Ilustrasi anak sedang berusaha memahami pelajaran. (ist)


NASIONAL - Gaya pembelajaran jarak jauh, ditambah dengan kondisi lingkungan tempat anak belajar, bisa menjadi sejumlah faktor yang mempengaruhi kualitas belajar anak. Jika anak bukan tipe pembelajar aktif, anak mungkin perlu waktu yang lama untuk beradaptasi dengan gaya pembelajaran yang serba digital.

Sehingga, tak jarang orangtua berpikir bahwa anaknya adalah pelajar yang lambat. Karena itu, penting bagi orang tua untuk mengetahui apa yang menyebabkan anak lambat memahami pelajaran, karena ketika permasalahan ini diabaikan, dapat mempengaruhi kualitas belajar anak serta nilai akademiknya. Berikut penyebab mengapa anak lambat dalam belajar, dan apa yang harus dilakukan orangtua untuk mengatasinya, merangkum laman Sekolah PBK Penabur:

Kurang Fokus

Fokus merupakan kunci untuk belajar. Jika anak tidak memberikan perhatian penuh pada apa yang ia coba pelajari, maka itu bisa membuatnya sulit dan lebih lambat belajar. Orangtua baiknya tidak cepat-cepat beranggapan bahwa anak adalah pembelajar yang lambat, kemungkinan besar ia hanya pembelajar yang mudah terganggu.

Setelah anak meningkatkan fokusnya, orangtua bisa terkejut dengan seberapa cepat anak dapat menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan baru. Bagaimana cara meningkatkan fokus anak? Berikut ini beberapa hal untuk membantu meningkatkan fokus belajar anak:

Anak lebih mudah untuk berfokus di lingkungan yang tenang dan bebas gangguan
Strategi pertama dan paling sederhana untuk meningkatkan fokus anak adalah dengan menyingkirkan sebanyak mungkin gangguan. Pilih lingkungan yang tenang untuk melakukan pembelajaran jarak jauh dan pastikan anak tidak akan diganggu.

Hindari anak melakukan multitasking
Otak tidak dapat melakukan dua aktivitas yang menuntut secara kognitif di saat yang bersamaan. Multitasking sering kali menjadi pengalihan tugas, dimana anak bolak-balik antar satu aktivitas dan lainnya. Seperti dilansir dari lifehack.org, secara keseluruhan pengalihan tugas tidak efisien dan membuat anak kehilangan fokusnya.

Pikiran membutuhkan beberapa menit untuk kembali fokus setelah teralihkan, terutama untuk kembali fokus pada hal-hal yang menuntut banyak energi mental, seperti belajar. Cara yang tepat untuk melakukan ini adalah dengan memblokir waktu untuk belajar dan memastikan anak untuk tidak memikirkan hal lain.

Anak lebih mudah berfokus saat tubuh dan pikiran kita istirahat dan sehat
Kurangnya gizi, dehidrasi, kurang tidur, dan kebiasaan tidak sehat mempengaruhi kemampuan anak untuk fokus. Kemampuan belajar sering kali dikaitkan dengan kekuatan penalaran atau ingatan. Tetapi fisik juga memainkan peran utama dalam mempelajari dan menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan baru.

Jika orangtua ingin otak anak fokus dan berada dalam kondisi prima untuk belajar, orangtua perlu menjaga tubuh anak juga dalam kondisi prima. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat, yakni istirahat cukup, memenuhi kebutuhan gizi, dan rutin berolahraga.

Pola Pikir dan Keyakinan Memiliki Pengaruh Kuat pada Pembelajaran

Dalam buku Mindset: The new psychology of success, yang ditulis oleh seorang psikolog Carol Dweck menjelaskan pengaruh sikap terhadap pertumbuhan. Anak dengan pola pikir yang tepat, pada gilirannya akan menciptakan hambatan mental yang menghambat kemajuannya. Sedangkan anak dengan pola pikir yang berkembang, memiliki keyakinan bahwa dapat meningkatkan kemampuannya melalui hasrat dan ketekunan, sehingga mampu belajar lebih keras untuk belajar serta meningkatkan kemampuannya.

Dalam hal ini, pengaruh orang tua sangat penting untuk memberikan dukungan pada anak, baik ketika anak sedang mengalami keberhasilan atau kegagalan. Solusi selanjutnya, orangtua juga dapat menempelkan poster di dinding kamar anak yang menuliskan kalimat motivasi yang mengingatkannya untuk terus maju.

Harapan yang Tidak Realistis Membuat Anak Percaya Bahwa Ia adalah Pembelajar yang Lambat

Kapan pun anak mengambil keterampilan baru atau mempelajari materi pelajaran baru, tak jarang orang tua berasumsi bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Namun, terkadang kenyataan adalah belajar membuat anak frustasi, stres, dan lambat. Sering kali orang tua melupakan kenyataan ini karena, sebagai orang dewasa, orangtua tidak sering masuk ke bidang baru yang tidak diketahui.

Sehingga, mungkin lupa bagaimana rasanya menjalani proses pembelajaran dari awal, dan beberapa banyak waktu dan energi yang dibutuhkan. Penting diketahui bahwa belajar adalah proses jangka panjang. Beberapa anak bisa lebih cepat melalui tahap-tahap awal, tetapi kemudian melambat di kemudian hari.

Sedangkan bagi anak yang lain, justru sebaliknya, mereka belajar perlahan pada tahap awal tetapi lebih cepat pada tahap menengah dan lanjutan. Intinya, awal yang cepat atau lambat bukanlah indikator yang tepat untuk menilai kemampuan anak sebagai pelajar.

Pembelajaran Sebelumnya dapat Mempengaruhi Kecepatan Belajar

Pembelajaran sebelumnya mempengaruhi seberapa cepat anak dalam mempelajari sesuatu yang baru. Anak yang sudah menjadi pembelajar yang baik dan memiliki dasar-dasar yang kuat, akan membuatnya mempelajari keterampilan baru dengan lebih cepat. Segala sesuatu yang telah anak bangun berfungsi sebagai dasar untuk dibangun selanjutnya.

Di sinilah yang sering kali membuat orang tua membandingkan anak dengan anak lain. Orangtua mengira anak lambat dalam belajar ketika membandingkan dirinya dengan teman sekelasnya, tetapi teman sekelas ini mungkin sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan mereka mengambil pembelajaran baru lebih cepat.

Strategi di sini untuk menjadi pembelajar yang lebih cepat adalah dengan tidak pernah berhenti belajar, karena semakin banyak anak belajar, maka semakin cepat anak dalam mempelajari hal-hal baru. Sebagian besar anak pada dasarnya tidak cepat atau lambat belajar.

Ini bukanlah masalah kapasitas anak untuk belajar, tetapi seberapa efisien dan efektif anak dalam menggunakan kapasitasnya tersebut. Mungkin orangtua mengira anak mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam belajar, tetapi kemungkinan besar, anak hanya perlu belajar cara menggunakan otaknya dengan lebih efektif.

Sumber/Rewrite: kompas.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama