Keprihatinan mengenai kondisi tersebut menjadi latar belakang bagi Mohammad Mansur bersama Ali Maghridho untuk membuka Mojag Coffee. Sebuah kedai kopi dengan konsep berbeda, menekankan kesederhanaan dan menjadikan rumah kuno sebagai tempatnya. Karakternya kian mencolok karena menyediakan suguhan beragam buku bacaan yang bisa dibaca oleh pengunjung, tiada lain terpecik suatu harapan ada upaya edukasi terhadap generasi muda agar tidak kecanduaan smartphone.

MOJOAGUNG – Geliat pertumbuhan ekonomi di Jombang terbilang relatif baik. Sebagai contoh adalah kedai kopi bak jamur di musim penghujan. Hampir tiap sisi kanan dan kiri jalan selalu ada. Bahkan saling bersaing mengedapkan olahan minuman hitam pekat itu dengan selera sekarang. Plus memberikan layanan wifi gratis. Praktis di masa digital seperti saat ini sangat di gandrungi. Namun sayangnya secara tidak langsung, filosifi kedai kopi sebagai titik pertemuan saling bertukar informasi dan geguyonan perlahan luntur. Bahkan membentuk pribadi yang individualis terhadap dunianya sendiri sehingga mematikan kepekaan sosialnya.

Keprihatinan mengenai kondisi tersebut menjadi latar belakang bagi Mohammad Mansur bersama Ali Maghridho untuk membuka Mojag Coffee. Sebuah kedai kopi dengan konsep berbeda, menekankan kesederhanaan dan menjadikan rumah kuno sebagai tempatnya. Karakternya kian mencolok karena menyediakan suguhan beragam buku bacaan yang bisa dibaca oleh pengunjung, tiada lain terpecik suatu harapan ada upaya edukasi terhadap generasi muda agar tidak kecanduaan smartphone.

“Peletakan buku di setiap meja sebenarnya berfungsi sebagai stimulus kepada pengunjung agar mau membuka dan melihat isi di dalamnya. Ketika seseorang mendapati apapun benda di hadapannya, secara langsung akan menimbulkan rasa penasaran serta memunculkan keinginan memegang atau memperhatikannya lebih lanjut. Begitu juga buku, apabila mendapatkan tema bahasan yang sesuai keinginannya otomatis pembaca akan mencari jenis bacaan serupa berikutnya,” jelas Ali Maghridho.

Apabila kurang puas dengan varian buku di atas meja, pelanggan dapat memilih bacaan lain yang sudah tersedia di atas rak. Buku yang diletakkan di atas meja adalah bacaan ringan seperti cerpen, novel, kumpulan kata-kata bijak, ataupun sejenisnya. Terpenting, tujuan awal memantik minat baca masyarakat melalui pendekatan kedai kopi secara perlahan bisa terlaksana.

Selain menumbuhkan motivasi membaca para pelanggan, warung yang belum genap dua bulan ini memiliki program unik lainnya dalam mewadahi segala kegiatan positif masyarakat. Salah satunya yakni di setiap bulan selalu rutin menyelenggarakan acara bertajuk dongeng Mojoagung dengan mendatangkan sesepuh desa. Inti acaranya tentu berisi tentang cerita seluk beluk seluruh desa di zaman dahulu, mulai dari sejarah, bangunan kuno ataupun peninggalan sejarah. Harapannya, melalui kegiatan ini pengunjung memperoleh pengetahuan mengenai asal usul daerah tempat lahirnya yang kemungkinan besar belum diketahui.

Mohammad Mansur menambahkan, “Sesuai konsep awal dibukanya Mojag Coffee adalah sebagai warung sederhana, gunanya sebagai penghilang kesan eksklusif layaknya kafe modern di perkotaan. Sehingga seluruh elemen masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa pun bebas datang serta menikmati suguhan suasana rumah kuno dengan beberapa menu wedang, es ataupun camilan khas warung pinggiran.” fakhruddin
Lebih baru Lebih lama