JOMBANG - Naluri bisnis pasangan suami istri (pasutri) Budi Setiadi (35) dan Elok Lailatul Maghfiroh (28) ini benar-benar terasah. Begitu pemerintah mewacanakan penerapan new normal, warga Perumahan Griya Anugerah, Denanyar, Jombang pun langsung punya ide untuk memproduksi face shield atau pelindung wajah. Kini hasil produksi mereka laris manis di pasaran.

Siang itu, Elok Lailatul Maghfiroh sibuk menata lembaran-lembaran mika di teras rumahnya. Dia ditemani beberapa perempuan yang juga memiliki kesibukan serupa. Ada yang sibuk memotong karet elastis, ada yang menempelkan busa ke ujung mika, memasang kancing keeling, juga ada yang sibuk melakukan pengepakan.

Perempuan-perempuan itu begitu cekatan. Tangan-tangan mereka cukup terampil memilih, memilah, hingga merakit bahan-bahan yang sudah disiapkan. Sejurus kemudian, benda yang awalnya terpisah-pisah itu menjadi barang jadi, yakni face shield atau pelindung wajah.

Promosi lewat online digencarkan. Walhasil, hasil produksi tersebut mendapatkan sambutan positif dari pelanggan. Pesanan dari luar kota berdatangan.

Elok kemudian mencoba pelindung wajah tersebut. Kilatan blitz kamera wartawan membidik wajahnya. "Ini model face shield yang bisa dibuka-tutup atau flip. Ada juga model paten. Kami memproduksi untuk anak dan dewasa," kata Elok memamerkan produksinya, Rabu (17/6/2020).

Sejumlah perempuan yang berada di teras rumah itu terus beraktifitas. Sementara di ruangan lainnya, deretan face shield yang siap kirim sudah dikemas sedemikian rupa. Pelindung wajah tersebut dipak sesuai dengan modelnya. Jumlahnya ribuan.



Menurut Elok, barang-barang yang sudah tertata itu pesanan untuk dikirim ke luar Jawa. Ada juga pesanan dari instansi yang ada di Kota Santri. "Semuanya sudah ada yang pesan. Kami tinggal kirim. Sejak seminggu terakhir ini permintaan sangat tinggi," kata istri dari Budi Setiadi (35) ini.

Karena itu pula, warga Perumahan Griya Anugrah, Denanyar, Jombang sampai kuwalahan melayani pesanan. Elok kemudian merekrut beberapa tetangganya untuk membantu proses produksi. Walhasil, dalam sehari mereka mampu manghasilkan 2.000 pcs face shield.

"Saat ini sudah ada 10 karyawan. Satiap karyawan rata-rata mampu menghasilkan 200 pcs face shield dalam sehari. Jadi kami bisa memproduksi 2.000 pelindung wajah per hari," kata Elok yang mengenakan kerudung warna kuning bata ini.

Baca Juga: SDN Pangklungan II Wonosalam Pembelajaran Manfaatkan Lingkungan


Elok menawarkan beberapa model face shield. Di antaranya, model flip dan paten, baik untuk anak maupun dewasa. Menariknya lagi, untuk model anak terdapat hiasan stiker tokoh kartun seperti doraemon, spiderman, frozen, dan gambar kartun lainnya.

Semua itu semakin klop dengan bahan dasar yang berkualitas. Yaitu menggunakan bahan mika PVC dengan ketebalan 0,40 milimeter, kemudian menggunakan busa yang lebarnya 3 centimeter dengan tebal 2 centimeter.

Sudah begitu, harga yang dibaderol juga tidak menguras kantung.

"Face shield anak harganya antara Rp 17 dan Rp 20 ribu, sesuai model. Sedangkan dewasa antara Rp 20 sampai Rp 25 ribu, juga tergantung model. Harga tersebut bisa jauh lebih murah jika pembelian reseller atau minimum order satu lusin (12 biji). Eceran dengan reseller tentu beda harga," ujarnya menawarkan.

Setelah Terpukul Pandemi

Elok masih berada di teras rumahnya. Tangannya masih sibuk menata lembaran mika. Begitu juga sejumlah perempuan yang ada di sampingnya. Elok kemudian berkisah bagaimana awal mula memiliki ide memproduksi face shield. Menurutnya, semuanya berawal dari gempuran wabah coronavirus disease atau Covid-19.



Sebelum Covid-19 mewabah, Elok mengelola usaha wedding organizer yang diberi nama 'Java Store Jombang'. Semua pernik-pernik yang berhubungan dengan pesta pernikahan ia layani. Mulai souvenir (pernikahan dan khitan), hingga kotak hantaran dan sejenisnya. Elok bersama sang suami membesarkan usaha itu. Promosi digencarkan, pelanggan pun berdatangan.

Namun permasalahan mulai mendera seiring dengan datangnya wabahnya Covid-19. Ada kebijakan sosial distancing dan physical distancing. Kegiatan yang mengundang massa tidak diperbolehkan, termasuk pesta pernikahan. Semua dibatasi.

Tentu saja, kebijakan tersebut membuat 'Java Store' kedodoran. Order untuk pesta pernikahan tidak ada lagi. Bahkan usaha tersebut mati suri. Elok dan sang suami berpikir keras agar tetap bisa bertahan di tengah situasi serba sulit tersebut.

Seiring laju waktu, pemerintah mengeluarkan kebijakan new normal atau tatatanan kehidupan baru. Salah satunya aktivitas sehari-hari harus memakai pelindung wajah (face shield). "Nah, dari situlah kami mendapat inspirasi memproduksi face shield. Kami memulai pembuatan pelindung wajah setelah lebaran kemarin," kata perempuan yang pernah menjadi guru di MI (Madrasah Ibtidaiyah) ini.

Elok kemudian belanja bahan baku untuk pembuatan pelindung wajah tersebut. Promosi lewat online digencarkan. Walhasil, hasil produksi tersebut mendapatkan sambutan positif dari pelanggan. Pesanan dari luar kota berdatangan.

Maka tidak heran kalau omset penjualan face shield yang diraup Java Sotre melaju pesat. Tidak tanggung-tanggung, dalam dua pekan terakhir ini sudah tembus Rp 40 juta. "Selain dari Jombang sendiri, pesanan juga banyak datang dari luar kota, bahkan luar pulau," kata Elok sembari mengeluhkan sulitnya bahan baku sejak tiga hari terakhir ini.

Reporter/Foto: Yusuf W. Mao

Lebih baru Lebih lama