Hafidz Zainul Aini. (Rabitha)



SUMOBITO – Tradisi musik patrolan yang lahir, tumbuh dan merekah di tengah masyarakat ternyata mampu menjadi sebuah luapan emosi kebahagiaan. Melalui alat musik yang kebanyakan berjenis perkusi ini mampu dimainkan dengan seragam dan memiliki melodi yang menghentak ceria.

Salah satu pelaku yang hingga kini masih bertahan adalah Hafidz Zainul Aini. Ia mengisahkan awalnya hanya sekadar mewadahi pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna, Desa Jogoloyo, Kecamatan Sumobito agar memiliki aktivitas yang positif sekaligus produktif. Dipilihah kesenian musik patrolan karena alunannya yang rancak serasa terus mengajak untuk bergerak menikmati irama ketukannya.

Kesenian patrolan selalu mengalami perubahan, menyesuaikan pada tren yang berkembang. Contohya pilihan lagu, kalau dahulu merupakan lagu-lagu daerah sekarang berganti dangdut koplo yang lebih familier di masyarakat. Ketika tampil maka akan menggunakan seragam khasnya yakni t-shirt identitas yang dibalut dengan batik.

“Seiring berjalannya waktu makin banyak yang tergabung dan subur di masyarakat sehingga secara sendirinya menjadi identitas,” ungkap Pimpinan Kelompok Masyarakat (Pokmas) Seni Patrolan Sejahtera.

Sebelum tahun 2000 sudah ada, kata Hafidz Zainul Arifin. Mulanya menggunakan seperangkat alat sederhana yang dapat ditemukan disekitar rumah. Dari bambu, gong, pipa, dan aneka perabot rumah yang mampu menghasilkan suara khas. Kemudian dipadu menjadi racikan yang nyaman di telinga pendengarnya.

Baca Juga: Menjaga Kondisi Tubuh Ketika Pancaroba Menyerang

Tak ayal tiap kali Ramadan datang, Pokmas Seni Patrolan Sejahtera selalu unjuk gigi untuk membangunkan sahur. Berkeliling ke seluruh desa dengan riang dan semangat membangunkan masyarakat untuk segera makan sahur.

Hafidz Zainul Arifin mengakui, “Tahun 2018 eksistensi kami mulai diakui. Bantuan perlengkapan alat musik penunjang patrolan diberikan oleh Dinas Pendidikan dan Kabudayaan Kabupaten Jombang. Mulai dari satu set drum hingga piano.”

Keseluruhan anggota Pokwas Seni Patrol Sejahtera berjumlah 30 orang, namun hanya 15 orang saja sebagai pemain inti. Lantaran kesibukan para anggota sehingga jarang sekali menerima tawaran tampil di luar desa. Kalau pun tampil hanya di acara desa saja seperti hiburan rakyat maupun pawai. Disamping itu Hafidz Zainul Arifin justru lebih mengedepankan regenerasi melihat keadaan sekarang dengan anggota yang sudah penuh akan tanggungjawab selain berkesenian patrolan.

“Kesenian patrolan selalu mengalami perubahan, menyesuaikan pada tren yang berkembang. Contohya pilihan lagu, kalau dahulu merupakan lagu-lagu daerah sekarang berganti dangdut koplo yang lebih familier di masyarakat. Ketika tampil maka akan menggunakan seragam khasnya yakni t-shirt identitas yang dibalut dengan batik. Tak lupa primadona untuk menciptakan tawa penonton yaitu peran bencongan pun hadir. Bencongan merupakan lelaki yang sengaja didandani persis perempuan. Sehingga kehadirannya selalu menyuguhkan tawa,” akhir Hafidz Zainul Arifin.

Reporter/Foto: Rabitha Maha Sukma
أحدث أقدم