Aksi tuang eco enzim di Sungai Tugu Kepatihan. (Rabitha)


JOMBANG – Sampah organik yang berasal dari rumah tangga jika diolah dengan benar, maka akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan. Sebaliknya apabila tak dikelola dengan baik maka bisa membahayakan manusia hingga lingkungan. Sadar akan bahaya tersebut, perangkat Desa Kepatihan Jombang memberdayakan anggota kelompok Bank Sampah Karya Ibu untuk mengelola sampah organik.

Kepala Desa Kepatihan Jombang, Erwin Pribadi, S.H. menyampaikan bahwa Bank Sampah Karya Ibu sebelumnya hanya berfokus pada pengumpulan sampah non-organik yang nantinya dijual ke pengepul. Kemudian, belum adanya gerakan mengelola sampah organik, menjadikan sampah hasil rumah tangga tersebut tak terkelola sebagaimana mestinya, seperti dibuang di sungai atau bergantung pada petugas kebersihan keliling saja.

Berharap semakin banyak warga yang tergerak untuk membuat eco enzim. Pada panen berikutnya ditargetkan sebanyak 1.000 liter dan tidak menutup kemungkinan akan didistribusikan dan diperjual belikan guna mendukung keaktifan Bank Sampah Karya Ibu.

Erwin Pribadi mengatakan, “Seiring berjalannya waktu, terdapat langkah membuat pupuk kompos. Namun, langkah tersebut belum juga mampu mengakomodir seluruh sampah. Hingga berinisiatif membuat bio enzim yang dinilai lebih dibutuhkan dari sekadar pupuk kompos yang hanya bermanfaat bagi warga pemilik tanaman saja.”

Baca Juga: SDN Gondek Mojowarno Jalur Akademik Pilihan Meraih Prestasi

Inisiatif membuat bio enzim juga didasari oleh keadaan pencemaran air di sungai desa, banyaknya warga yang mengeluhkan saluran air mampat hingga kebutuhan pupuk cair yang kaya manfaat, imbuh Erwin Pribadi. Oleh karenanya langsung menggandeng Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Jombang, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang hingga pelbagai komunitas peduli lingkungan untuk melakukan pelatihan kepada warga yang dimulai pada bulan Juni 2022.



Kepala Urusan Keuangan Desa Kepatihan Jombang yang juga sebagai penanggungjawab acara pelatihan bio enzim, Nanang Abdullah, S.E. menjelaskan bahwa pada dasarnya, eco enzyme merupakan langkah mempercepat reaksi bio kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna. Cara sederhana membuat eco enzim adalah dengan mencampur 500 ml air, 50 gram gula merah, sisa kulit buat atau sayur yang belum membusuk, lalu aduk, dan simpan pada wadah plastik berupa ember atau galon.


Penggunaan bio enzim sebagai pupuk tanaman. (Rabitha)

“Untuk perawatannya, tinggal membuka tutup wadah setiap tiga hari sekali selama satu bulan pertama. Dalam satu bulan pertama gas akan dihasilkan dari proses fermentasi. Simpan wadah di tempat dingin, kering, dan memiliki ventilasi yang baik namun terhindar dari sinar matahari secara langsung. Setelah tiga hingga duabelas bulan, maka eco enzim dapat dipanen dan digunakan,” papar Nanang Abdullah.

Acara pembukaan pelatihan pembuatan eco enzim. (Rabitha)

Bulan November ini merupakan panen pertama setelah pembuatan di bulan Juni lalu. Jumlah eco enzim yang mampu dihasilkan adalah 600 liter, imbuh pria berkacamata itu. Panen pertama tersebut sebagian besar di dedikasikan untuk Sungai Tugu yang juga dibarengi dengan menebar bibit ikan air tawar, kemudian sisa bio enzim dibagikan kepada warga yang memerlukan.

Erwin Pribadi. (Rabitha)

Erwin Pribadi berharap semakin banyak warga yang tergerak untuk membuat eco enzim. Pada panen berikutnya ditargetkan sebanyak 1.000 liter dan tidak menutup kemungkinan akan didistribusikan dan diperjual belikan guna mendukung keaktifan Bank Sampah Karya Ibu. Namun hal tersebut tentu membutuhkan dukungan dan bimbingan dari instansi terkait, lantaran banyak kajian yang telah membuktikan bahwa bio enzim memiliki manfaat besar bagi sektor industri, lingkungan, pangan, dan farmasi.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Lebih baru Lebih lama