Rupa kudapan berbahan dasar telur dan pisang usai dihias. (Donny)


JOMBANG – Sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan persentase persebaran stunting atau kekurangan gizi pada balita dan anak usia dini sebesar 20%, Pemerintah Kabupaten Jombang dalam kurun tiga warsa belakangan gencar menggalakkan kegiatan yang bertujuan menekan angka malgizi tersebut. Salah satu upayanya, turut pula menggandeng Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Jombang sebagai salah satu organisasi ujung tombak pelaksanaan program pemberantasan stunting.

Ketua Himpaudi Kabupaten Jombang, Tita Aniqowardani, S.Pd menjelaskan, dilibatkannya Himpaudi Kabupaten Jombang cukup beralasan, mengingat keseluruhan isi program berpaut dengan PAUD Holistik Integratif (HI). Dalam PAUD HI sendiri juga menekankan kompetensi pendidik serta tenaga kependidikan jenjang PAUD pada usaha pencegahan stunting.

“Karena masih sejalan dan satu rangkaian Hari Lahir ke 17 Himpaudi, kami menghelat agenda Cipta Resep dan Inovasi Menu Bekal Sehat Pencegahan Stunting. Adapun tujuan utama selain menangkal sebaran stunting, kegiatan ini juga memahamkan pendidik serta wali anak didik akan kebutuhan gizi berimbang yang menjadi daya dukung perkembangan anak,” ungkap Tita Aniqowardani.

Perlu dipahami juga stunting bukan sebatas yang terlihat melambat pada pertumbuhan anak didik secara fisik. Melainkan pula aspek non-fisiknya, seperti kekurangan gerak motorik kasar dan halusnya juga menjadi indikator stunting.

Dilaksanakan pada (22-28/8) di tiap Kecamatan, teknis acara mewajibkan seluruh peserta yang diambil dari perwakilan pendidik jenjang KB, untuk mengolah seraya menghias menu bekal sehat berbahan dasar telur dan pisang. Usai diolah dan dirias secara menarik, aneka menu yang tersaji lantas dinilai oleh tim dewan juri yang terdiri dari pengurus Himpaudi Kabupaten Jombang dan Ahli Gizi masing-masing Puskesmas.

“Terdapat lima kriteria penilaian diantaranya kreativitas, cita rasa, keamanan bahan dasar, biaya, dan tampilan. Kelimanya kita susun berdasarkan tinjauan kesehatan dan rupa kreasi yang dihasilkan supaya anak didik dapat tertarik dengan ragam olahan tersebut. Sebab, tak dapat dimungkiri, masih banyak anak didik yang enggan mengkonsumsi buah, protein, dan sayuran. Maka, tatkala pendidik sudah dibekali pengetahuan akan kandungan gizi dengan metode penyajian yang menarik, harapannya akan berimbas ke wali anak didik dengan program serupa yang mana ini juga berkelanjutan ke masing-masing satuan pendidikan,” jelas Tita Aniqowardani.

Baca Juga: Cara Memberikan Feedback yang Baik dan Efektif

Pasca diambil sepuluh besar terbaik di tiap kecamatan, maka akan dirincikan lagi menjadi juara dan harapan I-III tingkat kabupaten dengan kriteria penilaian yang berbeda, imbuh Tita Aniqowardani. Termasuk untuk penilaian presentasi peserta terpillih tingkat kabupaten yang dinilai langsung oleh tim ahli gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang.

Menurut salah satu dewan juri dari pengurus Himpaudi Kabupaten Jombang, Noviana Andriyani, S.Pd. pelbagai rupa sajian yang disuguhkan sudah cukup menarik. Namun, yang masih perlu digarisbawahi ialah porsi penyajiannya, dimana mesti disesuaikan dengan bekal anak didik.

Proses menghias kudapan. (Donny)

Noviana Andriyani mengatakan, “Faktor muncul kreasi ini tak terlepas dari imaji dan gambaran yang sudah terbangun di benak para guru tatkala saban harinya membersamai anak didik di sekolah. Sehingga, ini merupakan modal utama yang laik dalam cara memompa nafsu makan dan mulai membiasakan anak didik mengkonsumsi makanan bergizi seimbang.”

Sementara itu ditambahkan oleh Sekretaris Himpaudi Kabupaten Jombang, Suharwati, S.Pd., bahwasannya tindak lanjut dalam memberikan pemahaman pentingnya pemenuhan gizi seimbang pada wali anak didik dapat dilaksanakan melalui parenting. Di dalamnya, diharapkan terjalin komunikasi intensif antara guru dan wali anak didik yang mengupas seputar, tumbuh kembang anak didik.

Proses penjurian. (Donny)

“Perlu dipahami juga stunting bukan sebatas yang terlihat melambat pada pertumbuhan anak didik secara fisik. Melainkan pula aspek non-fisiknya, seperti kekurangan gerak motorik kasar dan halusnya juga menjadi indikator stunting. Karena itulah, parenting wajib dibiasakan secara berkelanjutan dan tidak berhenti pada sekali tempo tertentu saja,” tandas Suharwati.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama