Tari remo yang diajarkan kepada anak didik. (Rabitha)


KUDU – Proses pembelajaran di jenjang PAUD salah satunya bertujuan membentuk jati diri dan memupuk rasa percaya diri anak didik. Hal ini penting diupayakan agar anak didik tidak ragu dalam menunjukkan potensinya. Seperti civitas akademika TK Mawar Indah Kudu yang melatih kepercayaan diri anak didiknya melalui kegiatan seni tari.

Dijelaskan oleh Kepala TK Mawar Indah Kudu, Suhartutik, S.Pd bahwa seni tari telah menjadi kegiatan yang paling digemari sedari awal berdirinya TK sekitar dua dekade silam. Hal ini tak lepas dari pengaruh masyarakat dilingkungan satuan pendidikan yang selain menggandrungi juga banyak yang mengelola kelompok kesenian karawitan, tari remo hingga kuda lumping.

Sebelum diajarkan menari, anak didik memiliki keterbatasan untuk mengekspresikan dirinya melalui gerak. Latihan dilakukan menggunakan metode yang terpusat pada pelatih sebagai model, sehingga anak didik dapat menirukan dan menghafalkan gerak baku yang dilakukan oleh pelatihnya.

Suhartutik mengatakan, “Hal tersebut terbukti saat anak didik mendengar musik iringan kuda lumping ataupun karawitan langsung antusias. Setelah diketahui potensi minat dan bakat yang sudah membuncah tersebut, selanjutnya menjadi tugas para tenaga pendidik untuk mengarahkan dan mengembangkannya. Tak lupa juga menjalin kolaborasi dengan wali anak didik untuk mendukung program latihan tersebut, seperti dalam pengadaan kostum hingga teknis persiapan penampilan tari”

Baca Juga: Lari Ternyata Banyak Manfaatnya Bagi Kesehatan

Guru Kelas B, TK Mawar Indah Kudu, Erni, S.Pd. membeberkan bahwa latihan tari dilakukan saban Sabtu pagi sebelum mulai proses pembelajaran. Durasinya pun satu jam atau dapat disesuaikan kondisi fisik dan psikis anak didik. Sebab, apabila anak didik terlalu terkuras tenaganya untuk menari maka berdampak pada proses pembelajaran di kelas.



“Untuk pilihan jenis tari yang diajarkan cukup beragam. Diantaranya adalah Tari Kijang Marmoyo, Bledekdot, Topeng, Kuda Lumping, Remo, dan tari kreasi lainnya. Bersyukur pelatihnya pun berasal dari guru sendiri yang juga lihai menari tarian tradisional. Sehingga apabila harus turut serta mengikuti perlombaan tari ataupun tampil dalam sebuah acara kian mempermudah penjadwalan latihan yang juga semakin intensif,” ujar perempuan yang juga menggeluti kesenian tari tradisional itu.

Anak didik belajar tari topeng kuda lumping. (Rabitha)

Guru Kelas A, TK Mawar Indah Kudu, Iin Rahmawati menambahkan perihal jumlah anak didik yang menyukai seni tari terbilang hampir seluruhnya. Kendati demikian, tak semua anak didik mampu dan mau untuk berlatih secara intensif. Lantaran saat berlatih membutuhkan anak didik yang memiliki fisik yang prima, bisa fokus dan diarahkan ataupun sekadar menirukan gerakan pelatih.

Kesenian tari kuda lumping yang sangat digandrungi anak didik sejak dulu. (ist)

Sementara itu, Guru Kelas B, TK Mawar Indah Kudu, Devin V., S.Pd. mengutarakan bahwa sebelum diajarkan menari, anak didik memiliki keterbatasan untuk mengekspresikan dirinya melalui gerak. Latihan dilakukan menggunakan metode yang terpusat pada pelatih sebagai model, sehingga anak didik dapat menirukan dan menghafalkan gerak baku yang dilakukan oleh pelatihnya. Selain itu juga melalui layar LCD yang menampilkan contoh gerakan tari.

Kepala satuan pendidikan beserta jajaran guru. (ist)

Lantaran, tak dapat dipungkiri bahwa mood dan perasaan anak didik masih terbilang labil, seperti hari ini bersemangat berlatih menari namun pada hari berikutnya sudah tidak berkenan lagi, pungkas Devin V.. Hal tersebut dapat disiasati dengan seringnya merubah jenis tarian dan lagunya. Begitupula dengan kostum atau properti tarian yang digunakan, semisal dengan topeng, balon, sampur/selendang, dan jaranan.

Reporter/Foto: Rabitha Maha/Istimewa

Lebih baru Lebih lama