Solikin saat mengemas Mie Basah pesanan pelanggan. (Donny)


JOMBANG – Dari kejauhan nampak tiga lelaki sedang bersantai menikmati kopi, di tengah hiruk pikuk kesibukan Jalan KH. Mimbar, Desa Sambong Dukuh, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Ternayata mereka adalah pekerja pembuat mie basah yang sedang beristirahat. Sekadar menghela nafas sejenak, sebelum melanjutkan aktivitasnya membuat mie basah.

Setelah semua dirasa cukup, kembali bekerja dan menempati posisi masing-masing. Dari mengawasi mesin adononan, giling, hingga rajang pun ada yang bertanggungjawab sendiri. Solikin nahkoda produksi mie basah menjelaskan kepada Majalah Suara Pendidikan Kamis (15/9) bila usaha in adalah milik salah satu pengusaha asal Desa Trawasan, Kecamatan Sumobito. Ia hanya yang bertanggungjawab menjalankan salah satu cabangnya saja.

Tak sampai setengah hari berlalu, pembuatan mie basah Solikin telah menghabiskan kurang lebih 2 kuintal teung terigu. Rata-rata pembelinya memesan sekitar 2 kilogram mie basah.

Didalam kiosnya yang berukuran 4 x 7 meter ini, Solikin mengatakan, “Sebelumnya telah bekerja di pusat pembuatan mie basah di Desa Trawasan. Seiring perkembangannya, dipercaya untuk memegang dan bertanggungjawab atas perluasan usaha di kawasan Pasar Citra Niaga atau Legi Jombang ini semenjak 2016 silam.”

Baca Juga: Verval PTK 2022 Pijakan dalam Tentukan dan Jalankan Program

Dari matahari yang masih sayup-sayup menampakkan wajahnya, Solikin beserta dua orang pekerja lainnya sudah memulai aktivitasnya membuat mie basah. Maklum saja kebanyakan pelanggannya adalah juga pedang makanan berbahan dasar mie, jadi saat pagi merupakan kesempatan berbelanja. Oleh karena itu, mie basah buatan Solikin harus siap ketika ada pelanggan yang mencari.

Mie Basah siap kemas. (Donny)

“Proses pembuatannya diawali dengan menimbang terigu yang akan diguanakan sebagai bahan utamanya. Selanjutnya dicampur dengan air dan garam lantas diaduk hingga rata. Barulah jika sudah nampak pas, kemudian dimsukkan ke dalam mesin adonan agar semakin menyatu dan merata serya hasilnya lebih lembut. Barulah ke tahap berikutnya masuk mesin gilingan hingga keluar adonan yang pipih. Berikutnya dimasukan ke mesin rajang sehingga menghasilkan juntaian panjang dan tinggal di potong,” terang Solikin.

Mie Basah yang siap ditimbang. (Donny)

Tak sampai setengah hari berlalu, pembuatan mie basah Solikin telah menghabiskan kurang lebih 2 kuintal teung terigu. Rata-rata pembelinya memesan sekitar 2 kilogram mie basah. Sementara tiap kilogramnya dibandrol hanya 12.000 rupiah saja.

Penimbangan tepung terigu sebelum dimasukkan mesin adonan. (Donny)

Mengenai keuntungan yang diperoleh perbulannya, Solihin tak mampu menjawabnya gamblang. Hal itu terkait juga kondisi barang kebutuhan lain yang turut naik, namun ia tak sampai hati menaikan harga mie basah buatannya. Jadi biar sama-sama tetap bisa berjalan, meskipun tak dapat menentu keuntungannya tetapi Solikin tetap mensyukurinya.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama