Nadhroh Jauharoh saat memaparkan materi. (Rabithah)


“Hiduplah seolah-olah anda akan mati besok. Belajarlah seolah-olah anda hidup selamanya.” - Mahatma Gandhi.

JOMBANG – Folosofi tentang belajar yang pernah diucapkan tokoh politikus asal India Mahatma Ghandi tersebut nampaknya cukup relevan menggambarkan semangat yang ditunjukkan oleh para panitia dan peserta yang tergabung dalam Temu Pendidik Nusantara 9 pada Minggu (21/8) di MI Muhammadiyah Jombang. Semua peserta yang merupakan guru dari pelbagai jenjang pendidikan tampak kompak berbagi keluh kesah seraya mencari solusi untuk menciptakan pembelajaran yang efektif di kelas.

Narasumber Nasional Temu Pendidik Nusantara 9, Rizqy Rahmat Hani, M.Pd. membeberkan rahasia yang dinilai dapat menjadi alternatif guru dalam upayanya menciptakan pembelajaran yang efektif sesuai kebutuhan peserta didik. Permasalahan tersebut wajar dirasakan para guru, hal ini dikarenakan setiap kelas memuat para peserta didik yang cukup heterogen latarbelakang dan potensinya. Sehingga memiliki satu cara mengajarpun dirasa kurang dapat mewadahi seluruh potensi yang dimiliki tiap peserta didik tersebut.

Mengubah pola berpikir bahwa seorang guru harus merdeka dari cara mengajar konvensional menjadi langkah yang harus dipayakan bersama. Apabila hal tersebut sukses dijalankan maka juga akan berimbas pada proses belajar peserta didik di kelas.

Rizqy Rahmat Hani mengisahkan, “Dahulu saat menjadi guru, yang sering saya lakukan yaitu hanya menjalankan asesmen sumatif. asesmen sumatif yang artinya hanya dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Jika peserta didik tak mampu mencapai target yang ditentukan guru maka yang dilakukan adalah mengulang atau remidial.”

“Contoh langkah asesmen sumatif adalah, guru mengajar materi 1 dilanjutkan dengan memberikan tugas, mengajar materi 2 dan melakukan ulangan, mengajar materi 3 dan memberikan tugas. Pola nya akan begitu terus dan hanya melakukan asesmen berdasarkan nilai peserta didik. Apabila pola tersebut dilakukan terus menerus maka peserta didik akan semakin tertinggal dan hanya mengerjakan remidial yang juga belum tentu mampu dikerjakan dengan maksimal,” papar pria yang menjabat sebagai Ketua Sekolah Merdeka Belajar itu.

Baca Juga: DWP Disdikbud Kabupaten Jombang Kemeriahan Lomba Senam dan Pembirama

Untuk itu Rizqy Rahmat Hani memberikan salah satu alternatif cara merubahnya yaitu dengan menggunakan asesmen formatif yang merupakan upaya dalam memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik. Tujuan akhirnya yaitu memperbaiki proses belajar mengajar.

Rizqy Rahmat Hani menambahkan, “Bagi peserta didik, asesmen formatif berguna untuk memonitoring kemajuan belajar, tantangan yang dialami serta langkah-langkah untuk mencapai target pembelajaran. Hal ini merupakan rangkaian proses yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sedangkan bagi guru, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang selama ini telah dilakukan. Selain itu untuk meningkatkan efektifitasnya dalam merancang pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan belajar peserta didik.”

Rizqy Rahmat Hani saat memberikan materi Asesmen Formatif. (Rabithah)

Langkah yang setidaknya bisa dilakukan guru dalam melakukan asesmen formatif diantaranya yang pertama adalah melakukan kuis sederhana yang berkaitan dengan kompetensi pembelajaran. Guru memiliki catatan siapa saja yang masih mengalami kendala belajar dan materi yang banyak belum dipahami, melalui pertanyaan langsung atau menggunakan aplikasi seperti Quizizz, imbuh Rizqy Rahmat Hani. Kedua melakukan wawancara, guru setidaknya harus berbincang santai dengan peserta didik berkaitan dengan proses pembelajaran sehingga para peserta didik merasa nyaman untuk menyampaikan pendapatnya.


Beberapa guru saat melakukan diskusi. (Rabithah)

“Langkah ketiga yaitu penilaian diri, guru dapat membuat rubrik sederhana yang dapat diisi secara mandiri oleh peserta didik. Keempat yaitu mengaitkan pembelajaran dengan seni, guru dapat menunjukkan pemahaman pembelajaran dengan seni seperti melalui gambar, lagu, puisi, dan video. Terakhir yaitu kegiatan percobaan, kegiatan percobaan yang dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil percobaan kemudian guru dapat memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik. Kegiatan percobaan dapat dilakukan di luar kelas agar memiliki nuansa yang berbeda,” tutup Rizqy Rahmat Hani.


Paparan materi kurikulum operasional di satuan pendidikan. (Rabithah)

Selaras dengan uraian di atas, Ketua Komunitas Guru Belajar Nusantara Kabupaten Jombang, Nadroh Jauharoh, S.Pd., M.A.P. memaparkan bahwa apabila guru melakukan pembelajaran yang yang hanya mengedepankan asesmen sumatif saja makan dapat berakibat pada istilah menderita belajar bagi peserta didik. Apabila hal tersebut dilakukan berulang hingga peserta didik tersebut naik kelas atau lulus, maka makna merdeka belajar tentu tak dapat tercapai maksimal.

Nadroh Jauharoh memungkasi bahwa, “Mengubah pola berpikir bahwa seorang guru harus merdeka dari cara mengajar konvensional menjadi langkah yang harus dipayakan bersama. Apabila hal tersebut sukses dijalankan maka juga akan berimbas pada proses belajar peserta didik di kelas.”

Reporter/Foto: Rabithah Maha Sukma


Lebih baru Lebih lama