PLANDAAN – Ibarat sayur tanpa garam, dunia pendidikan juga akan hambar tanpa adanya sebuah pembaruan dan inovasi. Terlebih dalam masa menyongsong pembelajaran tatap muka di masa pandemi ini. Sebuah inovasi tentu sangat diharapkan membawa angin segar yang menyejukkan bagi semua warga sekolah tanpa terkecuali. Oleh karenanya, dalam proses menemukan inovasi tersebut, juga dibutuhkan kejelian serta ketelitian.

Mencermati hal tersebut, SMP Negeri 1 Plandaan telah menemukan format ideal dalam menyusun tahapan inovasi yang akan dikembangkan. Inovasi yang dilahirkan pun terbilang cukup menarik, yakni dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah.

Dijelaskan oleh Kepala SMP Negeri 1 Plandaan, Agoes Poernomo, S.Pd, bahwa dalam inovasi yang akan bergulir kedepannya bertujuan untuk menyelaraskan pemahaman peserta didik dengan kekayaan budaya yang ada di lingkungannya.

Seorang pemimpin harus memiliki jiwa inovator, motivator, dan kewirausahaan. Ketiga aspek tersebut penting, utamanya bagi pemimpin di satuan pendidikan.

“Kedepannya untuk lebih menyerapkan local wisdom yang ada di Kecamatan Plandaan, kami telah merancang apotek hidup di area kebun sekolah. Adapun macam tanaman yang diolah ialah, kunyit, laos, jahe, dan sejenisnya. Meski hal semacam ini terlihat sederhana, namun dampaknya bagi peserta didik cukup besar. Maka sudah menjadi tanggung jawab kami untuk menjaga komitmen inovasi sederhana ini,” terang Agoes Poernomo.

Baca Juga: Cara Atur Pendapatan Tidak Tetap

Untuk lebih mewarnai daya inovasi yang ada, Agoes Poernomo juga menjelaskan bahwa pihaknya akan membuat praktik prakarya dengan mengolah tumbuhan gadung. Pemilihan gadung ini bukan tanpa alasan. Bagi sebagian masyarakat Kecamatan Plandaan telah menjadi simbol budaya. Di mana pada musim pertengahan selepas musim hujan, tumbuhan tersebut banyak diolah, dalam skala usaha mikro/rumah tangga.

“Tentu sebuah inovasi yang lahir di sekolah, akan lebih meresap ketika ide dan gagasan tersebut juga tidak berjarak dengan lingkungan sekitar. Dalam arti, peserta didik bisa secara langsung memahami, mulai dari teori dan praktiknya. Termasuk dalam mengolah Gadung yang sudah kami masukkan dalam buku 1 kurikulum. Metodenya dari 3 jam kegiata per minggu, akan diambil 1 jam untuk mengolah gadung tersebut,” papar Agoes Poernomo.



Guru IPA Kelas IX SMP Negeri 1 Plandaan, Ery Kustini, S.Pd, menerangkan bahwa inovasi semacam ini juga turut membantu peserta didik untuk lebih memahami potensi yang ada di sekitarnya. Terlebih lagi tak menutup kemungkinan mampu membuat SMP Negeri 1 Plandaan sebagai sekolah Adiwiyata kian besar. Korelasi antara pembelajaran dan aktivitas menjaga lingkungan terawat dengan baik.

“Dukungan dari komite sekolah sangat besar. Mereka melihat ini merupakan bekal soft kill bagi peserta didik sehingga dapat membuka lapangan kerja secara mandiri melalui usahanya sendiri di pengolahan gadung,” tutup Agoes Poernomo.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Data Profil SMP Negeri 1 Plandaan

a. Tahun Berdiri : 7 November 1983

b. Prestasi : Juara I Bola Voli Putra/Putri Tingkat Kabupaten Tahun 2020

c. Jumlah Peserta Didik : 450 terbagi dalam 16 Rombongan Belajar.

d. Jumlah Guru : 38 Guru.
Lebih baru Lebih lama