JOMBANG – Rumah bak istana megah, begitu yang tergambarkan oleh mantan penghuni bangunan era pemerintahan Belanda, Muslinah. Rumah itu tepatnya di Jalan Achmad Yani, Desa Jombang. Keberadaan bangunan megah masa kolonial ini masih terlihat kokoh. Posisinya tepat berada di sisi Barat pusat perbelanjaan yang cukup populer di Jombang.

“Bangunan yang dikondisikan sebagai tempat singgah para pengunjung kenegaraan pada masa penjajahan itu laiknya hotel. Serangkaian kisah ini diceritakan oleh orang tua saya pada tahun 1940-an, yang sudah bekerja pada tentara Belanda. Ketika tak lagi digunakan sebagai hotel, selanjutnya dihuni (sistem sewa) oleh pegawai pemerintah Kabupaten Jombang atau yang disebut kantor otonom tahun 1945. Pada 1950 dialihfungsikan sebagai Mess I bagi para tentara dengan jabatan kolonel, letnan kolonel, dan mayor. Sebagai tempat tinggal dinas bagi yang belum memiliki rumah. Tahun 1985 menjadi tahun terakhir rumah itu dihuni,” terang Muslinah.

Perempuan berusia 80 tahun itu juga menambahkan, penghuni terakhir ialah Efendy yang saat itu menjabat sebagai mayor. Mayor Efendy menghuni rumah tersebut bersama seluruh anggota keluarga dan keenam anaknya. Mayor Efendy diperkirakan menempati sekitar tahun 1973 hingga 1985.

Baca Juga: Corona Merebak Peserta Didik Membuat Hand Sanitaizer

Menurut gambaran dari anak Muslinah, Nur Khasanah, terdapat enam kamar yang begitu luas, masing-masing lebarnya kurang lebih 10 m2. Terdiri dari sisi kanan dan kiri yang berjumlah tiga kamar. Pada ruang tengah tampak lapang karena tanpa pembatas. Di ujung belakang bagian rumah terdapat ruang dapur.

“Setelah dihuni oleh keluarga Mayor Effendy, rumah megah itu dibiarkan kosong. Hingga saat ini tidak ditempati kembali. Padahal, sebelum dikosongkan semua fasilitas seperti toilet dan aksesoris lainnya diperbaiki Mayor Efendy,” terang Nur Khasanah.

Bangunan yang memiliki panjang kurang lebih 50 m2 ini berdiri di lahan dengan luas keseluruhan sekitar 5.000 m2. Nur Khasanah menuturkan, di area tersebut terdapat beberapa bagian bangunan pendukung, seperti tampak dari depan bangunan rumah kecil yang sekilas seperti pos penjagaan, dulunya digunakan sebagai kantor koperasi.

Menelusuri ke sisi dalam, di Timur bangunan induk, terdapat bangunan berbentuk huruf ‘L’ yang dulu digunakan sebagai gudang. Bagunan gudang tersebut, sekitar tahun 1961 difungsikan sebagai sekolah SMP Kristen. Kala itu diberikan pembatas sederhana berupa papan kayu. Wajah ruangan itu pun berubah menjadi enam kelas dan satu ruang guru.



“Di sisi belakang rumah terdapat kandang kuda. Nah dulu saya dan keluarga menempatinya sebagai tempat tinggal,” ungkap Ibu Nur Khasanah.

Menurut penuturan Perangkat Desa Jombang, Edy, pemilik rumah peninggalan Belanda itu berada di Surabaya. Sehingga kondisinya saat ini hampir tertutup rumput yang sudah menjalar di sebagian dinding bangunan.

“Beberapa waktu lalu pemiliknya menyempatkan datang ke kantor desa untuk mengurus administrasi terkait pengukuran luas tanah. Selebihnya seperti yang terlihat saat ini, tak ada yang membersihkannya,” tutup Edy saat ditemui di Kantor Desa Jombang.

Reporter/Foto: Chicilia Risca Y.
Lebih baru Lebih lama