Pengerjaan pola Batik Tulis secara berkelompok. (ist)


GUDO – Dunia pendidikan yang serba dinamis memang menuntut satuan pendidikan untuk selalu adaptif terhadap model serta kebutuhan belajar peserta didik sesuai zamannya. Praktis, dalam merespon hal semacam ini seyogianya pendidik tak tinggal diam. Pengembangan kompetensi menjadi suatu keharusan, guna menempa kemampuan pedagogik, sosial, kepribadian, serta profesionalisme dalam mengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa.

Selaiknya di SDN Japanan I Gudo. Menyambut perubahan demi perubahan di dunia pendidikan yang berlangsung saat ini penempaan kompetensi guru senantiasa diasah melalui pelatihan secara mandiri melalui materi beragam. Termasuk pada Kamis (16/2) lalu, pelaksanaan Pelatihan Membatik yang terlesenggara turut melibatkan seluruh guru kelas dan mata pelajaran.

Selain pada mekanisme implementasi tersebut, secara esensi juga kami tanamkan pada peserta didik, bahwasannya Batik Tulis dengan karakteristiknya merupakan khazanah budaya, yang wajib dijaga kelestariannya.

Di dampingi praktisi batik sekaligus Ketua Forum Kelompok Kerja Kepala Sekolah Kecamatan Gudo, Wulandari, S.Pd. pelatihan membatik yang berlangsung selama ± 3 jam tersebut, mendedah segala jenis teknik dan konsep pola Batik Tulis. Mulai dari penggambaran pola, pencantingan, dan pewarnaan kain.

Baca Juga: Ingin Memilih Kampus yang Tepat? Ini Tipsnya

Wulandari menjabarkan, “Dalam pelatihan yang telah berlangsung, untuk awal memang sengaja dimulai dari teknik yang sulit. Sebab hal ini merupakan dasar yang mesti dipahami serta dikuasi dalam pembuatan Batik Tulis. Ketika pelbagai teknik secara berurutan mulai dari Nyungging, Njaplak, Nglowong, Ngiseni, dan sejenisnya sudah mentas dikuasai, maka selebihnya tinggal langkah ke pengembangan motif yang di inginkan.”



Ditambahkan pula oleh Wulandari bahwasannya, pembuatan Batik Tulis manfaatnya cukup laik jika diimplementasikan ke peserta didik. Terlebih dalam upaya pembentukan karakter dan kreativitasnya.


Pewarnaan pola Batik Tulis. (ist)

Kepala SDN Japanan I Gudo, Deny Retnowati, S.Pd. pun membenarkannya. Perempuan berhijab ini mengakui, pemilihan Batik Tulis sebagai medium pelatihan kompetensi guru akan dijalarkan kepada peningkatan kreativitas dan pembentukan karakter. Terkhusus, pemupukan sikap gotong royong pada peserta didik.

Pemaparan materi mengenai teknik membatik. (ist)

Deny Retnowati menegaskan, “Pengamalannya, pada projek pembuatan Batik Tulis nantinya, memang kami tekankan pada proses dan tidak berorientasi pada hasil. Lantaran, ketika peserta didik berpraktik membuat Batik Tulis mulai dari kelas I-VI secara berkelompok dengan pendampingan para guru dan sesuai level kesulitan masing-masing kelas, nilai ketelatenan, gotong royong, dan kreativitas, ketiganya tercakup dalam pembentukan karakter. Selain pada mekanisme implementasi tersebut, secara esensi juga kami tanamkan pada peserta didik, bahwasannya Batik Tulis dengan karakteristiknya merupakan khazanah budaya, yang wajib dijaga kelestariannya.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama