JOMBANG – Seiring pandemi virus corona atau Covid-19, limbah medis di RSUD Jombang mengalami peningkatan. Pada bulan Mei limbah infeksius hasil dari pelayanan di ruang isolasi Covid-19 RSUD Jombang menghasilkan rata-rata 40 kilogram per hari. Jumlah ini naik dari bulan April yang hanya 33 kilogram.

Limbah tersebut berasal dari beberapa peralatan medis termasuk Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan tenaga kesehatan untuk melindungi diri dari paparan Virus Korona. Perlengkapan tersebut sekali pakai sehingga sangat signifikan peningkatanya karena angka yang positif saat ini di tulis sudah di angka 24 pasien.

Atas kondisi itu, RSUD Jombang melakukan pengelolaan limbah secara tepat dan aman. Tujuannya, agar benda-benda tersebut tidak sampai tercecer atau bahkan ditemukan oleh masyarakat umum. Terlebih di tengah pandemi seperti sekarang ini.

Dalam pengelolaan limbah medis, RSUD Jombang berpedoman pada aturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Juga merujuk pada edaran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) RI tertanggal 24 Maret 2020. Dari rujukan tersebut, rumah sakit pelat merah ini membuat protokol penanganan limbah. Khususnya limbah yang dihasilkan dari pelayanan ruang isolasi Covid-19.

Baca Juga: Dibalik Kegagalan Ronald Fagundez ke Persija

Kepala Bidang Penunjang Medis dan Non Medis, RSUD Jombang Siti Munawaroh, S.Kep.Ns, MM mengatakan, protokol tersebut telah disosialisasikan dan diketahui oleh seluruh jajaran pegawai rumah sakit. Sehingga selain untuk memahami alur penanganan limbah juga dilakukan langkah preventif agar limbah yang dihasilkan tidak terlalu banyak.

“Misalnya masker bedah hanya diizinkan digunakan oleh petugas medis. Selain petugas medis dihimbau tidak menggunakan masker tersebut. Begitu juga dengan pakaian hazmat, hanya boleh digunakan oleh petugas medis di ruang isolasi pasien Covid-19 dan Instalasi Gawat Darurat (IGD),” jelas Siti Munawaroh.

Lebih detail Kepala Instalasi Sanitasi dan Lingkungan RSUD Jombang, Irawan Cendra Wanto, SKM menambahkan, limbah infeksius terdiri dari perlengkapan yang digunakan untuk perawatan pasien. Di antaranya, masker, pakaian hazmat atau APD yang dipakai pasien, dokter, maupun perawat. Kemudian limbah domestik berupa sisa makanan, minuman, bungkus makanan, serta tisu.

Klasifikasi limbah medis tersebut sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes dan Kementerian LHK. Alurnya, sampah-sampah tersebut dibuang dengan cara dimasukkan ke dalam bin (sampah wadah limbah) yang telah disemprot dengan disinfektan kaporit 0,5% dan dilapisi kantong plastik berwarna kuning bertulis ‘bio hazard’ sebanyak dua lapis, jelasnya.

Setiap harinya, lanjut Irawan Cendra Wanto, kantong plastik itu dikeluarkan dari ruang isolasi, lalu diangkut menggunakan troli limbah yang juga dilapisi dua lembar kantong plastik berwarna kuning. Sebelum dimasukkan dalam troli limbah, kantong plastik tersebut disemprot lagi dengan disinfektan kaporit 2%.


“Setiap pukul 12.00 troli-troli berisi sampah tersebut dibawa ke Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPS LB3). Nah, setiap dua hari sekali, ada pihak ketiga yang mengangkut sampah tersebut untuk pengolahan selanjutnya,” sambung Irawan Cendra Wanto.

Pria berkulit putih ini menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai kemungkinan terjadinya kebocoran sampah medis. Karena untuk pengolahan sampah medis lanjutan yang dilakukan oleh pihak ketiga sudah melalui pertimbangan yang ketat serta prosedur yang telah ditetapkan.

Dia menjelaskan, rekanan pihak ketiga pengelola sampah medis lanjutan harus memiliki surat izin dari Kemen LHK atas usaha yang dilakukannya. Sebelum melakukan kerjasama dengan pihak ketiga, RSUD Jombang juga melakukan kunjungan sekaligus survei untuk memastikan proses pengolahan sampah yang dilakukan telah sesuai dan aman.

“Sampah-sampah medis dari Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) yang terkumpul dimasukkan dalam satu kontainer untuk menunggu giliran dimusnahkan dengan cara dibakar pada satu alat khusus bernama insinerator,” lanjut Irawan Cendra Wanto.

Irawan Cendra Wanto kembali menegaskan bahwa pada bulan Mei limbah infeksius hasil pelayanan di ruang isolasi Covid-19 RSUD Jombang menghasilkan 40 kilogram per hari. Jumlah ini naik dari bulan April yang hanya 33 kilogram.

Reporter/Foto: Fitrotul Aini/Istimewa
Lebih baru Lebih lama