Praktikum IPA di kelas VII. (Donny)


PETERONGAN – Kurikulum sebagai pedoman kinerja guru dalam melayani peserta didik, memiliki peranan penting dalam mengukur ketercapaian pembelajaran. Untuk itu sudah menjadi kewajiban satuan pendidikan untuk mengembangkan serta mengimplementasikan isi dari segala kurikulum tersebut, Tujuannya, untuk mencetak peserta didik yang memiliki seluruh kompetensi baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Seperti halnya yang telah dijalankan oleh SMP Negeri 3 Peterongan. Berdasarkan latar historis pendiriannya yang masih satu atap dengan Yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, membuat kurikulum yang dijalankan pun terdiri dari dua jenis yaitu, kurikulum pendidikan pesantren dan kurikulum resmi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (Kemendikbudrsitek) RI.

Mesti telah sekian puluh tahun menjalankan dua model kurikulum berbeda, namun tetap memprioritaskan pembentukan karakter peserta didik pada bidang keagamaan.

Wakil Kepala SMP Negeri 3 Peterongan, Bidang Kurikulum, Drs. Sunarko, menjelaskan, walaupun pembelajaran di dasari dua kurikulum yang berbeda, namun tidak membuat suatu kendala berarti. Artinya baik kurikulum pendidikan pesantren dan kurikulum dari Kemendikbudristek berjalan serasi, beriringan, dan saling melengkapi.

“Keserasian ini mutlak harus kami jalankan dan disiasati dengan jam belajar yang bertambah. Jika umumnya di satuan pendidikan negeri per minggu maksmimal 46 Jam Pertemuan (JP), maka disini menjadi 51 JP. Penambahan ini mengacu pada tambahan pembelajaran materi dari pondok pesantren, mulai dari Bahasa Arab, Nahwu Sorof, Diniyah, dan pembelajaran sejenisnya,” ujar Sunarko.

Baca Juga: 

Diakui oleh Sunarko, mesti telah sekian puluh tahun menjalankan dua model kurikulum berbeda, namun tetap memprioritaskan pembentukan karakter peserta didik pada bidang keagamaan. Pembentukan ini diraih melalui pembiasaan membaca surah pendek dengan metode tilawatil quran, menghafal surah pendek, serta praktik salat, dan sejenisnya.

Nurkolis saat ditemui di ruang kerjanya. (Donny)

Sunarko menambahkan, “Metode pembiasaan tersebut, nantinya akan diujikan pada setiap kenaikan kelas. Setelah naik ke kelas selanjutnya, maka pembiasaan di lanjutkan di level seatasnya dan tetap tersambung dari pembiasaan sebelumnya. Sehingga dari sini, kami dapat mencetak generasi yang berkompeten di bidang akademik dan karakter yang terbangun melalui pembiasaan keagamaan.”

Pembelajaran Nahwu Sorof. (Donny)

Sementara itu Kepala SMP Negeri 3 Peterongan, Drs. Nurkolis, M.Pd. menambahkan, kedepannya akan berupaya memaksimalkan potensi di bidang akademik, melalui kejuaraan Olimpiade Sains Nasional (OSN). OSN menjadi pilihan, sebab iklim akademik yang ditunjang dari banyak guru berprestasi mampu menjadi bekal untuk diterapkan ke peserta didik.

Kegiatan hafalan hadist. (Donny)

“Walhasil ketika sudah ada fondasi akademik yang memadai, maka selanjutnya tinggal dikembangkan untuk pengembangan prestasi secara luas. Karena dengan prestasi akademik inilah, lambat laun akan merubah pandangan yang melekat, bahwa satuan pendidikan yang notebene berada di lingkup pesantren tak hanya identik dengan keagamaan saja. Melainkan juga kaya akan prestasinya,” imbuh Nurkolis.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

SMP NEGERI 3 PETERONGAN


Tahun Berdiri : 1997

Akreditasi : A

Jumlah Guru dan Karyawan : 100

Jumlah Peserta Didik : 950

Lebih baru Lebih lama