Lilik Sutriani menunjukkan kebolehan nembang macapat. (ist)


MOJOAGUNG – Sekilas tak ada yang berbeda dari sosok perempuan paruh baya bernama Lilik Sutriani, S.Pd. ini. Kesehariannya sebagai guru pengampu Bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Mojoagung kini mulai rehat total lantaran telah memasuki masa purna sejak awal tahun 2023 lalu. Namun hal tersebut menjadi berkah tersendiri lantaran ia dapat lebih fokus menekuni karirnya sebagai seniman Macapat.

Saat masih menjadi guru juga mengajar beberapa peserta didik tentang kesenian Jawa yang meliputi Karawitan, Musik Gamelan, dan Macapat.

Macapat atau yang populer dikenal sebagai seni sastra tembang (lagu) puisi tradisional Jawa ternyata telah menjadi bagian dari hidupnya. Lilik Sutriani mengisahkan bahwa telah mengenal tembang Macapat sejak duduk di bangku sekolah dasar. Kala itu baik guru atau orangtuanya sering melanggamkan Macapat untuk memberikan petuah kepada anak-anak.

“Zaman dahulu orang dewasa terbilang jarang memarahi atau membentak anak kecil, sehingga salah satu media ampuh untuk menasihati buah hatinya yakni dengan tembang Macapat. Selain itu, Macapat juga sebagai cara untuk menghentikan tangisan ataupun tembang pengantar tidur. Diketahui didalam lirik Macapat terkandung ragam makna yang mengajarkan kebajikan, tebak-tebakan, hingga lelucon sebagai pelipur lara,” terang perempuan berhijab itu.

Baca Juga: Cara Cerdas Menghemat Pengeluaran di Akhir Tahun

Menariknya, tak sekadar bunyi atau nada Macapat saja yang membuatnya terlena. Namun setiap bait dan baris kalimat tembang Macapat yang disebut Gatra hingga suku kata (Guru Wilangan) diilhaminya dengan penuh penghayatan.



Lilik Sutriani melanjutkan bahwa lambat laun tembang Macapat kian akrab di telinga. Hingga pada tahun 2000 mulai mencoba untuk menggeluti dengan belajar secara otodidak. Gayung bersambut, tatkala mulai masuk kuliah dengan jurusan Bahasa Jawa kian membuat gandrung menggeluti Macapat bersama rekan sejawat.

Lilik Sutriani mengakui, “Saat masih menjadi guru juga mengajar beberapa peserta didik tentang kesenian Jawa yang meliputi Karawitan, Musik Gamelan, dan Macapat. Hingga kini (27/7) terus melestarikan seni adiluhung tersebut bersama grup Macapat yang bernama Panji Laras yang bermarkas di Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoagung.

Lilik Sutriani. (Ist)

Tak sampai disitu saja lantaran ia masih aktif berlatih dan melatih muridnya setiap hari Rabu. Kemudian juga tak jarang menghadiri undangan menembang Macapat baik pada acara resmi lingkup pemerintahan Kabupaten Jombang ataupun pada acara hiburan masyarakat umum, seperti pada agenda Nge-Gamelan Fest 2023 pada Minggu (23/7) di Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoagung.

Reporter/Foto: Rabitha Maha/Istimewa
Lebih baru Lebih lama