Peserta didik menyaksikan pementasan Wayang Potehi dengan saksama. (Ist)


Wiwik Andriani, S.Pd.*

Kurikulum merdeka yang diluncurkan oleh Mendibukristek pada Februari 2022 lalu merupakan salah satu usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum merdeka ini lebih berfokus pada materi yang esensial dan pada pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila (Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Kreatif, dan Bernalar Kritis). Untuk mendukung pencapaian karakter Profil Pelajar Pancasila pada kurikulum merdeka terdapat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, Projek Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). “….perlulah anak-anak (Taman Peserta didik) kita dekatkan hidupnya kepada perikehidupan rakyat, agar supaya mereka tidak hanya memiliki “pengetahuan” sendiri, dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya (Ki Hadjar Dewantara).



SDN Kepanjen 2 Jombang merupakan salah satu sekolah negeri yang berada di Kabupaten Jombang yang telah menerapkan kurikulum merdeka pada jenjang kelas I dan kelas IV sejak tahun pelajaran 2022/2023. Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka juga dilaksanakan kegiatan Projek Profil Pelajar Pancasila (P5). Pada semester 2 ini guru kelas IV SDN Kepanjen 2 Jombang yang terdiri dari 4 rombel sepakat untuk mengambil tema “Bhineka Tunggal Ika” dengan topik/judul “ Indahnya Toleransi Beragama.” Latar belakang pengambilan tema tersebut yaitu di dasarkan pada kondisi/permasalahan yang ada pada SDN Kepanjen 2 Jombang khususnya kelas IV. Menjadi salah satu sekolah negeri terbesar di Kabupaten Jombang dengan jumlah peserta didik 673 peserta didik yang terdiri dari 23 rombel sehingga menciptakan keberagaman yang cukup kompleks, salah satunya adalah keberagaman agama. Dimana ada beberapa agama yang dianut peserta didik khususnya kelas 4, diantaranya Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu. Berdasarkan pengamatan kami guru kelas 4, dalam kehidupan sehari-hari khususnya di sekolah anak-anak belum memiliki toleransi yang baik dalam beragama sehingga berdampak pada tingkah laku peserta didik di sekolah.


Keseruan peserta didik menyaksikan Wayang Potehi. (Ist)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SDN Kepanjen 2 Jombang dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu 1) tahap pengenalan, 2) tahap kontekstualisasi, 3) tahap aksi, 4) tahap refleksi/tindak lanjut. Tujuan utama dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menjawab permasalahan toleransi beragama yang terjadi diantaranya peserta didik saling mengejek dan mengolok-olok peserta didik yang agamanya berbeda dengan dirinya, kurangnya toleransi jika ada pelaksanaan ibadah salah satu agama di sekolah, kurangnya toleransi ketika ada peringatan hari besar salah satu agama yang dilaksanakan di sekolah, dll. Dimensi yang diambil pada P5 semester ini ada 3 dimensi diantaranya 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, 2) Berkebhinekaan global, 3) Bernalar Kritis. Semua dimensi ini direncanakan dicapai dalam 18 kali kegiatan/pertemuan. Pemilihan waktu dalam pelaksanaan projek profil, SDN Kepanjen 2 Jombang menggunakan sitem blok mingguan.

Peserta didik, guru, pemain Wayang Potehi berfoto bersama. (Ist)

Salah satu kegiatan yang sudah selesai dilaksanakan adalah pertunjukan wayang “POTEHI”. Wayang Potehi merupakan salah satu jenis wayang khas Tionghoa yang berasal dari Tiongkok bagian selatan. Kesenian ini dibawa oleh perantau etnis Tionghoa ke berbagai wilayah Nusantara pada masa lampau dan telah menjadi salah satu kesenian tradisional. Potehi berasal dari kata pou (kain), te (kantong) dan hi (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain. Untuk memainkan Wayang Potehi ini membutuhkan 5 pemain, 2 pemain berperan sebagai dalang dan 3 pemain sebagai pengiring musiknya. Wayang yang dimainkan berbeda-beda tergantung ceritanya, untuk alatnya ada tambur, musik gesek, simbah, dan lain-lain. Wayang Potehi yang didatangkan ke SDN Kepanjen 2 Jombang berpusat di Kelenteng Hong San Kiong dibawah pimpinan Toni Harsono.

Para guru berfoto bersama dengan pemain Wayang Potehi. (Ist)

Pementasan Wayang Potehi ini dalam kegiatan P5 dengan tema “Bhinneka Tunngal Ika”, dan dengan judul “Indahnya Toleransi Beragama” bertujuan untuk mengenalkan budaya dari Tionghoa yang biasanya berkaitan dengan ibadah umat beragama Konghuchu. Dengan adanya pementasan ini diharapkan peserta didik dapat mengenal dan lebih menghargai budaya-budaya yang berkaitan dengan agama. Dalam pelaksanaan pertunjukan Wayang Potehi ini yang seharusnya hanya diperuntukkan untuk peserta didik kelas IV yang terdiri dari 4 rombel yaitu kelas IVA, IVB, IV C dan IV D sebagai sasaran P5, namun karena antusias peserta didik kelas lain sangat tinggi maka pertunjukan wayang Potehi ini disaksikan oleh seluruh peserta didik kelas I – VI SDN Kepanjen 2 Jombang.

Wiwik Andriani, S.Pd. (Ist)

Seluruh peserta didik sangat antusias menyaksikan pertunjukan wayang Potehi dengan judul “ Mencari Kitab Suci”. Selama pertunjukan berlangsung peserta didik kelas IV sebagai sasaran kegiatan P5 selain menyimak pertunjukan juga diberikan tugas untuk mencatat poin-poin penting dari cerita Wayang Potehi yang dipentaskan. Pada akhir kegiatan peserta didik juga diberikan kesempatan untuk memegang dan mencoba memainkan boneka Wayang Potehi. Peserta didik juga diberikan kesempatan untuk bertanya secara langsung kepada para pemain tentang sejarah maupun cara memainkan Wayang Potehi. Pada pertemuan selanjutnya peserta didik diberikan kesempatan untuk mempresentasikan informasi yang mereka peroleh dari pertunjukan Wayang Potehi serta melakukan refleksi.

*) Guru SDN Kepanjen 2 Jombang

Lebih baru Lebih lama