KUDU – Menyaksikan pementasan wayang kulit, rasanya lumrah jika dalangnya adalah seorang lelaki. Namun bagaimana jika perempuan? Tampaknya jarang dan terlihat aneh. Itulah yang dilakoni oleh Nyi Suwati hampir lebih dari usianya saat ini.

Meskipun seorang perempuan, Nyi Suwati dalang dari Desa Bakalan Rayung, Kecamatan Kudu tetap memiliki kepiawaian yang tak kalah dengan dalang pada umumnya. Perempuan paruh baya ini sudah menekuni pewayangan khususnya menjadi seorang dalang sejak kelas 5 di Sekolah Rakyat (SR), yakni sekitaran tahun 1959.

“Wayang dan saya seolah mirip ibu dan anak. Tak akan bisa dipisahkan hingga saya sudah sepuh,” tutur Nyi Suwati.

Wayang dan saya seolah mirip ibu dan anak. Tak akan bisa dipisahkan hingga saya sudah sepuh.

Kemampuan mendalang Nyi Suwati diturunkan oleh ayahnya yang juga merupakan pelaku kesenian tradisional. Nyi Suwati mengenang, pertama kali mendalang di acara hajatan kakaknya saat khitanan. Lantaran sepi tamu akibat berbarengan dengan acara desa, dia berinisiatif unjuk pentas untuk menampilan kepiawaiannya.

Tak dinyana, dari mulut ke mulut, aksinya tersebut mengundang masyarakat hadir dan menyaksikan pementasan wayang dengan lakon Rabine Basudewa.

Baca Juga: IKI: Membaca Kualitas Kinerja

Nyi Suwati menceritakan, “Ayah tidak mengajari secara langsung. Namun seringnya melihat pementasan ayah, akhirnya terbiasa. Baik menirukan gerakannya maupun menghafal rangkaian cerita pewayangan.”

Meski sudah berhenti sejak tahun 2003, Nyi Suwati masih mengingat asam garam menjadi seorang dalang perempuan. Baik pandangan miring tentangnya, maupun kecaman yang cukup melukai hatinya, karena dianggap tidaklah wajar. Namun seiring dengan dukungan dari keluarga, terutama almarhum suaminya, Nyi Suwarti tetap melalang buana tampil menunjukkan aksinya yang mengundang decak kagum.



Menginjak usia 74 tahun, Nyi Suwati hanya ingin melestarikan kemampuannya mendalang ini kepada keturunannya. Harapannya sederhana, jangan sampai kesenian wayang kulit punah di telan zaman.

Menurutnya, menjadi seorang dalang adalah panggilan jiwa. Tidak sembarang dalam melakoni. Butuh keseriusan dan ketelatenan dalam mematangkan kemampuannya tersebut. Andaikan hanya sambil lalu, pasti hasil yang dicapai kurang maksimal.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama