Pemilahan kreasi daur ulang sampah oleh peserta didik. (ist)


PLANDAAN – Persoalan sampah plastik seolah menjadi permasalahan pelik yang tanpa ujung dan tak terurai benang kusutnya. Salah satu penyebabnya tak lain ialah masih menjadi kebiasaan yang lumrah bahwa menjadikan plastik sebagai wadah dan bahan sekali pakai selalu menawarkan nilai praktis. Padahal jika ditelisik kembali bahan plastik yang sulit terurai oleh segala zat tanah bakal menjadi bom waktu terhadap krisis lingkungan.

Getas ini sudah menjadi paradigma baru pembelajaran tentang sadar lingkungan yang tak sekadar tata tertib.

Maka dari itulah diperlukan suatu upaya jangka panjang yang masif, supaya kebiasaan mengkonsumsi plastik dapat terkikis. Tentunya jika berbicara ihwal metode dan penerapan pembiasaan semacam ini, satuan pendidikan merupakan medium yang tepat. Sebab, dari pembiasaan yang terbangun, turut dibarengi dilandasi ilmu dan pengetahuan terkait teori dan praktik dalam mengamalkannya di lingkup pembiasaan.

Baca Juga: Langkah Sederhana Kurangi Pusing Tanpa Obat

Sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh segenap civitas akademika SMP Negeri 2 Plandaan, upaya membangun pembiasaan mengurangi sampah plastik, dikonsep dalam kelanjutan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Gaya Hidup Berkelanjutan. Kepala SMP Negeri 2 Plandaan, Drs. Bambang Setiyawan, M.Ed. menjabarkan, pemilihan tema pembiasaan dengan tujuan meningkatkan wawasan peduli lingkungan pada peserta didik, merupakan tindak lanjut dari penganugerahan Adiwiyata Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 yang berhasil diraih SMP Negeri 2 Plandaan.



“Senyampang capaian tersebut, maka benang merahnya kami susun dalam program sadar lingkungan bertajuk Gerakan Anti Sampah (Getas). Bentuk implementasinya, Getas memiliki tim yang terdiri dari kelas VII-IX yang terdiri dari tiga peserta didik. Tugasnya memantau rekan sejawat hingga guru yang masih gemar membuang sampah sembarangan dan menyampah plastik,” ujar Bambang Setiyawan.

Lebih lanjut, Ketua Projek Gaya Hidup Berkelanjutan, SMP Negeri 2 Plandaan, Muflichal Laily, S.Pd. menerangkan, bentuk monitoring perilaku peserta didik dan guru pada lingkungan satuan pendidikan tersebut, dirupakan dalam laporan yang menyelia positif dan negatif seluruh warga satuan pendidikan ketika terhadap sampah.


Pameran karya berbahan dasar limbah daur ulang sampah di salah satu kelas. (ist)

“Ketika sampah plastik dan sejenisnya telah dipahami oleh peserta didik untuk dibuang ditempatnya, maka akan mendapat catatan positif. Sebaliknya, jika masih memberlakukan sampah secara sembarangan akan mendapat catatan negatif. Keduanya kategori tersebut akan diumumkan setiap hari Senin, selepas upacara bendera dengan tujuan membeberkan kebiasaan sederhana secara baik buruknya. Sehingga untuk yang masih melanggar diharapkan menyadari kesalahannya dan tidak lagi mengulangi kebiasaannya ketika membuang sampah dan mengotori satuan pendidikan secara serampangan,” jelas Muflichal Laily.

Ditanya lebih jauh dampak berkurangnya catatan negatif dari Tim Getas, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, SMP Negeri 2 Plandaan, Lilis Sumaiyah membeberkan, bahwa untuk saat ini, pelanggaran di catatan negatif sudah berangsur berkurang. Hal ini tidak terlepas dari rasa tanggung jawab dan kesadaran yang sudah tumbuh di pola pikir peserta didik.

Pemasangan landmark dengan bahan dasar botol plastik bekas di depan gerbang SMP Negeri 2 Plandaan. (ist)

Lilis Sumaiyah menambahkan, “Sebab Tim Getas sendiri dipilih atas rekan sejawat peserta didik. Oleh karenanya, ketika sudah timbul rasa percaya dan tanggung jawab tersebut, sikap peduli dan perubahan karakter untuk lebih disiplin serta menghargai sesama mulai tumbuh.”

Bambang Setiyawan pun tak menampik, bahwa dari Getas ini sudah menjadi paradigma baru pembelajaran tentang sadar lingkungan yang tak sekadar tata tertib. Melainkan pula telah seirama dengan tindakan dan konsekuensinya yang seluruhnya berpusat pada peserta didik.

Reporter/Foto: Donny Darmawan/Istimewa

Lebih baru Lebih lama