Kegiatan literasi finansial oleh PAUD Al-Wardah Peterongan. (ist)


JOMBANG – Literasi dasar menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang diharapkan dapat membantu peserta didik dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Terlebih bagi usia dini yang tentunya literasi dasar tersebut menjadi bekal dalam menapaki jenjang pendidikan selanjutnya.

Sejumlah literasi dasar tersebut sudah banyak dikenal oleh satuan pendidikan, diantaranya yakni baca tulis, numerasi, sains, digital melalui pelbagai workshop, literasi budaya dan kewargaan melalui pelbagai pembiasaan dan perayaan hari besar yang kebanyakan lekat dengan budaya lokal.

Melihat pentingnya hal tersebut, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI menerbitkan buku panduan untuk mengenalkan enam literasi dasar bagi peserta didik. Diantaranya adalah Literasi Baca Tulis, Numerasi, Sains, Digital, Finansial, Budaya dan Kewargaan.

Bidang Pembinaan PAUD-PNF, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Jombang, Drs. Kasmuji Raharja, M.Pd. menyampaikan bahwa literasi dasar memang seharusnya dikenalkan pada anak usia dini baik jenjang KB maupun TK. Kendati demikian proses dan media pengenalannya juga harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak didik.

Baca Juga: Tips Membentuk Kebiasaan Baru

Pada jenjang usia dini hanya sebatas pengenalan, selanjutnya pada jenjang sekolah dasar sudah mulai mampu untuk mempraktikkan atau melaksanakannya sesuai dengan anjuran pemerintah melalui Kurikulum Merdeka, terang Kasmuji Raharja. Sehingga dalam pengenalan ini tentu harus terbangun koordinasi yang kompak antara guru dan wali anak didik untuk menyediakan media pendukung pembelajaran hingga pembiasaan-pembiasaan baik yang sudah dikenalkan di sekolah dapat diejawantahkan di rumah.

Fasilitator Program Sekolah Penggerak sekaligus Praktisi Guru Penggerak, Yossy Irawati, S.Psi. menyampaikan salah satu tujuan dari pengenalan literasi finansial ini adalah untuk merubah pola pikir bahwa apabila dahulu anak didik hanya dapat meniru atau menjalankan perintah orang dewasa, maka untuk sekarang dapat secara perlahan memantik anak didik untuk mengungkapkan pendapatnya. Salah satu caranya yakni dengan memfasilitasi dan membersamai anak didik untuk mendapat pengalaman terkait literasi dasar tersebut.



Yossy Irawati menyampaikan bahwa sejumlah literasi dasar tersebut sudah banyak dikenal oleh satuan pendidikan, diantaranya yakni baca tulis, numerasi, sains, digital melalui pelbagai workshop, literasi budaya dan kewargaan melalui pelbagai pembiasaan dan perayaan hari besar yang kebanyakan lekat dengan budaya lokal. Namun untuk literasi finansial terbilang masing jarang diejawantahkan. Literasi finansial tak hanya sebatas mengajarkan anak untuk menabung dan berhemat saja, melainkan memberikan pemahaman untuk mampu membedakan antara memenuhi kebutuhan, keinginan dan sosial.

Kegiatan outing class PAUD Al-Wardah Peterongan dengan belajar menabung di bank. (ist)

“Teknisnya, guru dapat mengajarkan bahwa keinginan anak didik dapat ditunda dengan cara harus menabung dahulu. Anak didik bisa memiliki celengan yang terdapat tiga wadah yakni, kebutuhan, keinginan dan sosial yang menarik di sekolah, setiap hari anak didik diberikan kesempatan untuk menabung yang nantinya secara berkala uang tersebut akan dibelikan hal yang menyenangkan sesuai keinginan seperti mainan atau kebutuhan alat belajar. Tentunya hal tersebut harus dikomunikasikan dahulu dengan wali anak didik,” jabar perempuan berhijab itu.

Kasmuji Raharja saat membersamai pendidik PAUD Jombang. (ist)

Selanjutnya anak didik juga dapat dikenalkan dengan jenis uang, nilai, bentuk, bahan hingga warna uang, ujar Yossy Irawati. Tak ketinggalan juga mengajarkan arti sosial dengan berdonasi dan sedekah sehingga diharapkan terpantik karakter tulus ikhlas. Praktiknya, anak didik bisa diajak untuk berdonasi membesuk teman yang sedang sakit, berdonasi di masjid atau panti asuhan dan melaksanakan outing class dengan belajar menabung di bank terdekat yang mampu memberikan edukasi bagi anak didik.

Reporter/Foto: Rabitha Maha/Ist

Lebih baru Lebih lama