Anggota Kelompok Wanita Tani Morosunggingan saat menyimak penjelasan dari Tim Praktisi Hidroponik yang di datangkan oleh Tim Pembina Kecamatan. (ist)


PETERONGAN – Asalkan layar terus dikembangkan, pasti ada saja jalan yang bakal ditemukan. Mungkin analog itu sesuai disematkan kepada para ibu di Dusun Kayen, Desa Morosunggingan, Kecamatan Peterongan ketika menghadami Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. Lengkap dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang semakin tak berujung. Malah melahirkan Kelompok Wanita Tani Morosunggingan yang dinamai Srikandi Morosunggingan.

Dinamakan Srikandi Morosunggingan bukannya tanpa alasan. Diterangkan oleh Ketua Kelompok Wanita Tani Morosunggingan, Yetty Farida, selain secara filosofi memiliki makna wanita yang kuat dan tangguh, juga berdaya sekaligus mampu berupaya mandiri. Sama halnya yang dilakukan oleh seluruh anggota Kelompok Wanita Tani Morosunggingan untuk membantu perekonomian suaminya yang terdampak pandemi Covid-19.

Diakui pandemi Covid-19 meluluhlantakkan segala sendi kehidupan, termasuk juga perekonomian bangsa. Jika tak pandai memutar otak, maka dapat larut dalam keadaan yang tiada menentu ini. Sebaliknya, kalau mampu melahirkan ide cemerlang. Bukan saja perekonomian yang akan pulih, melainkan sejumlah permasalah lainnya pun turut terselesaikan.

“Selain berdaya karena mampu menghasilkan pemasukan, tentunya pula mengedukasi mereka untuk dapat terus berjuang dan tak mudah menyerah pada keadaan yang sengkarut ini,” ungkap Yetti Farida.

Jadi awal mulanya, menurut Farida, mendapat bantuan dari Desa Morosunggingan sebesar Rp 4 juta. Namun tak digunakan untuk kebutuhan konsumtif, melainkan digunakan penyusunan program pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan urban farming dengan memilih budidaya hidroponik.

Baca Juga: Cara Sederhana Mengajari Buah Hati Mandiri

Yetti Farida menjabarkan, “Dimulai dengan mengadakan pelatihan yang mengundang praktisi hidroponik. Diikuti oleh 30 peserta yang setiap RT diminta mengirimkan perwakilannya sebanyak 5 peserta. Barulah dilaksanakan budidaya hidroponik yang keuntungannya dibagikan kepada anggota Kelompok Wanita Tani Morosunggingan dan sebagian dimanfaatkan mengentaskan stunting.”

Ketua Kelompok Wanita Tani Morosunggingan, Yetty Farida saat menunjukkan Hidroponik yang berada di basecamp Kelompok Wanita Tani Morosunggingan. (donny)

Stunting sendiri adalah permasalah gizi buruk yang terjadi pada anak-anak. Jika tak segera ditangani akan menjadi malapetaka yang lebih buruk. Oleh karenanya, Kelompok Wanita Tani Morosunggingan menyisihkan keuntungan penjualan sayur hidroponik guna segera menyelesaikan generasi emas desa yang ada di bagian Timur Kota Santri tersebut.

“Dari 12 anak di Desa Morosunggingan dinyatakan terkena stunting, penuh syukur pada Juli 2021 telah 2 anak terbebas,” jelas Sekretaris Desa Morosunggingan, Rika Barokah.

Agenda pelatihan Hidroganik dan Souvenir pada anggota Kelompok Wanita Tani Morosunggingan pada bulan November 2020. (ist)

Rika Barokah pun tidak menyangkal bahwa dalam penangan stunting membutuhkan perhatian dan ketelatenan lebih. Utamanya dalam pemenuhan gizi yang tepat. Itu pun berhasil di bantu oleh Kelompok Wanita Tani Morosunggingan dengan menyediakan susu, telur, dan sayuran higienis.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama