Kuah Rawon dari kuali besar di dapur Warung Kamdina. (Donny)


JOMBANG –
Menyibak ragam kuliner di Kota Kelahiran Ludruk ini, seolah tak surut dan lekang oleh waktu. Sejak era lampau hingga kiwari saat ini pada tiap sudut mulai desa hingga wilayah kota, masih cukup banyak sajian khas yang melegenda dan telah masyhur bagi sebagian kalangan. Salah satunya Rawon Kamdina.

Tiba saat memadukannya dengan nasi dan potongan daging sapi goreng yang lumayan tebal. Langsung saja seluruh indera perasa saya seolah di sihir dengan kelezetannya.

Terletak di Kelurahan Kepatihan, tepatnya di Jalan Untung Suropati No.6 atau Gang IV. Warung bercat putih dengan kombinasi biru muda ini menyajikan aneka menu masakan berbumbu dasar rempah Nusantara. Tetapi dari sekian menu yang disajikan, terdapat satu yang menjadi andalan dan sudah tersohor yakni rawon.

Pewaris resep sekaligus pemilik Warung Kamdina, Yuli, memang tak menampik hal tersebut. Menurutnya, penilaian terhadap pengolahan rawon yang sudah diturunkan dari kakek dan ibunya ini, seluruhnya dikembalikan ke pelanggannya. Sehingga dirinya hanya bertugas menjaga keaslian resep dan teknik memasak Rawon dari pendahulunya supaya tetap ajeg dan tak berubah rasa.

Baca Juga: Perlebar Jalan Adityawarman Jombang Siap Bersolek Kembali

“Secara bumbu memang mengedepankan penguat rasa alami dari rempah pilihan. Guna menambah daya peresapan kesemuanya bahan bumbu rempahnya, oleh kakek dan ibu saya dahulu diajarkan, agar kuah rawon diinepkan (Jawa: Disimpan) semalam. Artinya, jika memasak hari ini tidak langsung disajikan tetapi baru esok harinya. Metode ini sudah menjadi warisan dari kakek yaitu Mbah Kamdina, semenjak beliau menjajakan Rawon sedari tahun 1950-an,” ujar Yuli.

Memungkasi kisah Rawon Kamdina yang melegenda ini, saya langsung memesannya seporsi. Sengaja saya minta untuk dipisahkan antara kuah dan nasinya, agar kehitaman kuah rawon dapat saya sesap dalam-dalam cita rasanya.

Benar saja sesuatu yang saya predikasi terjadi. Setelah tersaji aroma gurih lengkuas, keluak, bawang merah, dan putih sebagai bahan dasar rawon berhasil menawan seluruh indera perasa. Maka sudah terbayang bagaimana lidah ini ditenggelamkan pada kenikmatan santap yang membara. Sebab, sedari awal sudah saya amati kuali besar yang berada pojok Warung Kamdina ini selalu mengepulkan asap tipis dan menguarkan aroma gurih rempahnya.



Sewaktu sesendok pertama saya sesap kuahnya, rasa gurih terasa cukup kuat. Kekentalannya pun paripurna. Tidak terlalu encer, perpaduan rempahnya telah meresap dan sangat memanjakan lidah. Tak terkecuali kesedapan bawang goreng yang meresap pada kuah, menambah nuansa makan semakin menyenangkan. Ditambah lagi beberapa potongan daging sapi yang larut di dalam kuahnya, teksturnya empuk serta menyatu padu dengan racikan bumbu warisan Mbah Kamdina. Hemat saya kelezatan yang dihasilkan ini tak lepas dari pematangan racikan bumbu dengan metode diinepkan bersamaan perebusan daging sapi secara sempurna kematangannya.


Sajian andalan berupa seporsi Rawon Kamdina yang khas. (Donny)

Sesap demi sesap telah saya nikmati pada kuah rawon. Tiba saat memadukannya dengan nasi dan potongan daging sapi goreng yang lumayan tebal. Langsung saja seluruh indera perasa saya seolah di sihir dengan kelezetannya. Sama halnya dengan irisan daging sapi pada kuahnya, untuk tekstur daging sapi goreng atau istilah familiarnya empal, cukup empuk, lembut, dan tidak alot. Ibarat suatu orkestra, Rawon Kamdina dari tiap unsur bumbunya memang menghasilkan irama yang indah.

Aneka menu dari Warung Kamdina. (Donny)

Untuk harganya pun sepadan dengan cita rasa yang dijajakan cukup Rp. 17.000 dan buka mulai pukul 10.00-16.00 WIB. Pembaca bisa menjajal warisan luhur olahan bumbu rawon milik Mbah Kamdina ini. Jangan sampai kehabisan.

Reporter/Foto: Donny Darmawan

Lebih baru Lebih lama