NASIONAL - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan Indonesia tertinggal dari negara lain di Asia mengenai keputusan sekolah tatap muka di masa pandemi Covid-19.

Nadiem Makarim mengatakan sekitar 85 persen negara di Asia Timur dan Asia Pasifik sudah melakukan pembelajaran tatap muka. Kita tertinggal dari negara-negara lain. Dan berbagai macam pihak pakar-pakar dunia seperti Bank dunia, WHO, dan UNICEF semuanya sepakat bahwa penutupan sekolah bisa menghilangkan pendapatan hidup satu generasi dan memang risiko, dampaknya bisa permanen.

Diketahui, mayoritas sekolah di Indonesia telah melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama satu tahun. Menteri Nadiem Makarim menyebut kondisi itu terlalu lama dan penutupan sekolah juga bisa berdampak terhadap kesehatan perkembangan dan kesehatan mental anak-anak.

Dampak dari sekolah daring terlalu lama bukan hanya berakibat pada sektor pendidikan. Kemendikbud juga melihat adanya penurunan capaian pembelajaran, terutama di daerah-daerah dengan akses dan kualitas tidak memadai. Sehingga potensi terjadinya kesenjangan ekonomi jadi lebih besar.

Nadiem Makarim melanjutkan jangan lupa untuk orang tuanya juga yang sangat sulit mendapatkan kesempatan ekonomi bekerja di luar karena mereka juga harus mengurus anaknya di rumah. Jadi dampaknya banyak sekali. Sejak Januari 2021, Kemendikbud mencatat baru 22 persen sekolah yang berada di daerah zona kuning dan hijau Covid-19 telah melakukan sekolah tatap muka.

Padahal, Nadiem Makarim mengatakan bahwa berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri yang pada sejak bulan Juli 2020, sekolah yang berada di wilayah zona hijau dan zona kuning boleh melakukan tatap muka terbatas.

Baca Juga: Awan Cerah PPDB Online Tahun Pelajaran 2021/2020

Nadiem Makarim memaparkan hanya sekitar 22 persen daripada sekolah kita yang melakukan pembelajaran tatap muka. Yang paling besar zona hijau dengan 41 persen. Jadi kami selalu ingin mengimbau, apalagi buat daerah-daerah di mana anak-anak sangat sulit dapat sinyal PJJ atau mungkin tidak punya gawai. Ini adalah tanggung jawab setiap Pemda untuk memastikan bahwa tatap muka terjadi.

Dampak dari sekolah daring terlalu lama bukan hanya berakibat pada sektor pendidikan. Kemendikbud juga melihat adanya penurunan capaian pembelajaran, terutama di daerah-daerah dengan akses dan kualitas tidak memadai. Sehingga potensi terjadinya kesenjangan ekonomi jadi lebih besar.

Pria berbadan tinggi ini mengatakan kita melihat juga banyak orangtua yang tidak melihat peranan sekolah dalam proses belajar. Jadi banyak dari anak-anaknya ditarik keluar dari sekolah dan ada berbagai macam isu kekerasan domestik yang terjadi di dalam keluarga yang tidak terdeteksi.

Selain itu risiko psikososial atau kesehatan mental dan emosional pada anak-anak. Terakhir Nadiem Makarim menambahkan kita harus mengambil tindakan yang tegas untuk menghindari agar tidak menjadi permasalahan yang permanen dan satu generasi menjadi terbelakang.

Sumber/Rewrite: suara.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama