Berbahasa merupakan masalah kebiasaan (language is a matter of habit). Sehingga selain pembelajaran di sekolah, dibutuhkan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk membiasakan diri menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

JOMBANG – Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional menjadikan kedudukannya begitu penting. Selain dapat digunakan untuk komunikasi, banyak perusahaan atau persaingan dalam dunia kerja mempertimbangkan kemampuan berbahasa Inggris. Bahkan diperkembangan teknologi serta informasi, Bahasa Inggris pula yang digunakan untuk bahasa pengantar. Kondisi yang lazim bila terdapat kewajiban mempelajari bahasa negeri Ratu Elizabeth tersebut di ranah pendidikan.

Menurut Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Inggris SMA Negeri Kabupaten Jombang, Drs. Abdul Choliq, berdasarkan ketercapaian peserta didik dalam pelajaran Bahasa Inggris ialah menunjukkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural dan metakognitif tentang fungsi sosial, struktur serta unsur kebahasaan berbagai teks berbahasa Inggris. Sehingga menumbuhkan keterampilan mengolah, menalar dan menyaji dalam praktiknya serta aplikasinya terkait dengan penggunaan berbagai teks dalam Bahasa Inggris secara mandiri, efektif dan kreatif.

“Peserta didik diwajibkan mampu menguasai tiga jenis penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris seperti writing (menulis), speaking (pengucapan) dan listening (mendengarkan). Tetapi pada keadaan sebenarnya, peserta didik secara mayoritas belum mampu menguasai secara keseluruhan dalam tiga jenis klasifikasi penilaian,” terang Abdul Choliq.

Langkah awal yang perlu dilakukan diantaranya memahami serta menguasai kosakata yang sering dipakai dalam komunikasi setiap hari, mendengarkan cerita, dialog atau podcast sederhana dalam Bahasa Inggris. Menggunakan sekaligus mempraktikkan segala yang telah didengarkannya secara aktif dan berulang. Kemudian menguasai perubahan verbs (kata kerja) terutama yang berhubungan dengan aktifitas keseharian dan perubahannya tidak beraturan dari bentuk dasar ke bentuk kedua mapun ketiga.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peserta didik masih belum fasih dalam pengucapannya. Diantaranya kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia adalah sebagai bahasa asing, bukan bahasa pertama atau kedua seperti di negara bekas jajahan Tanah Britania Raya itu . Ini berpengaruh dalam pembelajaran Bahasa Inggris karena lingkungan berbahasa Inggris begitu sulit ditemukan oleh peserta didik.

Berbahasa merupakan masalah kebiasaan (language is a matter of habit). Sehingga selain pembelajaran di sekolah, dibutuhkan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk membiasakan diri menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, diperlukan lingkungan yang mendukung pembiasaan agar menjadi kebiasaan. Namun faktanya lingkungan semacam ini juga begitu terbatas pada komunitas tertentu saja.

Berdasarkan pengalaman Choliq selama mengajar, kendala utama waktu pembelajaran Bahasa Inggris ialah alokasi waktu yang hanya dua jam, sehingga pembahasan materi tidak bisa tuntas. Buku pegangan peserta didik berjumlah dua, buku paket dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Bagi peserta didik kelas XII terdapat tambahan materi toefl.

Menurut Wakil Pimpinan Al Fattah English Course (AEC), Farida S.Pd, “Praktiknya, bahasa merupakan golongan sikomotorik dengan pengembangan keterampilan. Melalui keterampilan ini setiap peserta didik tentu memiliki gairah atau semangat terhadap suatu hal tertentu dan bisa kembangan melalui suatu kebiasaan yang berulang. Misalnya saja dengan menghafal atau belajar bersama kelompok yang bersifat santai serta menyenangkan.”

Farida juga menambahkan, peserta didik yang dulunya anti terhadap hal baru- akan terbiasa karena dipaksa atau berdasarkan atas keinginan pribadi untuk berkembang menjadi lebih baik melalui lingkungannya. Pada dasarnya bahasa merupakan hal yang dipergunakan untuk berkomunikasi sehingga belajar dapat dilakukan setiap saat. chicilia risca
Lebih baru Lebih lama