Seporsi lontong kikil yang siap santap. (Donny)


JOMBANG – Kikil dan Jombang merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Tiap sudut pusat kota hingga pelosok desa rasanya tak terlalu sukar untuk menemukan olahan kuliner berbahan dasar daging kaki sapi yang dipadu dengan aneka bumbu rempah ini. Lantaran mulai dari pedagang kaki lima, rumah makan, sampai restoran semuanya tak luput menjajakan menu khas dan kaya cita rasa ini.

Dari sekian banyak penjaja kikil yang telah berdiaspora tersebut, salah satunya dapat anda temui di Warung Lontong Kikil Pak Suroto. Lokasinya, persis berada di barat perempatan Desa Dapurkejambon, Kecamatan Jombang.

Potongan kikil telah memburu nafsu santap sore saya kala itu. Sepotong demi sepotong, kikil telah saya lumat. Uniknya, seluruhnya tidak terasa alot dan keras.

Berdiri di lahan yang tak terlalu luas, Warung Kikil Pak Suroto saban harinya telah bersiap memanjakan lidah para pelanggannya, terkhusus penggemar kikil sedari pukul 16.00 WIB. Sebagaimana kunjungan Majalah Suara Pendidikan pada Rabu (28/12), kurun setengah jam berselang dari jam buka, tepatnya pukul 16.30 WIB, terlihat kesibukan dari warung sederhana ini cukup bergairah.

Antrean pembeli yang datang dan pergi silih berganti, ditambah kepulan uap dari kuah Lontong Kikil yang mengepul di udara menambah penasaran akan rupa dan rasa yang ditawarkannya. Tak menunggu lama, seporsi Lontong Kikil bersama segelas teh hangat segera saya pesan.

Baca Juga: Debat Bahasa Inggris, Kenapa Tidak?

Di sela menunggu pesanan dihidangkan, aroma kuah Lontong Kikil terus menguar. Seolah sengaja untuk menggoda indra perasa saya untuk segera menyesapnya penuh nikmat. Tak lama, semangkuk Lontong Kikil dan segelas teh hangat tersaji di hadapan saya.

Sejenak mengamati kenampakan seporsi Lontong Kikil Pak Suroto ini, saya menemukan ada yang menarik. Beberapa irisan lontong nampak terbenam di bawah guyuran kuah Lontong Kikil yang berwarna kuning kecoklatan. Selain itu, cukup kentara pula potongan kikil seukuran ibu jari orang dewasa yang justru mengambang bersama sambal dan beberapa iris daun bawang.



Menyaksikan sajian semacam ini tentu membuat perut berbunyi nyaring, lapar sudah tak tertahankan. Menyudahi pengamatan dari segi fisik, saya beralih ke segi rasa.

Saat suapan pertama, hangat, gurih, serta kesegaran kuahnya seketika akrab di lidah. Sebab, karakteristik kuah Lontong Kikil Pak Suroto ini tidak berminyak juga tak terlalu kental, sehingga cukup nyaman baik di lidah maupun tenggorokan. Ditambah lagi daun bawang dan bawang goreng yang ditaburkan diatasnya, serentak menenggelamkan saya pada kenikmatan terdalam. Pada suapan kedua, sendok saya arahkan ke irisan lontong. Kendati kompisinya sedikit padat, namun masih dalam kategori yang nyaman untuk dilahap.


Potongan kikil dan lontong. (Donny)

Mendekati sesi terakhir, potongan kikil telah memburu nafsu santap sore saya kala itu. Sepotong demi sepotong, kikil telah saya lumat. Uniknya, seluruhnya tidak terasa alot dan keras. Justru sebaliknya, besaran potongan kikil olahan Warung Lontong Kikil Pak Suroto ini cukup kenyal dan empuk. Oleh karenanya, dari keseluruhan rupa dan rasa, tak ada salahnya menjadikan Warung Lontong Kikil Pak Suroto sebagai salah destinasi wisata kuliner di Telatah Kebo Kicak.

Kesegaran kuah yang bercampur potongan kikil dan lontong. (Donny)

Selain lezat, harganya pun cukup bersahabat. Seporsi Lontong Kikil, segelas teh hangat, dan sebungkus krupuk hanya dibandrol seharga Rp. 14.000. Untuk itu, silahkan mencoba kesegaran kuah serta empuknya Lontong Kikil Pak Suroto yang sudah menjadi resep turunan keluarga di tiga generasi sejak tahun 1970-an ini.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama