Ilustrasi pelaksanaan PTM Terbatas. (Donny)



Pertemuan yang kuimpikan kini jadi kenyataan.
Pertemuan yang kudambakan ternyata bukan khalayan.

Pertemuan, Rhoma Irama

JOMBANG – Sepenggal lirik lagu ciptaan raja dangdut tersebut seakan-akan menggambarkan sebuah kerinduan atas Pembelajaran Tatap Muka (PTM) oleh seluruh civitas akademik Kota Santri akhirnya terbayar pada Senin (13/9). Di awal pekan tersebut PTM awal yang digelar secara terbatas pun di mulai. Tentunya dengan terus menegakkan protokol kesehatan yang berlaku dengan ketat.

Tak hanya menjawab akan kerinduan yang menggebu. Melainkan dalam PTM kali ini ada banyak sekali penyesuaian sehingga dapat berjalan maksimal tanpa menimbulkan klaster baru. Baik dari jumlah kehadiran peserta didik, waktu pembelajaran, dan beragam hal teknis lainnya yang tak sepenuhnya serupa dengan PTM sebelum Covid-19 menjadi pandemi. Akhirnya banyak bermunculan cerita menarik di balik digelarnya PTM jilid II ini.

Kondisi saat ini tidak dapat hanya bertumpu pada PTM terbatas. Solusinya, mesti dibarengi dengan strategi pembelajaran campuran.

Diungkapkan oleh Dosen Psikologi, Universitas Darul ‘Ulum Jombang, Erma Nursanti, ST., M.Psi bahwa dari sisi pembelajaran yang sebelumnya dilangsungkan secara jarak jauh, kini beralih ke PTM bahkan ada pula yang tetap mengkombinasikan keduanya. Sehingga adaptasi yang dilakukan pun mesti cepat.

Baca Juga: Kenali Jenis dan Cara Tepat Kenakan Masker Kesehatan

“Dari mulai bangun pagi, mempersiapkan diri ke sekolah, hingga pada pembelajaran yang berjalan dengan terbatas beserta tugas-tugas yang diberikan itu dapat menyelaraskan dengan optimal, terang Erma Nursanti.

Dosen Psikologi Universitas Darul ‘Ulum Jombang, Erma Nursanti, ST., M. Psi. (ist)

Selain itu perempuan berhijab ini pun menyatakan penting juga memberikan sebuah suntikan motivasi maupun penghargaan terhadap peserta didik agar memiliki semangat yang lebih ketika memulai PTM. Seperti diketahui tidaklah semua merupakan peserta didik yang telah lama. Tetapi ada peserta didik baru yang notabene belum sama sekali mengenali lingkungan sekolah dan komposisi pengajarnya secara langsung.

Dengan demikian, adanya motivasi serta penghargaan atas segala capaian yang diraih oleh peserta didik akan menjadi sebuah jalinan yang tepat. Khususnya membangun hubungan yang elok antar guru dan peserta didik. Hal ini akan berguna dalam keberlangsungan PTM selanjutnya.

Rupa Baru


Sekilas jika memperhatikan saat masuk sekolah pertama kalinya, ada beberapa peserta didik yang masih mengenakan seragam lama di jenjang pendidikan sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya refocusing anggaran yang sedianya diberikan gratis oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang kepada peserta didik mengakibatkan urung terjadi.

Ilustrasi pelaksanaan PTM Terbatas. (Donny)

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Agus Purnomo, S.H., M.Si. ketika dikonfirmasi Majalah Suara Pendidikan pada (20/9) mengatakan, mengenai pemberian seragam seperti yang terjadi pada tahun pelajaran sebelumnya nantinya akan dilaksanakan pada semester genap mendatang. Sebelumnya memang telah dianggarkan, namun akibat refocusing anggaran guna penangan Covid-19 sehingga tak dapat terealisasi saat ini.

Agus Purnomo menjelaskan, “Pos anggaran sergam gratis tersebut memang ada dalam wilayah Disdikbud Kabupaten Jombang. Namun karena ada peralihan penggunaan anggaran tersebut, maka belum dapat diejawantahkan sekarang ini. Nantinya akan diberikan seragam nasional selaiknya sebelumnya.”

Sementara itu Erma Nursanti melihat adanya penggunaan seragam bagi peserta didik sesuai dengan jenjang pendidikannya akan beranjak menjadi sebuah semangat berlipat ganda untuk mengikuti PTM. Sedangkan apabila belum memiliki, tentunya akan ada sesuatu yang berbeda. Disinilah tugas lain daripada satuan pendidikan guna menelurkan sebuah kebijakan yang arif dan mampu memantik tekadnya juga supaya tak sampai membuat merasa berbeda.

