Ilustrasi parenting orang tua dengan anaknya. (Ist)


NASIONAL - Kehadiran anak di tengah keluarga tentunya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Bagai mimpi yang menjadi nyata, kedua orangtua akan mencurahkan segalanya demi anaknya. Salah satu hal yang akan diperhatikan orangtua adalah bagaimana pola pengasuhan atau parenting yang ingin diterapkannya.

Seorang sosiolog di New York University Kathleen Gerson kepada LiveScience mengatakan mengasuh anak adalah sesuatu yang dialami oleh kebanyakan orang, dan bahkan jika tidak mengalaminya secara langsung, kita mengamatinya. Di satu sisi, kita semua berpikir kita ahli dalam hal itu. Di sisi lain, kita tidak yakin bagaimana melakukannya.

Ada banyak cara berbeda untuk membesarkan anak-anak, dan tidak ada satu formula khusus yang cocok untuk setiap anak.

Oleh karena itu, tak dapat dipungkiri bahwa sebagian orangtua mengalami kendala dalam mengasuh anak, terlebih jika pasangan tersebut baru saja menyambut kedatangan anak pertama.

Dosen UPGRIS dan penulis buku How to Raise Great Family: Mengasuh Anak Penuh Kesadaran, Dr. Arri Handayani, S.Psi., M.Si menjelaskan untuk menjadi orangtua itu tidak ada sekolahnya. Pola asuh yang digunakan orangtua biasanya bersumber pada bagaimana mereka diasuh saat muda, serta buku maupun video parenting yang digunakannya.

Baca Juga: Siang Panas Sore Hujan, Begini Cara Rawat Helm Agar Tetap Segar

Apabila seseorang dibesarkan dengan pola asuh yang keras dan kurang baik, maka ia mungkin saja takut akan melakukan hal yang sama pada putra dan putrinya. Hal ini dapat memunculkan trauma yang membuat orang tersebut takut memiliki anak.

Parenting Tidak Gampang

Perasaan tidak mampu menjadi orangtua sebab trauma bukanlah persoalan yang gampang. Dr. Arri Handayani, S.Psi., M.Si menyebut bantuan dari orang lain diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Meskipun demikian, keputusan untuk menikah dan memiliki anak atau tidak kembali ke pribadi masing-masing.



Bahkan saat memutuskan untuk memiliki anak, orangtua juga tidak tahu akan hasil akhir dari setiap keputusan yang dibuat dalam pola pengasuhannya sebab butuh waktu bertahun-tahun bagi seorang anak untuk tumbuh dewasa.

Sejalan dengan hal itu, Arri menuturkan bahwa menjadi orangtua itu butuh belajar. Tidak hanya saat anak bayi, sejalan dengan usia anak-anak ini orangtua harus belajar. Ketika bayi baru lahir, ibu belajar posisi pelekatan bayi saat menyusui, kemudian mulai mencari tahu nutrisi apa saja yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak.

Orangtua Harus Terus Belajar

Seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka membutuhkan kebebasan untuk mengeksplorasi dan membuat kesalahan, tetapi dengan batasan yang sesuai dengan usia. Peran orangtua tentu saja membimbing anak melalui semua itu.

Ketika anak masuk usia sekolah, orangtua akan membimbing bagaimana anak berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya, dan mencegahnya masuk ke lingkaran pertemanan yang negatif.

Kala anak beranjak remaja, kemungkinan dia akan mulai tertarik dengan lawan jenis. Peran orangtua lagi-lagi diperlukan untuk membimbing anak, misalnya dengan mengajarkan pendidikan seks.

Namun, dibalik banyaknya rintangan yang harus dihadapi, memiliki anak dan menjadi orangtua adalah berkah bagi pasangan suami istri. Hadir dan melihat bagaimana putra-putri kecilnya tumbuh menciptakan perasaan gembira yang tidak ternilai harganya.

Dr. Arri Handayani, S.Psi., M.Si menambahkan mengasuh anak juga membantu orangtua menjadi pribadi lebih baik. Dengan menjadi orangtua itu berarti memang mengendorkan hal-hal semacam itu, kepentingan diri sendiri sudah mulai dikurangi, orientasinya kepada anak.

Wajar untuk Membuat Kesalahan

Kendati keterampilan parenting penting, bukan berarti orangtua harus sempurna. Psikolog, Amy Bohnert mengatakan ada banyak cara berbeda untuk membesarkan anak-anak, dan tidak ada satu formula khusus yang cocok untuk setiap anak. Wajar untuk melakukan kesalahan dalam pengasuhan, yang terpenting adalah bagaimana mengatasinya dan belajar dari kesalahan tersebut.

Menurut Amy Bohnert, yang terpenting adalah menumbuhkan keterikatan yang aman dan hangat dengan anak untuk memberi tahu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi dan anak memiliki tempat untuk pulang.

Selain ibu, peran ayah dalam pengasuhan juga penting. Sejak ibu mengandung, ayah berperan untuk mendukung istrinya. Misalnya, saat hamil wanita akan merasa kurang nyaman karena membawa berat beban anak.

Mendapatkan pelayanan sederhana dari suami seperti diambilkan air minum akan membantu ibu merasa diperhatikan. Setelah melahirkan, ayah juga dapat membantu ibu mengganti popok anak secara bergilir.

Dr. Arri Handayani, S.Psi., M.Si menambahkan jika ibu senang, maka akan berdampak pada bayi. Sebaliknya, jika ibu jengkel, larinya juga ke anak.

Sumber/Rewrite: liputan6.com/Tiyas Aprilia

Lebih baru Lebih lama