Foto Rahmat Sularso Nh. (Ist)


Rahmat Sularso Nh.*

Pendidikan di era modern sekarang penuh akan pembaharuan. Baik secara kompetensi pendidik yang wajib terus diasah, materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan zamannya, hingga korelasi dikehidupan sebenarnya ketika telah kembali dilingkungannya masing-masing pun sebisa mungkin dikaitkan. Tak ayal kondisi tersebut juga menuntut adanya daya dukung yang memadai sesuai dengan penerapannya. Diantaranya ialah fasilitas pendidikan.

Tidak dipungkiri apabila kemajuan jagad pendidikan selalu dilatari dengan kolaborasi. Artinya, suatu mekanisme yang dibangun tidaklah dapat berjalan sendiri. Melainkan harus bergandengan, saling melengkapi, hingga mendukung satu dengan lainnya.

Katakan saja kompetensi guru yang sangat profesional dalam menggembleng peserta didik, namun tidak diimbangi dengan adanya fasilitas yang menyertainya. Malah akan terjadi ketimpangan yang jelas kelihatan, meskipun guru sebenarnya mampu mengatasinya dengan inovasi yang dilahirkan. Tetapi tetap saja tidak akan dapat mengimbangi secara sempurna sehingga dapat melangkah bersama mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

Saatnya menyusun kolaborasi dan siniergi yang elok antar lini agar dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang telah disediakan tersebut.

Demikian pula dengan materi pembelajaran yang terus mengalami perubahan. Seperti belakangan ini hadirnya Merdeka Belajar menjadi cambuk baru bagi guru dalam mempersiapkan sekaligus menyesuaikan diri supaya dapat menerapkannya dengan paripurna bersama peserta didik. Jikalau kompetensi guru belum mampu menangkap esensi dalam Merdeka Belajar tersebut, muaranya akan menjadi boomerang dalam pembelajaran karena gagal dalam menyampaikan kepada peserta didik secara benar. Begitu pun dengan sisi pendidikan lainnya, dibutuhkan kerjasama yang apik dan saling berkesinambungan.

Mengenai fasilitas pendidikan yang memadai memang sudah diatur dalam perundang-undangan. Tetapi terkadang hanya sekadar melengkapi dan memperbaiki saja. Bukan menghadirkan sesuatu yang terbilang sebagai penetrasi pendidikan. Katakanlah dibangunnya perpustakaan, pagar, ruang kelas atau yang lainnya. Andaikan sebatas membangun maka tak akan ada yang berbeda dan karakter yang diharapkan bakal menjadi pusaka daya tarik tersebut tidak pernah terwujud.

Baca Juga: Awal Tahun Pelajaran, Guru Mengajar dengan Gaya Baru

Misalkan saja membangun perpustakaan. Umpanya hanya fokus menyediakan sebuah gedung yang mampu menampung koleksi buku dan ada estalase yang terusun rapi namun tiada menimbang kebutuhan pembaca maka dapat dibilang kurang mencapai standar. Seperti diketahui sekarang ini medium pembaca membutuhkan sesuatu yang bebeda tetapi kompleks serta nyaman. Dahulu sering kali membaca dilakukan di ruang kelas atau belajar, sekarang berubah menyesuaikan suasana hati.

Selaiknya di taman yang teduh dengan hembusan angin sepoi atau memilih di tempat semacam kafetaria lengkap ragam pilihan minuman serta makanan. Jadi membuat pembaca merasa betah menyelesaikan bacaanya, bahkan bila perlu menjadikannya sebagai alternatif melangsungkan kegiatan lainnya. Tak ubahnya ketika guru melakukan pembelajaran di luar kelas. Nyatanya bisa dilaksanakan di tempat-tempat seperti itu.



Perpustakaan zaman milenial sekarang ini pun akan ada sejumlah penunjang yang akan mendukung bahkan sangat membantu kerja pustakawan maupun pembaca. Salah satu diantaranya yakni mesin pencarian digital. Jadi secara umum kerja dari mesin pencari yakni membantu pembaca dalam menemukan buku yang menjadi buruannya. Demikian pun bagi pustakan dapat lebih mudah dalam mengkelompokan jenis, tahun, hingga memuat sedikit resume terkait buku tersebut.

Belum lagi ditambah dengan sistem keputaskaan yang lainnya agar semakin mempermudah kerja pustakawan. Katakanlah ada sistem pendataan pengunjung, peminjam, hingga penggandaan mesin pengganda dan mengandakan materi yang dibutuhkan peserta didik guna menunjang dalam melangsungkan pembelajaran tatapi tetap menjaga keutuhan buku tersebut.

Oleh karena itu, dalam sebuah penyusunan rencana pembangunan fasilitas pendidikan harus dipikirkan jangka panjang dan mampu lebih melesapkan diri terhadap masanya. Andai saja tetap teguh berdiri pada konsep-konsep konvensional terdahulu maka jangan harap akan mampu bersaing serta menjadi solusi akan kebutuhan pendidikan terkini.

Para wali peserta didik sekarang ini pun diakui semakin cerdas. Mereka rela menggelontorkan sejumlah rupiah demi mendapat yang tebaik untuk pendidikan buah hatinya. Walau dapat disimpulkan tergolong mahal. Tidak jadi masalah, bahkan akan diperjuangkan hingga harapannya guna memberikan yang terbaik bisa terealisasikan.

Jadi, tak perlu heran sekarang sudah banyak sekali satuan pendidikan yang dikelola swasta dengan menawarkan banyak sekali fasilitas sangat memadai. Ditambah juga program-program yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam menjemput pelangi di masa depannya. Kondisi sebaliknya terjadi di sekolah dengan lebel ‘negeri’, selain semakin terkikis peserta didiknya karena lebih memilih menempuh pembelajarannya di satuan pendidikan swasta. Juga banyak satuan pendidikan khususnya ditingkatan dasar di marger (baca: satukan) lantaran minimnya jumlah peserta didik.

Keadaan ini harus disikapi dengan bijak dan strategi yang tepat. Tidak hanya duduk terdiam menerima saja. Melainkan harus mencari jawaban dalam menghadapi tantangan ini. Salah satu diantarnya yang cukup penting adalah fasilitas didalam satuan pendidikan tersebut. Dengan begitu maka sedari sekarang harus dipikirkan seraya dirancang keberadaan fasilitas pendidikan yang mampu sebagai sinergi dan kolaborasi menjalankan roda pendidikan.

Tentunya dengan pengawasan yang ketat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang sebagai ibu dari satuan pendidikan terbanyak di Kota Seribu Pesantren ini. Dari konsep pembangunan, pembiayaan, pelaksanan pembangunan, penggunaan, dibubuhi pula dengan progam pendukungnya supaya kian menggeliatkan fasilitas satuan pendidikan tersebut.

Diakhir saatnya menyusun kolaborasi dan siniergi yang elok antar lini agar dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan yang telah disediakan tersebut. Baik dalam penggunakan pembelajaran akademik maupun non-akademik, serumpun itu juga dapat dipakai dalam pengembangan aktivatas produktif lainnya demi kebaikan kompetensi civitas pendidikan secara menyeluruh.

*) Pemimpin Redaksi Majalah Suara Pendidikan

Lebih baru Lebih lama