Wakil ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kabupaten Jombang, Elok Nadiroh, S. Psi. (ist)

Hal senada diberakan oleh Wakil Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Jombang, Elok Nadiroh, S.Psi. Berdasarkan pengalamannya bergelut di dunia PAUD keberadaan seragam mampu mendorong semangat anak didiknya. Terlebih lagi bagi anak didik baru yang masih hijau menginjakkan kakinya di satuan pendidikan.

“Penggunaan seragam bila ditarik kebelakang memberikan muatan pendidikan yang tersirat yaitu mengajari anak didik tentang kedisiplinan. Namun jikalau belum memilikinya, kami tak harus memaksa. Mereka cukup memakai pakaian bebas namun rapi,” ungkap Elok Nadiroh.

Ketua Forum Kelompok Kerja Kepala Sekolah (FKKKS) Kabupaten Jombang, Abd Rohman, S.Pd.I. (Ist)

Ketua Forum Kelompok Kerja Kepala Sekolah (FK3S) SD Se Kabupaten Jombang, Abd. Rohman, S.Pd.I. membeberkan bahwa perihal seragam bagi peserta didik baru pada jenjang SD menyepakati sebuah kebijakan yang dikembalikan pada satuan pendidikan masing-masing. Seorang kepala sekolah setiap satuan pendidikan memiliki kewenangan dalam mencari jalan keluar penggunaan seragam dalam pelaksanaan PTM terbatas ini. Sembari menunggu pemberian seragam nasional oleh Pemkab Jombang.

“Sebagai contoh terdekat kebijakan yang terjadi di satuan pendidikan saya, secara gotong royong para guru mengumpulkan dana untuk menyediakan seragam nasional jenjang SD bagi peserta didik baru. Hal ini kami lakukan, karena melihat pentingnya seragam yang secara tidak langsung mendongkrak motivasi belajar peserta didik. Dari sisi kedisiplinan juga dapat tumbuh subur tatkala peserta didik baru dengan bangganya mengenakan seragam ke sekolah,” tandas pria yang menjabat Kepala SDN Sumbermulyo I Jogoroto ini.

Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Se Kabupaten Jombang, Rudy Priyo Utomo, M.Pd. (ist)

Ditambahkan pula oleh Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Negeri Se Kabupaten Jombang, Rudy Priyo Utomo, M.Pd. bahwa terkait seragam satuan pendidikan tidak dapat memaksakan kehendaknya agar peserta didik secepatnya membeli seragam baru. Sebab, kondisi wali peserta didik cukup heterogen secara ekonomi ditambah terpaan pandemi Covid-19 yang secara tidak langsung berdampak luas terhadap segala mata pencaharian. Oleh karenanya, solusi yang ditawarkan MKKS SMP Negeri Se Kabupaten Jombang ialah penetapan ketentuan seragam bebas rapi bagi peserta didik baru.

Rudy Priyo Utomo mengatakan, “Bebas rapi ini terkecuali untuk kaus dan celana jeans. Meski di awal PTM terbatas beberapa peserta didik baru didapati mengenakan dua model pakaian tersebut, maka kami beri imbauan secara halus. Selebihnya wali peserta didik baru telah memahami ketentuan bebas rapi ini. Bahkan di SMP Negeri 1 Jogoroto dan SMP Negeri 2 Jogoroto beberapa wali peserta didik baru sudah membelikan seragam baru bagi anaknya. Memang kondisi saat ini harus kita sikapi secara bijak dan luwes.”

Meski PTM Tetap Terapkan Blended Learning

PTM terbatas kali ini turut memperbarui pola pembelajaran yang ada. Sepintas dalam menangani pembelajaran sistem sif, jam mengajar guru seolah bertambah. Akan tetapi hal tersebut sebenarnya tidak terjadi akibat kurikulum yang dijadikan patokan sudah disesuaikan dengan kondisi saat ini. Rudy Priyo Utomo menjabarkan, sebelum pandemi akumulasi mengajar guru ialah 48 jam setiap pekannya. Sedangkan untuk kondisi saat ini berkurang menjadi 21 jam karena pemberlakuan kurikulum kondisi terbatas.

“Ditinjau secara fisik sistem sif memang menguras tenaga para guru, namun secara psikologis ada perasaan senang tatkala dapat bertatap muka dengan peserta didik,” ungkap Rudy Priyo Utomo.

Juara I Penilik Prestasi Kabupaten Jombang Tahun 2021, Ririn Kuswiyanti, S.Pd. (ist)

Meski mayoritas satuan pendidikan menginginkan PTM, namun tidak menutup kemungkinan, metode pembelajaran campuran atau Blended Learning tetap diberlakukan. Menyikapi kondisi semacam ini, Juara I Penilik Prestasi Kabupaten Jombang Tahun 2021, Ririn Kuswiyanti, S.Pd. menawarkan format pembelajaran yang ideal untuk jenjang PAUD. Terdapat tiga hal yang mesti diperhatikan untuk mengatur strategi pembelajaran terbatas jenjang PAUD. Diantaranya, protokol kesehatan, pengaturan ruang kelas, dan penyusunan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Ririn Kuswiyanti berpendapat, “PTM terbatas kali ini menjadi momen agar tiga unsur RPP dapat berjalan terarah dengan laik. Baik program semester, RPP Mingguan (RPPM) dan utamanya pada RPP Harian (RPPH) dapat saling berkorelasi. Pada RPPH harus dilaksanakan saksama, memperhatikan sarana prasarana dan ragam main bagi anak didik.”

Elok Nadiroh yang juga menjabat sebagai Kepala KB Al Hikmah Kesamben ini mengatakan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran mengacu pada panduan kegiatan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (Pauddikdasmen). Menyiasati durasi pembelajaran yang singkat, tidak harus mengubah model pembelajaran, tetapi hanya di fokuskan pada kegiatan inti. Terpenting mengambil kegiatan yang tidak banyak menyita waktu.

Juara I Kepala Sekolah Prestasi Jenjang SD/MI Tahun Pelajaran Tahun 2021, Nenin Maining Tyas, S.Pd. (ist)

Juara I Kepala Sekolah Prestasi jenjang SD Tahun 2021 yang juga menjabat Kepala SDN Curahmalang II Sumobito, Nenin Maining Tyas, S.Pd. berpandangan, adaptasi dari segi pembelajaran membutuhkan peran sentral seorang guru yang tidak hanya mengandalkan metode ceramah ketika mengajar.

“Sudah bukan rahasia umum lagi ketika PJJ hasil penugasan yang diberikan pada peserta didik tidak sepenuhnya objektif. Maka cara lain yang harus digunakan untuk melihat kompetensi setiap civitas akademik berada di tangan seorang guru. Termasuk mengukur capaian pembelajaran secara objektif, baik sebelum dan selama PTM terbatas. Ukurannya tidak hanya diberlakukan pada hasil capaian peserta didik, melainkan juga pada aspek pedagogis guru ketika menyampaikan materi pembelajaran. Ketika ini nanti diterapkan di kelas selama PTM terbatas, maka perlahan ukuran capaian objektif terhadap kemampuan peserta didik juga dapat terlihat,” jelas Nenin Maining Tyas.

Juara I Kepala Sekolah Prestasi Jenjang SMP/MTS Tahun 2021, Safak Efendi, M.Pd.

Ihwal ketercapaian pembelajaran pada masa terbatas saat ini, menurut Kepala Sekolah Berprestasi Tahun 2021, Safak Efendi, M.Pd. memang sudah tidak dapat disamakan sebab pola pembelajarannya juga berbeda. Maka, pria yang juga menjabat Kepala SMP Negeri 1 Bareng ini menekankan adanya materi pembelajaran esensial dan fokus pada capaian Kompetensi Dasar (KD) yang memang hendak dicapai oleh guru bersama peserta didik.

Safak Efendi mengungkapkan, “Seperti yang dialami beberapa peserta didik SMP Negeri 1 Bareng, mereka yang telah nyaman dengan pola belajar daring menyatakan sebab semua tugas menjadi mudah tersampaikan lewat gawai ditambah lagi kondisi yang luwes secara waktu. Sedangkan, untuk penguatan materi tetap menyesuaikan jadwal PTM. Langkah yang kami lakukan yaitu memberikan bimbingan personal kepada peserta didik bersama dengan guru BK. Menjalin komunikasi dengan wali peserta didik supaya mengarahkan ketika waktu jam belajar menyamakan dengan jam sekolah.”

Juara II Kepala Sekolah Prestasi Jenjang SMP/MTS Tahun 2021, Sunarti S.Pd. M.Pd. (ist)

Kepala SMP Negeri 2 Mojowarno, Sunarti S.Pd. M.Pd. serta Juara II Kepala Sekolah Prestasi Tahun 2021, menambahkan bahwa kondisi saat ini tidak dapat hanya bertumpu pada PTM terbatas. Solusinya, mesti dibarengi dengan strategi pembelajaran campuran.

“Setiap mata pelajaran pasti memiliki tingkat kesulitan tersendiri, misal Matematika, IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia, masing-masing mendapat jatah waktu satu jam, dan untuk mata pelajaran yang lain seperti prakarya dan seni budaya dapat dilakukan dalam waktu 30 menit. Pada pertemuan pertama guru memberikan materi yang efisien diakhiri dengan pemberian Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri (PTKM) kemudian berlanjut pada pertemuan selanjutnya yang fokus membahas hasil PTKM sebelumnya, sampai peserta didik kembali mendapat materi baru,” pungkas Sunarti.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Rabithah Maha Sukma

Lebih baru Lebih lama