Luas sawah 1.400 meter persegi dapat dipanen hanya dalam waktu sekitar 30 menit. (Rabitha)


JOMBANG – Kemajuan teknologi sekarang ini memang tidak bisa dihindari. Apalagi pembaruan tersebut sudah menyasar ke pelbagai sektor kehidupan. Salah satunya ialah sektor pertanian. Kalau dahulunya menggunakan tenaga manusia sebagai sumber utama melangsungkan kegiatan pertanian, maka saat ini sebagian sudah tergantikan dengan adanya teknologi yang mutahir. Selain lebih cepat pengerjaannya, juga biaya yang dikeluarakan pun jauh lebih murah.

Harus belajar terkait teknologi panan padi hingga Kabupaten Lamongan. Hal tersebut dilakukannya lantaran memang sedari kecil telah berkecimpung di lahan basah pertanian dan selalu tertarik dengan perkembangan teknologinya.

Selaiknya teknologi pemanen padi bernama Combine Harvester atau yang acapkali disebut mesin kombi. Mesin tersebut menawarkan fungsi yang dapat digunakan saat proses memanen tanaman padi bagi petani dari awal memotong dari batang, perontokan hingga pengemasan pada karung. Penggunaan mesin tersebut memiliki berbagai keuntungan dan nilai tersendiri, seperti efisiensi waktu, peningkatan kualitas, dan kuantitas padi.

Baca Juga: 5 SMA di Jombang Tergolong Unggulan Nasional

Pemilik usaha penyewaan mesin kombi, Wibowo Combine Harvester, Wibowo mengisahkan bahwa telah menggeluti usaha di bidang teknologi pertanian ini sejak tahun 2015. Pada tahun tersebut di Kabupaten Jombang belum begitu beken dan menarik hati masyarakat untuk beralih dari cara penen yang konvesional dengan mesin perontok.



Wibowo mengatakan, “Walhasil harus belajar terkait teknologi panan padi hingga Kabupaten Lamongan. Hal tersebut dilakukannya lantaran memang sedari kecil telah berkecimpung di lahan basah pertanian dan selalu tertarik dengan perkembangan teknologinya. Selain belajar terkait penggunaan mesin hingga cara memperbaiki apabila ada kerusakan juga mendalami ilmu bisnisnya yaitu membangun relasi. Komunikasi dan keberadaan relasi menjadi salah satu kunci eksistensi dan mesin kombi dapat diterima dihati petani.”

Wibowo saat mengendarai Combine Harvester tampak samping. (Rabitha)

Sebab, diketahui bahwa pada saat tahun tersebut keberadaan mesin kombi ini masih belum dapat diterima secara maksimal, imbuh pria berbadan tinggi itu. Alasanya perihal pengurangan tenaga manusia dalam prosesnya. Lambat laun, dengan ketekunan dan komunikasi yang baik antara sesama pengusaha, petani hingga stakeholder terkait maka hingga kini kombi menjadi pilihan yang mampu bersaing dengan mesin perontok. Buruh tani tetap diberdayakan pada bagian mengangkat hasil proses kombi dan diajari menjadi pengoperasi mesin.

“Awalnya hanya memiliki satu mesin kombi dengan merek Kubota DC 70 yang saat itu menjadi mesin dengan kapasitas besar. Kemudian seiring berjalannya waktu kini telah memiliki mesin lainnya yaitu Kubota DC 35 yang berukuran lebih kecil dengan harga beli sekitar 280 juta,” tandas Wibowo.

Wibowo saat mengendarai Combine Harvester tampak depan. (Rabitha)

Saat ini meskipun telah menetap di Jombang, namun jangkauan bisnis kombi telah memasuki lahan pertanian di pelbagai kabupaten, diantaranya adalah Kabupaten Lamongan, Nganjuk hingga Pati. Hal tersebut dilakukannya agar mesin kombi tersebut tak sampai mangkrak begitu saja kala musim panen di Jombang telah berakhir.

Perihal harga sewa mesin kombi untuk satu petak sawah seluas 1400 meter persegi atau dalam istilah Jawa yaitu banon 100 sebesar Rp 350.000, waktu untuk melakukan panennya sekitar 30 menit pungkas Wibowo. Namun, dapat berubah di pelbagai wilayah. Perihal pendapatan sangat tidak menentu berkisar antara Rp 10 juta hingga Rp 60 juta setiap bulannya. Hal tersebut juga telah dikurangi biaya perawatan, pegawai, dan bahan bakar solar.

Reporter/Foto: Rabitha Maha

Wibowo Combine Harvester

Alamat : Dusun Paritan, Desa Sudimoro Kecamatan Megaluh

No Telepon : 082188343950

أحدث أقدم