DIWEK – Membincang potensi dan keunikan di Kota Seribu Pesantren ini, memang seolah tidak ada habisnya. Baik dari sisi budaya, tradisi, sampai ekonomi semuanya saling melengkapi. Laiknya yang ada di Desa Kayangan, Kecamatan Diwek. Desa yang dibabah oleh Mbah Soyimah dengan luas 264, 970 ha ini, menyimpan potensi dalam segi pengolahan bahan baku pangan, yakni singkong pohon.

Adalah Siti Lilik Yatiningsih yang menjadi sosok inspirator masyarakat Desa Kayangan dalam mengolah singkong pohon, untuk kemudian dijadikan panganan ringan berbentuk keripik samiler. Bagi Bu Lilik, sapaan akrabnya, singkong pohon menjadi pilihannya kala itu, karena keinginannya membuat sesuatu yang bisa mengasapi dapurnya.

“Tahun 2003 menjadi awal saya membuat keripik samiler ini. Selang berjalannya waktu, tepatya pada tahun 2007, karena saya juga aktif di Muslimat, maka ada pembinaan dari Muslimat Kabupaten Jombang yang saat itu diketuai oleh Hj. Munjidah Wahab. Kemudian disusul ada kegiatan serupa dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, sekaligus Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Jombang. Bentuk pembinaannya beragam, mulai dari efisiensi kemasan, rasa dan kebersihan produk. Semuanya ditujukan agar produk usaha rumahan ini senantiasa berkembang,” tutur Siti Lilik Yatiningsih.

Perkembangannya memang cukup pesat, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sudah terdapat 25 lebih usaha rumahan keripik samiler. Ini didukung oleh inisiatif dan kerukunan warga yang harmonis dalam menjalankan roda bisnis keripik samiler.

Gayung pun bersambut, pasca mendapat pelbagai pelatihan dari Organisasi Perangkat Desa (OPD) terkait, usaha keripik samiler yang ditekuni oleh perempuan berhijab ini, turut membuka kesempatan bagi masyarakat yang memiliki keinginan berwirausaha serupa.

Baca Juga: Panduan Isolasi Mandiri di Rumah Saat Kena Covid-19

Diakui oleh Siti Lilik Yatiningsih, bahwa dirinya dan almarhum suaminya saat itu tidak merasa keberatan ketika dimintai tolong oleh Pemerintah Desa Kayangan, untuk melakukan workshop keripik samiler dalam rangka pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang menjadi bagian dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM).



Siti Lilik Yatiningsih mengatakan, “Ketika sudah mengawali perkembangan yang cukup lumayan, usaha keripik samiler ini juga diakomodir oleh Pemerintah Desa Kayangan melalui program P2KP di tahun 2010. Kebetulan waktu itu almarhum suami saya mendapat mandat untuk membagikan ilmu perihal pembuatan keripik samiler kepada 20 peserta P2KP di balai desa. Rasanya juga cukup senang bisa membagikan ilmu kepada para tetangga, kedepan perihal rezeki sudah ada yang menentukan.”

Sementara itu, Marali mantan Aparatur Pemerintah Desa Kayangan, yang juga menjadi Koordinator BKM Desa Kayangan tahun 2010 menjelaskan bahwa munculnya istilah Kayangan Kampung Samiler memang tidak lepas dari campur tangan BKM sebagai fungsi kontrol kegiatan swadaya masyarakat.



“Dalam proses mengembangkan potensi pengolahan produk pangan berupa keripik samiler di Desa Kayangan ini, kami melibatkan empat Kepala Dusun. Tujuannya, agar tiap-tiap Dusun ada perwakilan warganya yang ikut dalam kegiatan P2KP, tentang pembuatan keripik samiler. Seiring berjalannya waktu, tersisa hanya 10 warga yang bertahan dan melanjutkan untuk membuat keripik samiler secara mandiri di rumahnya,” ujar Marali.

Kini perkembangan usaha swadaya warga Desa Kayangan di bidang pengolahan pangan, keripiki samiler melaju pesat. Selain faktor dukungan dari beberapa pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Jombang dan Pemerintah Desa Kayangan, faktor lain yang mempengaruhi perkembangan usaha keripik samiler ini ialah insiatif dan kemandirian warga.



Marali mengatakan, “Perkembangannya memang cukup pesat, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, sudah terdapat 25 lebih usaha rumahan keripik samiler. Ini didukung oleh inisiatif dan kerukunan warga yang harmonis dalam menjalankan roda bisnis keripik samiler. Semisal ada salah satu pekerja yang lama bekerja di usaha samiler, kemudian memutuskan untuk mendirikan sendiri. Tidak menjadi sebuah permasalahan yang serius. Ditambah produksi per rumah yang tinggi, sudah menembus pasar lokal antar pulau. Baik Kalimantan, Bali, Madura dan kota-kota dalam provinsi.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama