Iswahyuni Listyowati memberikan arahan pada bacaan yang dikonsumsi peserta didik. (Donny)


BARENG –
Dalam melangsungkan pembelajaran yang kontekstual, peran sosok guru memang diharuskan untuk memiliki ketajaman olah rasa terhadap lingkungannya. Artinya, suatu realitas ataupun fenomena yang lahir dari lingkungan, dapat dijadikan modal pembelajaran bersama peserta didik.

Untuk Jaranan Dor memang sengaja kita tautkan di satuan pendidikan, dengan tujuan memahamkan nilai kearifan lokal, termasuk tradisi Clorotan yang menjadi khazanah literasi, selain Bahasa Jawa.

Kepala SDN Bareng V, Iswahyuni Listyowati, S.Pd.SD. pun telah mencupliknya berdasarkan keresahan atas perubahan karakter dalam diri peserta didik akibat tiga tahun belajar di masa pandemi Covid-19.

Baca Juga: Profil Pelajar Pancasila Paripurna

Baginya, dampak yang timbul bukan perkara yang sederhana. Tatkala pendidikan karakter yang melingkupi rasa santun, gotong-royong, saling menghormati, disiplin, jujur, peduli lingkungan, dan sejenisnya ini goyah sejak jenjang pendidikan dasar, maka akan memberikan efek negatif pada aspek lain yang akan menganggu kondusifitas pembelajaran.



“Maka dari itulah, dalam pengembangan program dan kegiatan di SDN Bareng V ini, pertama kita sasar pada pembentukan karakter peserta didik. Utamanya sasaran program kita memang berfokus agar bagaimana jiwa dan rasa peserta didik dapat tumbuh dengan lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya, program seperti mata pelajaran Bahasa Jawa tiap hari kamis, serta pengembangan seni tradisional Jaranan Dor, hingga kantin kejujuran seluruhnya terkemas sebagai media penyokong pendidikan karakter peserta didik,” ujar Iswahyuni Listyowati.


Kantin kejujuran SDN Bareng V. (Donny)

Guru Kelas V, SDN Bareng V, Yuni Kristiningsih, S.Pd. menambahkan, dari beberapa waktu berjalan hingga hari ini, pemrograman pendidikan karakter dengan pelbagai media pendukungnya tersebut, telah membuahkan hasil. Diantaranya, peserta didik lebih mafhum akan kearifan lokalnya, memiliki lelaku sesuai kaidah di lingkungannya, serta berani jujur atas segala tindakannya.

Peserta didik berlatih seni tari kuda lumping. (Donny)

Yuni Kristningsih melanjutkan, “Untuk Jaranan Dor memang sengaja kita tautkan di satuan pendidikan, dengan tujuan memahamkan nilai kearifan lokal, termasuk tradisi Clorotan yang menjadi khazanah literasi, selain Bahasa Jawa. Kemudian ditambah kantin kejujuran yang jelas, untuk melatih mental disiplin, berani, dan jujur sedari jenjang pendidikan dasar. Selain itu, dampaknya juga merambah ke harmonisan dan kepercayaan masyarakat dalam mendukung segala pengembangan dan penyediaan sarana bagi peserta didik. Sehingga ibarat satu dayung dua tiga pulau terlampaui, penempaan karakter di SDN Bareng V, turut dirasakan secara positif bagi masyarakat.”

Reporter/Foto: Donny Darmawan

أحدث أقدم