![]() |
Ilustrasi anak didik bermain bersama. (Ist) |
NASIONAL - Usainya libur panjang menandai tahun ajaran baru yang baru saja dimulai. Biasanya rutinitas orang tua pada saat ini adalah mempersiapkan perlengkapan anak sekolah.
Padahal, satu hal penting yang sering dilupakan adalah menyisihkan waktu untuk mendampingi anak ke sekolah di hari pertama tahun ajaran baru.
Tahun ajaran baru merupakan saat yang menggembirakan sekaligus menakutkan bagi sebagian anak, khususnya anak usia dini di mana ia mulai belajar melepaskan diri dari ketergantungan bersama orang tuanya.
Baca Juga: Muslihat Kerjakan Skripsi Jauh Lebih Gesit
Psikolog, Mia Marissa Kumala mengatakan mendampingi anak memasuki tahun pertama di sekolah dasar, atau memasuki lingkungan sekolah yang baru, merupakan bentuk dukungan emosional yang diberikan orang tua kepada anak.
Dia menambahkan kalaupun orang tua mendampingi anak yang baru pertama masuk sekolah di sekolah yang baru, misalnya memasuki tahun pertama di SD, atau karena pindah sekolah maka anak menjumpai lingkungan sekolah yang baru, hal itu merupakan bentuk dukungan emosional yang diberikan orang tua kepada anak.
Mia Marissa melanjutkan dan hal ini memberikan tabungan emosi positif kepada anak, selama pendampingannya ini dilakukan dengan suasana menyenangkan. Ketika seorang anak dinyatakan siap memasuki sekolah dasar, menurut acuan tugas perkembangan psikologis anak, sebenarnya ia sudah membangun kemandirian diri dan bisa berpisah dengan orang tua.
Dia mengatakan kalau ada anak yang masih sulit lepas dari orang tua atau masih menangis ketika ditinggal orang tua di sekolah, dapat dikatakan ia belum siap untuk memasuki jenjang SD. Maka dari itu, mendampingi anak di hari pertama sekolah harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan.
Mia Marissa menekankan apabila pendampingan diwarnai suasana tegang sejak berangkat hingga perjalanan ke sekolah, tentu menjadi hal yang kurang menimbulkan energi positif juga pada anak. Agar anak semakin antusias bersekolah, orang tua perlu memperhatikan kondisi internal dan eksternal dari anak.
Dia menambahkan secara pribadi siap dan memiliki pandangan positif tentang bersekolah, menyambut kelas baru, guru baru, dan teman baru. Dari faktor eksternalnya, anak memperoleh role model sikap antusias tersebut.
Karena anak-anak belajar dengan menyaksikan bagaimana orang tua bersikap, lanjut Mia, maka kesiapan anak tidak terlepas dari kesiapan dan sikap orang tua terhadap rutinitas anak bersekolah, keberadaan jadwal baru anak bersekolah, dan lain sebagainya.
Menurut Mia Marissa, orang tua bisa menanyakan pada anak hal-hal yang mau ia lakukan pada hari pertama sekolah, seperti misalnya mau berangkat jam berapa, mau bermain apa sebelum bel masuk sekolah, kira-kira mau duduk di barisan keberapa, mau bermain dengan siapa saat jam istirahat, mau bawa bekal apa, mau bertanya apa kepada guru, dan sebagainya. Percakapan semacam ini menghidupkan imajinasi anak, sekaligus memunculkan minat anak terhadap kegiatan bersekolah.
Sumber/Rewrite: cnnindonesia.com/Tiyas Aprilia