesadaran generasi muda untuk membuat perubahan pada lingkungan di sekitarnya.

“Generasi muda ini mulai terpanggil dan mulai merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya. Keterbukaan informasi membuat generasi-generasi muda ini memiliki banyak pemikiran dan inovasi sehingga muncul semangat dan keinginan untuk membawa perubahan,” tegas Firman Syah.

Firman Syah juga menyebut keterlibatan generasi muda mengisi kontestasi politik saat ini memang sudah selayaknya terjadi. Mengingat bagaimana sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia juga diisi bahkan diprakarsai oleh para pemuda.

Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) STKIP PGRI Jombang ini mengingatkan kepada generasi muda untuk belajar sedari dini jika memang bermaksud untuk bergabung dalam kontestasi politik. Organisasi-organisasi pemuda di kampus dan masyarakat dapat dimanfaatkan serta diberi peran untuk bisa dijadikan sebagai tempat pengembangan bakat generasi muda untuk menempa jiwa kepemimpinan dan kepekaan sosial.

“Bagi para generasi muda yang terjun dalam kontestasi politik, penting untuk diingat agar selalu memegang teguh prinsip dan nilai-nilai baik yang ada seperti selalu berbuat jujur, tidak menghalalkan segala cara, bahkan hingga menyebarkan fitnah. Disisi lain, para pemuda juga harus tetap memegang idealisme agar tidak mudah terpengaruhi serta memiliki gagasan untuk memajukan daerahnya,” ungkap Firman Syah.

Namun munculnya generasi muda dalam kontestasi politik khususnya dalam Pilkades ini ternyata ada juga yang menanggapi dengan pandangan lain. Para generasi muda ini dianggap hanya sebagai pemecah suara di kalangan masyarakat. Agar seolah sudah tidak terjadi lagi dominasi oleh generasi tua.

Akan tetapi menurut Firman Syah hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Anggapan-anggapan semacam itu pun juga tidak perlu untuk diperdebatkan. Karena selama generasi pemuda ini memiliki nilai lebih dan bisa membuktikan bahwa mereka mampu untuk memberikan kontribusi nyata, kemungkinan besar mereka akan mampu mengambil tampuk kepemimpinan.

Data yang dihimpun dari DPMD Kabupaten Jombang, sebanyak 289 desa tercatat mengadakan Pilkades serentak dengan sebanyak 791 calon kepala desa yang terdaftar. Jumlah ini menunjukkan cukup banyaknya antusias masyarakat untuk ikut dalam kontestasi Pilkades. Di beberapa desa, bahkan ditemukan calon yang mendaftar melebihi kuota yang ditentukan. Sehingga panitia lokal desa harus kembali melakukan seleksi. fitrotul aini.
Lebih baru Lebih lama